Saturday 3 June 2017

sisa hidup




SISA HIDUP

Panti Sosial Tunagrahita Belaian Kasih merupakan satu-satunya panti anak-anak Cacat Intelektual yang terletak di Tangerang, berdiri sejak tahun 1996 dan diresmikan pada tanggal 8 Mei 1997 di Tangerang oleh Pemerintah Kota. Panti Sosial Tunagrahita Belaian Kasih memberikan pelayanan, perawatan, dan bimbingan yang meliputi rehabilitas sosial, medis, pendidikan dan keterampilan bagi penyandang disabilitas yang terlantar.
            Panti Sosial Tunagrahita yang meyediakan kapasitas 220 orang tersebut dikepalai Ngapuli P.,AKS., M.Si, namun jumlah kini telah menjadi 247 orang,dengan kasus anak Cacat intelektual, Sindrom Down, dan  juga Autis, jumlah ini dipastikan akan terus meningkat, dan tidak akan menurun ungkap Ade (37), salah seorang pegawai yang bertugas dalam bidang pelayanan di Panti Sosial Bina Grahita Belaian Kasih.
“Anak-anak di panti ini datangnya dari berbagai daerah, sebagian besar kita terima anak-anak ini dari polisi yang melakukan razia di jalan, lalu polisi menangkap anak-anak ini yang di buang orang tuanya di pinggir jalan, atau yang memang hilang dari rumahnya tapi tidak bisa kembali pulang. Ada juga beberapa yang dititipkan sama orang tuanya karena mengaku mau bekerja tapi enggak bisa jaga anak dengan kondisi anak yang cacat, jadi harus dititipkan dulu sementara, tapi abis itu satu atau dua bulan hilang jejaknya, waktu di cari lagi orang tuanya ke alamat yang di kasi udah pindah enggak tau pindah kemana. Terus, ada juga anak dari panti-panti kecil di daerah-daerah, misalnya kemarin ada dari sukabumi ada dua anak baru dikirim kesini, panti-panti kecil itu cuma buat tempat sementara aja nampung mereka sebelum di bawa kesini, panti-panti daerah juga dapat dari polisi,”cerita pak Ade saat ditemui, Senin (15/05/2017).
            Angin bertiup lembut terasa melewati beberapa helai rambut yang tak terikat keatas kepala saya, langkah kaki sedikit cepat menuju kantor Pak Ade disambut oleh 10 anak-anak panti yang bergiliran memberhentikan saya hanya untuk memberi salam dan memanggil saya ibu. Siang hari yang memancarkan terik sinar matahari, pohon-pohon tinggi melambaikan daun-daunnya yang lebat menambah suara ramai dari anak-anak di halaman yang sedang melakukan aktivitas siang, ada yang bernyanyi di bawah rindang pohon, ada yang menyapu membantu tukang pembersih, ada yang mengambil dedaunan yang jatuh kedalam got dengan menggunakan tangan telanjang, ada juga yang berbaring di balkon panti, ada yang menangis sambil termenung, ada yang sibuk bermain sendiri. Wajah polos dan tingkah mereka menjadi pemandangan yang tak biasa saya lihat di luar sana.
“Tingkah lakunya memang bermacam-macam anak-anak ini, saya sudah jadi hafal semuanya, ada anak yang suka bukain jahitan baju, sampai kebuka bajunya, sekecil apapun itu jahitan baju bisa di buka,” ungkap Ade sambil menunjuk kepada anak yang sedang lewat. “Ada anak yang kerjaannya lukain diri sendiri lalu darahnya di hisap-hisap gitu, sudah delapan bulan enggak sembuh-sembuh lukanya, saya tetap kasi obat,eh...obatnya malah dijilat-jilat, terus ada juga yang tiba-tiba lewat nabok, kan bikin orang kaget,”tambah Ade dengan ekspresi tertawa.
Panti Sosial Tunagrahita Belaian Kasih memilki 1 gedung yang di khususkan bagi anak-anak, pada bagian lantai 1 kondisinya sangat memprihatinkan, ruang makan yang menebarkan bau menyengat terhirup di setiap sudut ruangan, lantai basah dan lengket, kotoran manusia, air seni, muntah, serta makanan bekas tumpah,  bercampur di ruang yang pengap tanpa pendingin ruangan, setiap perawat yang mengurus anak-anak disabilitas ini menggunakan masker berwarna hijau untuk menutupi hidung mereka dari bau yang membuat perut mual ini. Ada meja-meja kayu berjajar panjang dua baris berwarna coklat terang ditemani bangku bewarna sama tanpa sandaran di kiri dan kanan meja. Pada lantai yang sama hanya berjarak beberapa langkah yang di batasi satu lorong sedikit gelap terdapat kantor pak Ade.
Jarum jam menunjukan tepat pukul 12:00 siang, waktunya jam makan siang, kesempatan ini membuat semua anak-anak berkumpul di lantai 1 untuk menikmati makanan yang disajikan. Ada yang tidak makan karena menangis, ada yang menyuapi temannya makan, ada yang disuapi pengurus anak-anak disabilitas karena tidak bisa bergerak lagi, anak-anak ini duduk tak berdaya diatas kursi roda, ada pula yang menumpahkan makanan di lantai lalu makan dari lantai, ada yang mengambil makanan temannya, ada anak yang memakan makanan bekas yang di tinggalkan. Suasana makan siang berjalan dengan baik, tidak ada yang membuat keributan, wajah ceria terukir dari beberapa anak karena mereka sangat suka makan,menurut pengakuan pak Ade, anak-anak panti makan lebih dari porsi orang dewasa, cemilan tiga kali sehari belum termasuk makan utama, siang, sore, dan malam.
  Makan siang yang berjalan baik itu menjadi pemandangan yang sangat mengganggu ketika sebuah sapu di kibaskan di atas meja makan oleh pembersih untuk membersihkan ruangan, hal itu bak tanda bahwa jam makan siang sudah selesai meskipun saat anak-anak masih menikmati makanannya dengan lahap. Kehadiran anak-anak yang menikmati santapan siang tidak di hiraukan, tukang pembersih seperti tidak melihat bahwa ada yang sedang makan, akhirnya debu-debu pun berterbangan disekliling meja makan.
Setelah selesai makan siang, sebagian anak-anak mengikuti perawat yang di bawa naik ke lantai dua dengan menggunakan lift menuju kamar dimana mereka beristirhatat, sisanya ada yang bermain di halaman, bersantai, dan ada juga yang membantu membersihkan sisa-sisa makan siang.
            Ade Supriyanto, lelaki yang kira-kira memiliki tinggi 175cm ini berbadan tegap dan berkulit coklat pekat dengan rambut hitam belah tengah, wajahnya sederhana dan dan ramah. Lelaki ini telah bekerja selama 7 tahun di panti, dirinya mengaku senang dan nyaman dengan pekerjaan yang dilakukannya, meskipun banyak pekerjaan lain yang dapat ia lakukan,dirinya memilih menjadi pegawai negeri dan melayani di panti bagi anak-anak disabilitas ini.
            “Saya merasa beruntung, di kasi semuanya lengkap, ya bersyukur pokoknya! Kalau ngomong soal gaji mah, dipikir-pikir enggak seberapa, tapi ya pekerjaan ini enggak bisa ngomomg gaji la, ini soal hati, yang jadi relawan juga banyak disini, mereka Cuma karena merasa tergerak hatinya untuk membantu, ada juga anak kuliahan yang buat tesis lalu jadi bantuin anak-anak sekalian. Bisa dilihat anak-anak ini enggak seberuntung kita. Kasihan mereka selama ini orang-orang pikir mereka ada cacat intelektual jadi di terbelakangin, padahal seharusnya enggak boleh gitu, mereka kan juga punya hak sama seperti kita, harusnya mereka ini di bimbing dan di didik, mereka ini pasti bisa berkembang kok, meskipun lambat saya yakin mereka ini bisa jadi orang yang berguna. Mereka ini warga negara Indonesia juga jadi berhak dapat hak yang sama,”cetus Ade.
            Anak-anak penderita Cacat Intelektual atau keterbelakangan mental memiliki IQ di bawah rata-rata anak normal pada umumnya, hal ini menyebabkan kecerdasan dan intelektualnya terganggudan menyebabkan permasalahan-permasalahan lainnya muncul pada saat proses perkembangan anak (Krik & Gallagher, 1989:116).
Lain halnya dengan anak dengan penderita Sindrom Down  akan memiliki beberapa komplikasi kesehatan, komplikasi ini disebabkan karena semua organ di dalam tubuh bisa terkena dampak material genetika ekstra, hal ini menyebabkan berbagai penyakit menggerogoti tubuh mereka, seperti misalnya demensia, masalah penglihatan, leukemia, gangguan jantung, lebih rentan terhadap infeksi, masalah kelenjar tiroid, masalah pendengaran, obesitas, kejang, masalah kulit, menopause dini dan henti napas saat tidur. Sindrom Down  sendiri merupakan suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Menurut buku  human development edisi ke 9 karangan diane  e.papalia, Sally Wendkos Old, Ruth Duskin Feldman.  Bahwa terjadi ke-abnormalan pada kromosom 21 ekstra atau translokasi kromosom 21.
            “Ada satu anak namanya Andri, udah komplikasi, paru-parunya udah parah, ginjal kanannya udah engga berfungsi, jantungnya juga udah parah, kalau kata dokter mah udah tinggal tunggu waktu aja, tapi saya percaya kalau hidup itu cuma ada di tangan Allah yang nentuin, makanya sering saya bawa berobat anak ini. Tapi ya memang ada juga yang enggak ketolong, paru-parunya udah parah, pas mau di bawa kerumah sakit udah meninggal,” tambah Ade sambil menunjukan foto jenazah anak dari handphone nya.
            Anak-anak penderita Sindrom Down tidak bisa disembuhkan, namun dengan dukungan dan perhatian yang maksimal, anak-anak dengan Sindrom Down bisa tumbuh dengan bahagia juga.  Penderita Sindrom Down memiliki tingkat ketidakmampuan belajar dan hambatan pertumbuhan yang berbeda antara satu sama lain. Beberapa perkembangan penting kadang-kadang terkena dampaknya, termasuk cara berbicara, berjalan, membaca, berkomunikasi, meraih barang, berdiri, dan duduk. Dampak keterbelakangan mental seperti perilaku impulsif, kesulitan dalam mengambil keputusan hingga kemampuan atensi minim juga dapat terjadi. Anak-anak dengan sindrom Down bisa mengalami masalah kesehatan yang berbeda-beda dan akan membutuhkan perawatan medis serta perhatian ekstra. Oleh sebab itu Panti Sosial Bina Grahita Belaian Kasih bekerja sama dengan beberapa rumah sakit agar kebutuhan medis anak-anak Sindrom Down terpenuhi.
            Interaksi kehidupan penghuni Panti Sosial Bina Grahita Belaian Kasih memang cukup dinamis dan harmonis, namun perbedaan kondisi kejiawaan yang tidak stabil sering menjadi penyebab terjadinya pertengkaran sesama penghuni. Sebagian besar anak di panti memiliki keterbelakangan mental dari tingkat rendah hingga yang sudah sulit untuk disembuhkan, dan hal tersebut menjadi tugas besar bagi pekerja panti yang terus diupayakan agar jumlah anak  dengan keterbelakangan mental terus berkurang. Hal lainnya adalah para perawat atau pekerja sosial di panti Tunagrahita harus memiliki tenaga yang selalu fit dan ekstra.
“Berada di tempat ini sudah menajdi pilihan saya, hal ini menjadi pilihan saya karena saya merasa nyaman aja disini,  sebelum bekerja disini saya memang sudah kuliah untuk bekerja di bidang sosial, pas masuk kerja disini juga enggak kaget, karena saya udah siap dengan segala konsekuensi,pekerjaan ini tidak berat sebenarnya untuk saya mungkin bagi orang lain iya, yang penting adalah sabar dan jangan pernah mukul kalau kesel, itu kesalahan kita kalau sampai mukul,” ungkap Winda(27) salah satu perawat.
Tidak seberuntung anak-anak normal lainnya, dengan adanya panti Tunagrahita, setidaknya anak-anak cacat intelektual tidak berkeliaran di jalan dan masih mendapat perlindungan yang cukup layak di bandingkan terlantar di jalan, kesepian, kelaparan, kedinginan, dan menjadi pengganggu di masyrakat.
“Anak-anak di Panti Tunagrhatia berbeda dengan anak-anak panti lainnya, mereka tidak mungkin di adopsi bagi pasangan yang menginginkan anak, ya krena mereka kan cacat, sehingga hal tersebut membuat anak-anak di panti Tunagrahita menghabiskan sisa hidupnya hanya dalam panti, hari demi hari di jalani, tak pernah terpikir oleh mereka akan ada orang tua yang datang menjemput, bahkan sampai ajal menjemput orang tua pun tidak tau,”tutup Ade.

 Jayanti
00000011929
Feature Writing

No comments:

Post a Comment