Thursday 1 June 2017

KELILING DUNIA DALAM SATU RUMAH

KELILING DUNIA DALAM SATU RUMAH

Eny Immanuella Gloria
00000012516



Masyarakat saat ini mempunyai banyak potensi yang mesti digali seperti menulis, theater, film, dan lain-lain tetapi  kita sebagai generasi muda lupa dengan kegiatan membacanya,” ujar Daru, seorang mahasiswa UIN Banten semester delapan jurusan jurnalistik yang menjadi relawan rumah dunia angkatan 23 di rumah dunia.

Rumah dunia merupakan sebuah tempat berkumpulnya sebuah organisasi sastra dan jurnalistik yang didirikan oleh seorang penulis novel, Gol A Gong, seorang penulis puisi, Tias Tatanka, seorang penyair nasional, Toto St Radik , dan seorang wartawan dikoran radar Banten, Rys Revalto yang memiliki tujuan yang sama untuk membuat masyarakat Banten memiliki minat baca yang tinggi. Rumah dunia memiliki luas halaman ±3000 meter persegi dan berlokasi di kampong ciloang, Serang, Banten, tak jauh dari gerbang tol Serang Timur.
Rumah dunia ini terletak tepat dibelakang rumah Gol A Gong dan isterinya, Tias Tatanka, yang merupakan kebun belakang rumah mereka. Anak-anak sekitar rumah mereka sering datang ke kebun belakang rumah dan bermain. Gol A Gong yang melihat hal itu mulai memberikan anak-anak ruang untuk tempat bermain di kebun belakangnya dan memberikan anak-anak kecil tersebut makanan dan mainan juga buku-buku bacaan sehingga anak-anak mulai betah bermain dan membaca berbagai buku di kebun belakang dari situlah ide awal rumah dunia.
Sebuah gedung bertingkat dua yang lebar dengan tangga disebelah kanan dengan hiasan yang menggantung didinding gedung dengan cat tembok berwarna warni menghias gedung tersebut dan terdapat tulisan RUMAH DUNIA besar yang akan lansung terlihat ketika datang ke rumah dunia.
Menengok kesebelah kiri terlihat sebuah perosotan tua, ayunan, dan mainan anak-anak lainnya yang mulai berkarat karena terkena tetesan air hujan. Berjalan sedikit kedepan dari tempat bermain akan terlihat sebuah jalan yang dipinggir kanan dan kirinya berhiaskan pepohonan yang tak biasa. Pohon –pohon tersebut dihias sedemikian rupa yang membuat mata merasa senang akan keunikannya. Beberapa pohon dihias dengan sepatu bekas yang diikat menjuntai, beberapa pohon dihias dengan menggunakan mesin ketik, keyboard komputer yang diikat dan dibiarkan menjuntai menghias pohon dan sebuah tumpukan barang-barang bekas seperti dispenser minum, tv yang tidak terpakai lagi tersusun seperti tumpukan keatas seperti pintu masuk. Lalu menengok kekanan ada sebuah tempat pertemuan yang sedang dibersihkan oleh seorang petugas kebersihan yang bernama Ferry yang telah bekerja selama tuga tahun sebagai petugas kebersihan dirumah dunia. Tempat tersebut adalah sebuah tempat pertemuan ataupun tempat berlangsungnya kegiatan yang tidak ada alas diatasnya hanya keramik berwarna merah yang dingin. Sebuah patung kuda yang terbentuk dari kertas berwarna bekas berdiri tegak menghias tempat pertemuan itu.
Berjalan lebih kedalam ada sebuah tempat duduk berbentuk setengah lingkaran yang panjang dan lebih dari satu, melihat kearah kanan ada sebuah besi berwarna merah berbentuk hati yang membingkai sebuah perpustakaan berwarna pink yang dihias dengan mesin ketik yang diikat dan menjuntai ditiang disisi kanan dan kiri perpustakann. Perpustakaan tersebut bernama Perpustakaan Jendral Kecil dengan tulisan RUMAH DUNIA dengan tulisan tagline dibawahnya.
Rumahku Rumah Dunia Ku bangun dengan kata-kata” merupakan tagline dari rumah dunia yang ingin menghancurkan pencappan yang terjadi pada provinsi Banten. Provinsi Banten terkenal dengan santet, dan hal-hal mistis lainnya. Dengan demikian, tagline rumah dunia dapat menghilangkan pencappan yang telah terkenal di Banten dengan generasi penulisnya yang kreatif.
 Tak berhenti disitu, rumah dunia masih masuk kedalam pelosok. Sebuah gerbang yang terbuat dari bambu yang dicat hitam dengan tulisan RUMAH DUNIA menggantung diatasnya, disitulah tempat relawan tinggal. Relawan dirumah dunia juga dianggap sebagai pendiri rumah dunia karena relawan yang mengajarkan sastra dan jurnalistik. Relawan dunia memiliki hak dan kewajiban yaitu relawan rumah dunia mendapatkan hak tinggal gratis di rumah dunia dengan segala fasilitas seperti makanan dan tempat tinggal tetapi dilain itu, relawan dunia harus melaksanakan kewajibannya yaitu mengurus segala sesuatu hal yang terjadi dengan rumah dunia, mulai dari kegiatannya hingga kebersihannya.
Rumah dunia merupakan realisasi dari perjanjian yang diikatkan oleh Gol A Gong dan istrinya Tias Tatanka. Mereka mengatakan bahwa ketika nanti mereka sudah sukses dalam kariernya masing-masing, mereka membangun gelanggang remaja yaitu rumah dunia.
Awalnya nama pertama dari rumah dunia adalah bina cipta muda banten. Tetapi, hal itu menjadi masalah karena adanya nama kedaerahan yang digunakan yaitu Banten. Hal itu membuat banyak pikiran yang timbul dimasyarakat luar Banten bahwa organisasi bina muda banten hanya khusus untuk masyarakat Banten, sedangkan masyarakat diluar Banten tidak dapat mengikuti organisasi tersebut, hingga akhirnya organisasi tersebut gagal dan namapun berubah menjadi rumah dunia karena pendiri rumah dunia ingin bisa berjalan-jalan keliling dunia dalam satu rumah sehingga terwujudlah nama rumah dunia dan masyarakat diluar Banten bisa datang dan mengikuti kegiatan di Rumah dunia.
Rumah dunia memiliki salah satu program unggulan yaitu kelas menulis yang sampai sekarang masih ada dan merupakan kunci dari rumah dunia, “karena untuk bisa masuk sastra dasarnya di jurnalistik dulu,” ujar Daru. Rumah dunia sudah memiliki 29 angkatan sejak tahun 2002. Kelas menulis berlangsung selama 6 bulan diajarkan menulis oleh para relawan dengan bagian 3 bulan belajar jurnalistik dan  3 bulannya lagi belajar mengenai sastra. Didalam kelas menulis terbagi lagi menjadi beberapa kelas selain sastra dan jurnalistik, yaitu film, theater, dan skenario tetapi karena semakin bertambah tua dan mulai berkeluarga para relawan yang mengejar, kelas tersebut perlahan mulai mengurang dan kelas-kelas semakin mengerucut kedua kelas yaitu sastra dan jurnalistik.
Kelas menulis dalam program unggulan memiliki tugas akhir yaitu membuat buku kumpulan cerpen lalu nantinya tugas akhir tersebut dikumpulkan lalu dijadikan satu buku dan diterbitkan di Gong publishing yang sudah terdata di IKPI pusat dan perpustakaan nasional. Rumah dunia juga bekerja sama dengan KPK dan kemendikbud. Hal tersebut karena rumah dunia mempunyai prinsip untuk melanggar pemerintahan yang korupsi.
Rumah dunia bekerja sama  dengan kementrian pendidikan dan budaya dalam mini usaha yang dimiliki oleh Gol A Gong yaitu Gong Travelling dengan melakukan perjalanan keluar negeri lalu menuliskan sebuah cerpen ataupun artikel  selama mengikuti perjalanan. Perjalanan yang dilakukan meliputi Singapore, Malaysia, Thailand, dan Papua. Pada tahun 2016 lalu, Anies Baswedan bekerja sama dengan rumah dunia untuk memberangkatkan 100 orang literasi pergi ke Singapore dan bekerja sama juga dengan kementiran pendidikan dan budaya. Rumah dunia berharap kegiatan ini akan menjadi kegiatan rutin tahunan yang dilakukan oleh rumah dunia. Nantinya cerpen atau artikel tersebut tidak dibuang tetapi nantinya artikel ataupun cerpen yang bagus dan layak akan diterbitkan ke media-media.
Rumah dunia merupakan satu-satunya tempat yang menyediakan wadah bagi orang-orang yang memiliki ketertarikan terhadap sastra dan jurnalistik karena rumah dunia tidak memiliki cabang. Hal tersebut termasuk dalam permasalahan yang dimiliki oleh rumah dunia. Awalnya rumah dunia ingin membuka cabang dibeberapa tempat dengan membuka perpustakaan kecil-kecilan, tetapi karena infrastruktur jalan yang tidak baik, perpustakaan kecil-kecilan yang dilakukan oleh rumah dunia sebagai pencobaan bisa dikatakan gagal karena lokasi tempat yang tidak memungkinkan dan juga sumber daya manusia yang tidak mendukung untuk menyebar keberbagai daerah karena cara mengajar para relawan yang berbeda dan tanggapan masyarakat yang tidak selalu baik akan pembukaan perpustakaan kecil disekitar tempat tinggal mereka hingga akhirnya pencobaan tersebut gagal, dan rumah dunia hanya satu-satunya dan dapat disebut sebagai pusatnya, yaitu di Serang.
Berbagi suka dan duka dilalui oleh rumah dunia dimana awalnya rumah dunia sempat tidak diterima oleh masyarakat Banten, artinya saat itu mungkin masyarakat belum siap untuk menerima rumah dunia karena rumah dunia yang sifatnya gratis sehingga seringkali rumah dunia disebut sebagai misionaris perekrutan untuk sebuah agama tertentu. Lalu, rumah dunia juga difitnah sebagai sarang PKI, dituduh banyak hal, sampai akhirnya rumah dunia datang ke MUI untuk menyatakan bahwa rumah dunia itu syariah. Rumah dunia membuka lebar kesempatan bagi masyarakat dari kalangan manapun, tidak melihat suku, ras, agama, dan antar golongan tertentu, karena orang-orang yang datang ke rumah dunia itu untuk belajar.  Pada pemilihan kepala daerah kemarin, karena rumah dunia merujuk pada kebudayaan, rumah dunia dilarang ikut mendukung calon pemilihan kepala daerah, karena masyarakat beranggapan bahwa seniman itu tidak boleh ikut politik, apalagi sejak awal rumah dunia itu perangnya melawan pemimpin korupsi. Oleh karena itu, relawan dirumah dunia diajarkan menulis, para relawan dituntut untuk menulis arikel tentang kegelisahan korupsi yang nantinya dikirim ke media, radar banten ataupun media nasional. Para relawan melakukan ketidaksukaannya melalui tulisan, mencurahkan segala sesuatunya melalui tulisan.
karena kita percaya kita melakukannya dengan tujuan yang baik melalui tulisan-tulisan yang kita buat,” kata Daru.
Rumah dunia menjadi panutan bagi masyarakat Banten mengenai sastra maupn jurnalistik. “Kalo bicara sastra di Banten ya rumah dunia, kalo bicara menulis di Banten ya rumah dunia, kalo bicara jurnalistik di Banten ya rumah dunia,” kata Daru. Hal tersebut menjadi keunikan bagi rumah dunia karena rumah dunia gratis dan saat ini sudah sulit untuk ditemukan terutama bagi mereka yang menyukai sastra dan jurnalistik. Rumah dunia menawarkan hal yang diinginkan oleh penyuka sastra dan jurnalistik melalui kelas sastra dan jurnalistik yang diberikan kepada masarakat yang ingin bergabung dan belajar tanpa adanya pungutan biaya. Kalangan masyarakat yang mengunjungi rumah dunia tidak hanya masyarakat sekitar rumah dunia, tetapi juga masyarakat luar yaitu mahasiswa ataupun orang tua. 
Perekonomian rumah dunia didukung dari zakat ataupun sumbangan dari para donatur rumah dunia. Rumah dunia juga menerima acara dari luar yang ingin menyewa tempat dirumah dunia dengan memberikan sumbangan ataupun pembayaran saat menyewa tempat. Perekonomian rumah dunia juga dibantu jika adanya permintaan dari acara luar yang meminta relewan untuk memberikan pelajaran mengenai menulis sastra ataupun jurnalistik. Kegiatan empat kali setahunpun diadakan oleh rumah dunia, yaitu perkumpulan seniman se-Indonesia dengan biaya penginapan Rp 50.000/hari.
Rumah dunia ini baik untuk masyarakat terutama untuk kampung Ciloang dan sekitarnya. Rumah dunia ini banyak pengaruhnya, terutama untuk anak-anak yang suka menggamba,” ujar Ferry, 27 tahun, seorang petugas kebersihan rumah dunia. Rumah dunia memiliki banyak sisi positif yang memberikan kesenangan tersendiri bagi para orang tua yang melihat anak-anaknya membaca buku bersama karena rumah dunia menyediakan perpustakaan untuk anak-anak menghabiskan waktu kosongnya.
Saya melihat langsung kenyataannya bahwa disini itu menarik sekali terutama untuk pengunjung yang dari luar Banten,” kata Ferry. Rumah dunia akan terus berkembang selama adanya dukungan dari masyarakat, pemerintah, dan mahasiswa kampus yang datang ke rumah dunia.
Seorang gadis kecil yang memiliki rambut sebahu berwarna hitam kecokelatan dengan sikapnya yang malu-malu dengan baju seragam sekolah yang masih menempel dibadannya, Tiara, membaca buku yang tersedia dirumah dunia. Tanpa adanya rumah dunia, Tiara tidak akan membaca buku meskipun buku tersebut adalah buku komik.
Suka kerumah dunia, semenjak ada rumah dunia menjadi gemar membaca buku,” ujar Tiara sambal terus membolak-balikkan buku bacaanya.
Masyarakat saat ini memiliki banyak potensi yang harus digali seperti menulis, theater, film, tetapi mungkin masyarakat lupa dengan kegiatan membaca, jadi dengan adanya rumah dunia yang menggalakan kegiatan membaca, masyarakat bisa lebih giat lagi membaca. "Jangan lupa untuk membaca sebelum kita melakukan hal-hal yang luar biasa,” kata Daru sambil mulai membereskan koran-koran yang tergeletak dilantai keramik berwarna putih.

Masyarakat saat ini mempunyai banyak potensi yang mesti digali seperti menulis, theater, film, dan lain-lain tetapi  kita sebagai generasi muda lupa dengan kegiatan membacanya,” ujar Daru, seorang mahasiswa UIN Banten semester delapan jurusan jurnalistik yang menjadi relawan rumah dunia angkatan 23 di rumah dunia.
Rumah dunia merupakan sebuah tempat berkumpulnya sebuah organisasi sastra dan jurnalistik yang didirikan oleh seorang penulis novel, Gol A Gong, seorang penulis puisi, Tias Tatanka, seorang penyair nasional, Toto St Radik , dan seorang wartawan dikoran radar Banten, Rys Revalto yang memiliki tujuan yang sama untuk membuat masyarakat Banten memiliki minat baca yang tinggi. Rumah dunia memiliki luas halaman ±  3000  dan berlokasi di kampong ciloang, Serang, Banten, tak jauh dari gerbang tol Serang Timur.
Rumah dunia ini terletak tepat dibelakang rumah Gol A Gong dan isterinya, Tias Tatanka, yang merupakan kebun belakang rumah mereka. Anak-anak sekitar rumah mereka sering datang ke kebun belakang rumah dan bermain. Gol A Gong yang melihat hal itu mulai memberikan anak-anak ruang untuk tempat bermain di kebun belakangnya dan memberikan anak-anak kecil tersebut makanan dan mainan juga buku-buku bacaan sehingga anak-anak mulai betah bermain dan membaca berbagai buku di kebun belakang dari situlah ide awal rumah dunia.
Sebuah gedung bertingkat dua yang lebar dengan tangga disebelah kanan dengan hiasan yang menggantung didinding gedung dengan cat tembok berwarna warni menghias gedung tersebut dan terdapat tulisan RUMAH DUNIA besar yang akan lansung terlihat ketika datang ke rumah dunia.
Menengok kesebelah kiri terlihat sebuah perosotan tua, ayunan, dan mainan anak-anak lainnya yang mulai berkarat karena terkena tetesan air hujan. Berjalan sedikit kedepan dari tempat bermain akan terlihat sebuah jalan yang dipinggir kanan dan kirinya berhiaskan pepohonan yang tak biasa. Pohon –pohon tersebut dihias sedemikian rupa yang membuat mata merasa senang akan keunikannya. Beberapa pohon dihias dengan sepatu bekas yang diikat menjuntai, beberapa pohon dihias dengan menggunakan mesin ketik, keyboard komputer yang diikat dan dibiarkan menjuntai menghias pohon dan sebuah tumpukan barang-barang bekas seperti dispenser minum, tv yang tidak terpakai lagi tersusun seperti tumpukan keatas seperti pintu masuk. Lalu menengok kekanan ada sebuah tempat pertemuan yang sedang dibersihkan oleh seorang petugas kebersihan yang bernama Ferry yang telah bekerja selama tuga tahun sebagai petugas kebersihan dirumah dunia. Tempat tersebut adalah sebuah tempat pertemuan ataupun tempat berlangsungnya kegiatan yang tidak ada alas diatasnya hanya keramik berwarna merah yang dingin. Sebuah patung kuda yang terbentuk dari kertas berwarna bekas berdiri tegak menghias tempat pertemuan itu.
Berjalan lebih kedalam ada sebuah tempat duduk berbentuk setengah lingkaran yang panjang dan lebih dari satu, melihat kearah kanan ada sebuah besi berwarna merah berbentuk hati yang membingkai sebuah perpustakaan berwarna pink yang dihias dengan mesin ketik yang diikat dan menjuntai ditiang disisi kanan dan kiri perpustakann. Perpustakaan tersebut bernama Perpustakaan Jendral Kecil dengan tulisan RUMAH DUNIA dengan tulisan tagline dibawahnya.
Rumahku Rumah Dunia Ku bangun dengan kata-kata” merupakan tagline dari rumah dunia yang ingin menghancurkan pencappan yang terjadi pada provinsi Banten. Provinsi Banten terkenal dengan santet, dan hal-hal mistis lainnya. Dengan demikian, tagline rumah dunia dapat menghilangkan pencappan yang telah terkenal di Banten dengan generasi penulisnya yang kreatif.
 Tak berhenti disitu, rumah dunia masih masuk kedalam pelosok. Sebuah gerbang yang terbuat dari bambu yang dicat hitam dengan tulisan RUMAH DUNIA menggantung diatasnya, disitulah tempat relawan tinggal. Relawan dirumah dunia juga dianggap sebagai pendiri rumah dunia karena relawan yang mengajarkan sastra dan jurnalistik. Relawan dunia memiliki hak dan kewajiban yaitu relawan rumah dunia mendapatkan hak tinggal gratis di rumah dunia dengan segala fasilitas seperti makanan dan tempat tinggal tetapi dilain itu, relawan dunia harus melaksanakan kewajibannya yaitu mengurus segala sesuatu hal yang terjadi dengan rumah dunia, mulai dari kegiatannya hingga kebersihannya.
Rumah dunia merupakan realisasi dari perjanjian yang diikatkan oleh Gol A Gong dan istrinya Tias Tatanka. Mereka mengatakan bahwa ketika nanti mereka sudah sukses dalam kariernya masing-masing, mereka membangun gelanggang remaja yaitu rumah dunia.
Awalnya nama pertama dari rumah dunia adalah bina cipta muda banten. Tetapi, hal itu menjadi masalah karena adanya nama kedaerahan yang digunakan yaitu Banten. Hal itu membuat banyak pikiran yang timbul dimasyarakat luar Banten bahwa organisasi bina muda banten hanya khusus untuk masyarakat Banten, sedangkan masyarakat diluar Banten tidak dapat mengikuti organisasi tersebut, hingga akhirnya organisasi tersebut gagal dan namapun berubah menjadi rumah dunia karena pendiri rumah dunia ingin bisa berjalan-jalan keliling dunia dalam satu rumah sehingga terwujudlah nama rumah dunia dan masyarakat diluar Banten bisa datang dan mengikuti kegiatan di Rumah dunia.
Rumah dunia memiliki salah satu program unggulan yaitu kelas menulis yang sampai sekarang masih ada dan merupakan kunci dari rumah dunia, “karena untuk bisa masuk sastra dasarnya di jurnalistik dulu,” ujar Daru. Rumah dunia sudah memiliki 29 angkatan sejak tahun 2002. Kelas menulis berlangsung selama 6 bulan diajarkan menulis oleh para relawan dengan bagian 3 bulan belajar jurnalistik dan  3 bulannya lagi belajar mengenai sastra. Didalam kelas menulis terbagi lagi menjadi beberapa kelas selain sastra dan jurnalistik, yaitu film, theater, dan skenario tetapi karena semakin bertambah tua dan mulai berkeluarga para relawan yang mengejar, kelas tersebut perlahan mulai mengurang dan kelas-kelas semakin mengerucut kedua kelas yaitu sastra dan jurnalistik.
Kelas menulis dalam program unggulan memiliki tugas akhir yaitu membuat buku kumpulan cerpen lalu nantinya tugas akhir tersebut dikumpulkan lalu dijadikan satu buku dan diterbitkan di Gong publishing yang sudah terdata di IKPI pusat dan perpustakaan nasional. Rumah dunia juga bekerja sama dengan KPK dan kemendikbud. Hal tersebut karena rumah dunia mempunyai prinsip untuk melanggar pemerintahan yang korupsi.
Rumah dunia bekerja sama  dengan kementrian pendidikan dan budaya dalam mini usaha yang dimiliki oleh Gol A Gong yaitu Gong Travelling dengan melakukan perjalanan keluar negeri lalu menuliskan sebuah cerpen ataupun artikel  selama mengikuti perjalanan. Perjalanan yang dilakukan meliputi Singapore, Malaysia, Thailand, dan Papua. Pada tahun 2016 lalu, Anies Baswedan bekerja sama dengan rumah dunia untuk memberangkatkan 100 orang literasi pergi ke Singapore dan bekerja sama juga dengan kementiran pendidikan dan budaya. Rumah dunia berharap kegiatan ini akan menjadi kegiatan rutin tahunan yang dilakukan oleh rumah dunia. Nantinya cerpen atau artikel tersebut tidak dibuang tetapi nantinya artikel ataupun cerpen yang bagus dan layak akan diterbitkan ke media-media.
Rumah dunia merupakan satu-satunya tempat yang menyediakan wadah bagi orang-orang yang memiliki ketertarikan terhadap sastra dan jurnalistik karena rumah dunia tidak memiliki cabang. Hal tersebut termasuk dalam permasalahan yang dimiliki oleh rumah dunia. Awalnya rumah dunia ingin membuka cabang dibeberapa tempat dengan membuka perpustakaan kecil-kecilan, tetapi karena infrastruktur jalan yang tidak baik, perpustakaan kecil-kecilan yang dilakukan oleh rumah dunia sebagai pencobaan bisa dikatakan gagal karena lokasi tempat yang tidak memungkinkan dan juga sumber daya manusia yang tidak mendukung untuk menyebar keberbagai daerah karena cara mengajar para relawan yang berbeda dan tanggapan masyarakat yang tidak selalu baik akan pembukaan perpustakaan kecil disekitar tempat tinggal mereka hingga akhirnya pencobaan tersebut gagal, dan rumah dunia hanya satu-satunya dan dapat disebut sebagai pusatnya, yaitu di Serang.
Berbagi suka dan duka dilalui oleh rumah dunia dimana awalnya rumah dunia sempat tidak diterima oleh masyarakat Banten, artinya saat itu mungkin masyarakat belum siap untuk menerima rumah dunia karena rumah dunia yang sifatnya gratis sehingga seringkali rumah dunia disebut sebagai misionaris perekrutan untuk sebuah agama tertentu. Lalu, rumah dunia juga difitnah sebagai sarang PKI, dituduh banyak hal, sampai akhirnya rumah dunia datang ke MUI untuk menyatakan bahwa rumah dunia itu syariah. Rumah dunia membuka lebar kesempatan bagi masyarakat dari kalangan manapun, tidak melihat suku, ras, agama, dan antar golongan tertentu, karena orang-orang yang datang ke rumah dunia itu untuk belajar.  Pada pemilihan kepala daerah kemarin, karena rumah dunia merujuk pada kebudayaan, rumah dunia dilarang ikut mendukung calon pemilihan kepala daerah, karena masyarakat beranggapan bahwa seniman itu tidak boleh ikut politik, apalagi sejak awal rumah dunia itu perangnya melawan pemimpin korupsi. Oleh karena itu, relawan dirumah dunia diajarkan menulis, para relawan dituntut untuk menulis arikel tentang kegelisahan korupsi yang nantinya dikirim ke media, radar banten ataupun media nasional. Para relawan melakukan ketidaksukaannya melalui tulisan, mencurahkan segala sesuatunya melalui tulisan.
karena kita percaya kita melakukannya dengan tujuan yang baik melalui tulisan-tulisan yang kita buat,” kata Daru.
Rumah dunia menjadi panutan bagi masyarakat Banten mengenai sastra maupn jurnalistik. “Kalo bicara sastra di Banten ya rumah dunia, kalo bicara menulis di Banten ya rumah dunia, kalo bicara jurnalistik di Banten ya rumah dunia,” kata Daru. Hal tersebut menjadi keunikan bagi rumah dunia karena rumah dunia gratis dan saat ini sudah sulit untuk ditemukan terutama bagi mereka yang menyukai sastra dan jurnalistik. Rumah dunia menawarkan hal yang diinginkan oleh penyuka sastra dan jurnalistik melalui kelas sastra dan jurnalistik yang diberikan kepada masarakat yang ingin bergabung dan belajar tanpa adanya pungutan biaya. Kalangan masyarakat yang mengunjungi rumah dunia tidak hanya masyarakat sekitar rumah dunia, tetapi juga masyarakat luar yaitu mahasiswa ataupun orang tua. 
Perekonomian rumah dunia didukung dari zakat ataupun sumbangan dari para donatur rumah dunia. Rumah dunia juga menerima acara dari luar yang ingin menyewa tempat dirumah dunia dengan memberikan sumbangan ataupun pembayaran saat menyewa tempat. Perekonomian rumah dunia juga dibantu jika adanya permintaan dari acara luar yang meminta relewan untuk memberikan pelajaran mengenai menulis sastra ataupun jurnalistik. Kegiatan empat kali setahunpun diadakan oleh rumah dunia, yaitu perkumpulan seniman se-Indonesia dengan biaya penginapan Rp 50.000/hari.
Rumah dunia ini baik untuk masyarakat terutama untuk kampung Ciloang dan sekitarnya. Rumah dunia ini banyak pengaruhnya, terutama untuk anak-anak yang suka menggamba,” ujar Ferry, 27 tahun, seorang petugas kebersihan rumah dunia. Rumah dunia memiliki banyak sisi positif yang memberikan kesenangan tersendiri bagi para orang tua yang melihat anak-anaknya membaca buku bersama karena rumah dunia menyediakan perpustakaan untuk anak-anak menghabiskan waktu kosongnya.
Saya melihat langsung kenyataannya bahwa disini itu menarik sekali terutama untuk pengunjung yang dari luar Banten,” kata Ferry. Rumah dunia akan terus berkembang selama adanya dukungan dari masyarakat, pemerintah, dan mahasiswa kampus yang datang ke rumah dunia.
Seorang gadis kecil yang memiliki rambut sebahu berwarna hitam kecokelatan dengan sikapnya yang malu-malu dengan baju seragam sekolah yang masih menempel dibadannya, Tiara, membaca buku yang tersedia dirumah dunia. Tanpa adanya rumah dunia, Tiara tidak akan membaca buku meskipun buku tersebut adalah buku komik.
Suka kerumah dunia, semenjak ada rumah dunia menjadi gemar membaca buku,” ujar Tiara sambal terus membolak-balikkan buku bacaanya.
Masyarakat saat ini memiliki banyak potensi yang harus digali seperti menulis, theater, film, tetapi mungkin masyarakat lupa dengan kegiatan membaca, jadi dengan adanya rumah dunia yang menggalakan kegiatan membaca, masyarakat bisa lebih giat lagi membaca. "Jangan lupa untuk membaca sebelum kita melakukan hal-hal yang luar biasa,” kata Daru sambil mulai membereskan koran-koran yang tergeletak dilantai keramik berwarna putih.

No comments:

Post a Comment