Friday 2 June 2017

Goresan Seni Bagi Kota Tangsel

Goresan Seni Bagi Kota Tangsel
Oleh : Immanuela Harlita Josephine - 00000011928

Taman Perdamaian Setelah di Revitalisasi oleh Tangsel Creative Foundation

Kedua kaki melangkah pasti, meninggalkan jejak di kota Bandung kala itu untuk kembali pulang. Pria berambut ikal dan bertubuh tinggi dengan kulit sawo matang berhiaskan kacamata di wajahnya ini menghentikan perjalanannya di kota Tangerang Selatan, sebuah kota yang terletak di Tatar Pasundan Provinsi Banten berada di tiga puluh kilo meter sebelah Barat Jakarta dan sembilan puluh kilo meter sebelah Tenggara Serang, menjadi tujuan untuk memulai kembali sebuah petualangan baru bersama dengan goresan-goresan makna membangun negeri.
Pria yang bernama lengkap Hilmi Fabeta ini biasa dipanggil dengan sebutan bang Hilmi. Bang Hilmi melihat bahwa Tangsel, singkatan dari sebutan kota Tangerang Selatan yang kembali ia tinggali ini masih minim kepeduliaan akan tingkat sebuah kekreatifitasan. Ia melihat bahwa tidak adanya tempat-tempat pertunjukkan maupun gallery yang seharusnya bisa dipergunakan sebagai wadah untuk menampilkan serta menampung ide-ide kreatif, khususnya bagi mereka para muda mudi kota Tangsel. Baik sarana maupun pelaku seni yang terdapat di Tangsel, tidak satu pun ada yang berani untuk memperjuangkan hal tersebut agar mereka dapat berkreasi secara bebas di kota Tangsel. Berawal dari pemikiran itulah, bang Hilmi hendak melakukan sebuah gerakan untuk para pelaku seni maupun anak-anak serta remaja yang ada di Tangsel yang memiliki potensi serta kemauan yang sama dalam mengekspresikan suatu karya-karya seni bagi lingkungan wilayah Tangsel.

Dengan beranggotakan tiga orang, bang Hilmi bersama kedua rekannya memulai perjalanan untuk membangun sebuah komunitas seni di Tangsel. Perjuangan yang mereka lakukan bukanlah semudah membalikan kedua telapak tangan, banyak halangan dan rintangan yang harus mereka hadapi untuk membangun komunitas impian mereka tersebut. Gerakan ini awalnya dimulai dengan sebuah gagasan besar untuk dapat membangun gerekan yang mereka beri nama Bumi Serpong Damai (BSD) Art Center, namun ide tersebut malah ditolak oleh pihak-pihak terkait yang lebih tertarik dan memilih untuk membangun sebuah mall dengan angka-angka yang lebih fantastis. Tujuan yang ingin dicapai oleh bang Hilmi beserta kedua rekannya pun sedikit diturunkan, mereka melakukan cara lain dengan meminjam ruko yang terdapat di BSD untuk dijadikan lokasi sebagai tempat untuk memfasilitasi komunitas seni tersebut. Untuk yang kesekian kalinya, usaha yang dilakukan pun kembali ditolak karena pihak-pihak yang terkait berpikir bagaimana nantinya memelihara kondisi dan menjaga ruko beserta kegiatan-kegiatan yang ingin dilakukan, apakah hal tersebut dapat terkendali dengan baik atau tidak nantinya. Bang Hilmi bersama kedua rekannya pun kembali memutar otak, mencari cara kembali agar cita-cita membangun sebuah komunitas seni pun tetap dapat terwujud. Mereka akhirnya berinisiatif untuk membuat suatu pameran seni tetapi sampai detik ini pun pameran tersebut belum juga dapat terlaksana.

***

Usaha demi usaha pun terus dilakukan, sampai akhirnya bang Hilmi bersama kedua rekannya berpikir, mengapa komunitas yang mereka bentuk ini tidak diawali terlebih dahulu dengan mengumpulkan massanya. Akhirnya, satu demi satu anak muda pun berdatangan, mengajak teman, rekan maupun para pelaku seni yang memiliki kesukaan yang sama, orang-orang yang memiliki fokus terhadap pelaku-pelaku kreatif dan ekonomi kreatif. Jumlah massa pun semakin banyak dengan jaringan yang semakin luas cakupannya, maka dari situ terbentuklah Tangsel Creative Foundation, komunitas yang akhirnya dapat resmi berdiri di tahun 2012. Awalnya, komunitas tersebut diberi nama BSD Art Movement. Namun, bang Hilmi berpikir mengapa harus membawa-bawa sebutan BSD di dalamnya sehingga ruang lingkup yang diharapkan pun dirasa lebih sempit. Nama itu pun akhirnya berubah menjadi Tangsel Art Movement. Seiring berjalannya waktu, komunitas ini pun terus berkembang pesat, berubah menjadi kelompok yang lebih nyaman, sehingga format awal yang merupakan sebuah komunitas ini juga harus memiliki landasan hukum yang pasti sehingga setiap kegiatan-kegiatan yang hendak ingin dilakukan pun dapat terlindungi dengasn baik dan aman secara hukum yang sudah ditetapkan di Indonesia. Maka diubahlah kembali nama komunitas ini serta tercetuslah nama Tangsel Creative Foundation tersebut.

Komunitas yang semula dibangun hanya beranggotakan tiga orang, kini sudah mencapai kira-kira seratus lebih anggota yang dibagi-bagi dengan berafiliasi bersama dua puluh lebih komunitas lain yang ada di berbagai daerah. Secara struktur kepengurusan pun, terdapat lima belas anggota yang memiliki tanggung jawab untuk mengurusi setiap keberlangsungan Tangsel Creative Foundation sehari-harinya. Untuk dapat masuk menjadi anggota dan bagian dari komunitas ini, terdapat tahap-tahap yang harus dilalui. Apabila secara perseorangan, komunitas Tangsel Creative Foundation sendiri menyebutnya sebagai tim satelit. Untuk menjadi seorang tim satelit, mereka harus mengikuti lima program yang telah disediakan. Jika kelima program tersebut dapat dikerjakan dengan baik maka mereka dapat resmi dilantik menjadi anggota dari komunitas Tangsel Creative Foundation. Selanjutnya, apabila anggota yang ingin bergabung yaitu didapatkan secara kelembagaan maupun secara komunitas lain yang ditemui, maka pihak dari komunitas Tangsel Creative Foundation ini pun akan membangun sebuah relasi dengan mensupport baik tenaga, ide kreatif, membuat acara, maupun pendanaan. Relasi yang dibangun ini pun akhirnya dapat berafiliasi.

Kegiatan demi kegiatan bertemakan kesenian pun terus dilakukan oleh komunitas ini. Bagi bang Hilmi, setiap kegiatan yang dilakukan oleh Tangsel Creative Foundation tidak hanya sekedar membuat karya seni biasa tetapi melalui seni inilah mereka juga dapat melestarikan lingkungan kota Tangsel dan memberi dampak bagi kemajuan kota Tangsel itu sendiri. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, terbagi kedalam tiga jenis kegiatan. Kegiatan pertama disebut sebagai kegiatan dalam negeri, yaitu kegiatan yang dilakukan di dalam internal komunitas, seperti melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan dan sebagainya. Selanjutnya, kegiatan kedua disebut dengan kegiatan luar negeri, yaitu kegiatan yang dilakukan antar komunitas-komunitas yang juga tergabung dalam komunitas Tangsel Creative Foundation. Kegiatan tersebut berupa kegiatan membuat workshop, mengikuti dan bekerjasama dalam mendukung sebuah pameran-pameran bertemakan seni dan lingkungan, event dan masih banyak bentuk kegiatan lainnya. Kegiatan terakhir disebut sebagai kegiatan luar angkasa, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh komunitas untuk masyarakat dan bersama dengan masyarakat.

Salah satu bentuk kegiatan luar angkasa yang sukses dilakukan oleh komunitas Tangsel Creative Foundation ini adalah dengan melakukan perubahan yang besar bagi taman milik publik yang letaknya berdasarkan catatan sejarah berada tepat di titik nol kilometer BSD. Tidak banyak warga yang mengetahui tentang fakta tersebut, khususnya warga BSD sendiri. Taman Perdamaian, taman yang umurnya sekarang sudah mencapai lebih dari dua puluh tahun ini perlahan keberadaan dan fungsinya mulai rusak dan tidak terurus. Taman yang semula dibuat sebagai salah satu fasilitas yang diperuntukkan bagi publik agar bisa berolah raga dan sebagai salah satu paru-paru kota, kini menjadi tempat yang seringkali disalahgunakan peranannya oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab. Taman Perdamaian seolah berganti peran menjadi lokasi yang cocok bagi para gangster untuk berkumpul, mabuk-mabukan, tempat berkelahi, tempat bagi segelintir pasangan memadu kasih dan melakukan hal-hal negatif di dalamnya, hingga tempat yang berfungsi sebagai ‘rumah’ bagi para gelandangan yang ingin tidur dan beristirahat. Kondisi memprihatinkan seperti ini pun ditambah dengan suasana taman yang gersang akibat rusaknya pepohonan yang ada disana karena tidak pernah diberi pupuk maupun disiram secara rutin, tanah kering berhiaskan rerumputan yang hampir ‘botak’, banyaknya sampah-sampah yang berserakan, serta coretan-coretan tak bermakna yang dibuat dari cat dan piloks yang memenuhi hampir seluruh bagian taman, menjadi penglengkap rusaknya sudah fungsi awal diperuntukkannya keberadaan taman ini.

Berdasarkan fakta dan keadaan inilah, bang Hilmi bersama dengan anggota Tangsel Creative Foundation lainnya menjadikan Taman Perdamaian sebagai salah satu program yang dinamakan project taman seni dengan tagline revitalisasi taman di tahun 2014. Aksi ini dilakukan untuk merevitalisasi taman-taman milik publik yang sudah rusak dan tidak layak lagi untuk disebut sebagai fasilitas bagi publik. Selain karena untuk melakukan revitalisasi taman, aksi ini juga dilatarbelakangi oleh keterbatasan ruang seni, yang mana lokasi Taman Perdamaian ini dapat digunakan untuk memperluas ruang seni bagi para pelaku seni di kawasan Tangsel. Gagasan baik ini pun terdengar sampai kepada pemerintah. Pemerintah akhirnya mensupport secara keseluruhan dari rangkaian awal hingga akhir proses revitalisasi Taman Perdamaian ini. Bang Hilmi bersama anggota lainnya merancang desain, membangun gagasan, membuat infrastruktur, dan memenuhi apa yang menjadi kebutuhan-kebutuhan di Taman Perdamaian.

Kegiatan ini dibuat tidak untuk menjadikan taman tematik tersebut menjadi taman superior, tetapi memenuhi berbagai kebutuhan taman dengan segala problematika yang dihadapi, seperti bagaimana meminimalisir hingga menghilangkan para pelaku masyarakat yang tak bertanggung jawab untuk tidak lagi melakukan aksi-aksi negatifnya di taman ini, bagaimana membuat Taman Perdamaian ini menjadi taman untuk berkumpul, bermain, dan melakukan hal-hal positif di dalamnya. Tujuan tersebut dapat terlaksana dengan membuat keramaian kembali hadir di tengah-tengah lingkungan Taman Perdamaian. Keramaian tersebut dapat hadir jika suasana dan infrastruktur taman pun memadai. Bang Hilmi bersama anggota komunitas lainnya akhirnya membuat playground di dalam taman, mengecat ulang bagian-bagian taman yang rusak, khususnya pada bagian prasasti yang terletak di dalam Taman Perdamaian agar masyarakat yang berkunjung ke taman tersebut dapat mengetahui dan menambah wawasan mereka mengenai fakta bahwa lokasi Taman Perdamaian berada tepat di titik nol kilometer BSD. Tempat pertunjukkan pun dibangun disana agar setiap komunitas-komunitas yang ingin menampilkan karya seninya dapat difasilitasi melalui kehadiran Taman Perdamaian sebagai ruang publik yang baru.

Taman Perdamaian diubah menjadi layaknya markas bagi para pelaku seni di Tangsel dengan bermodalkan tanah yang gratis, bangunan gratis, bahan material yang dibiayai dan sebagainya. Tidak hanya area playground saja yang dibangun, kini lintasan bermain skateboard dan sepeda pun disediakan disana. Tong sampah juga nampak di sudut-sudut taman sehingga kondisi lingkungan sekitar taman pun tetap dapat terjaga bersih. Tembok-tembok yang berada di sekitar taman juga dihiasi dengan pembuatan mural karya anak-anak komunitas Tangsel Creative Foundation. Berbagai macam karya mural yang dibuat menambah keceriaan di Taman Perdamaian dengan goresan warna-warni penyegar mata. Kegiatan ini disambut sangat baik dan banyak mendapatkan respon positif di masyarakat. Jika dilihat dari segi seremonial, kegiatan ini mendapat banyak respon positif, baik dari sisi masyarakat maupun pemerintah sendiri. Hal tersebut dapat terlihat dari antusiasme warga sekitar yang ikut bergotong royong membersihkan kawasan Taman Perdamaian.

Dalam perjalanannya bersama tim melakukan revitalisasi taman, terdapat juga oknum-oknum yang merasa terganggu akan aksi yang sedang dilakukan. “Kami mengalami beberapa perkelahian dalam prosesnya. Seperti berkelahi dengan gangster motor misalnya. Saat kami juga sedang melakukan aktivitas mengecat mural pun, banyak kaleng-kaleng cat milik kami yang tiba-tiba menghilang karena sengaja diambil oleh kelompok atau orang-orang yang tidak menyukai keberadaan kami disana,” jelas bang Hilmi. Perilaku-perilaku tidak menyenangkan yang dialami tim saat proses bekerja pun tidak membuat gerakan revitalisasi taman ini terhenti. Hal tersebut terjadi karena masih banyak orang-orang yang belum paham dengan apa yang sedang dilakukan oleh tim komunitas Tangsel Creative Foundation sendiri. Karena itulah, muncul inisiatif baru dengan mengajak warga ikut membuat mural dan mengecat tembok bersama. Melalui aktivitas tersebut, diselipkan juga pemahaman-pemahaman kepada mereka, warga-warga yang belum paham dan ikut menentang akhirnya menjadi setuju dan membantu kegiatan revitalisasi Taman Perdamaian. Banyak pedagang-pedagang yang berjualan di sekitar Taman Perdamaian pun ikut dirangkul sehingga semuanya dapat kembali berjalan dengan baik. Tidak hanya pengurus dan anggota Tangsel Creative Foundation saja yang dapat melakukan kegiatan revitalisasi Taman Perdamaian ini, warga setempat pun juga dilibatkan dalam kegiatan membangun dan membawa perubahan bagi lingkungan melalui Taman Perdamaian ini sehingga banyak warga yang masuk kedalam anggota kepanitian juga. “Komunitas dengan kegiatan-kegiatan seperti ini merupakan cita2 lama kami, terutama bagi saya pribadi yang waktu itu ingin membuat BSD Art Center, akhirnya terjawab setelah sekitar empat atau lima tahun kemudian. Setelah BSD Art Center ditolak sana-sini, ternyata bisa dijawab dengan cara yang seperti ini dan lebih proper tentunya,” kata bang Hilmi sambil mengingat kembali setiap peristiwa dan perjuangan untuk akhirnya berhasil mendirikan komunitas Tangsel Creative Foundation.

***

Setelah sukses menggerakan program luar angkasa di Taman Perdamaian, program selanjutnya yang dilakukan yaitu dengan menginisiasi taman kolong fly over di Ciputat. Pasar Ciputat merupakan pasar yang cukup ramai. Setiap pagi hari kondisi lalu lintas disana terlihat selalu dalam keadaan macat, terdapat banyak pula penjual-penjual sepatu yang membuka lapak sehingga menambah tingkat kemacatan lalu lintas disana. Akhirnya kami melakukan inisiasi dengan pemerintah sehingga banyak pedagang-pedagang yang digeser dan menciptakan ruang publik baru. Program-program sosialisasi kebijakan atau program pemerintah lainnya juga sudah mulai terealisasi dengan cara-cara seni yang ditampilkan, misalnya Animasi Pelitas, banyak billboard yang mulai dipasang di wilayah sekitaran Tangsel, bang Hilmi bersama tim Tangsel Creative Foundation lah yang membuat konsep dan billboard tersebut. Nampak bahwa sudah terdapat banyak kerjasama-kerjasama yang dilakukan bersama pemerintah yang sebenernya juga sangat mensupport setiap kegiatan yang hendak dilakukan oleh komunitas ini.

Bicara soal sumber pendanaan yang didapatkan oleh komunitas yang dibangun oleh bang Hilmi ini, ia mengaku bahwa komunitas Tangsel Creative Foundation tidak pernah mendapatkan dana hibah dari pemerintah. Pendanaan yang diberikan lebih kepada bentuk pendanaan program bahwa komunitas ini punya gagasan seni. Pemerintah yang juga memiliki kebutuhan untuk memperbaiki taman-taman yang rusak, maka pemerintah memberikan pendanaan secara keseluruhan lewat program perbaikan taman yang komunitas lakukan. Namun, apabila dilihat secara kelembagaan, biasanya terdapat yayasan atau lembaga yang memang didanai dalam kurun waktu satu tahun. Dana pasti satu tahun yang diberikan itulah yang biasanya digunakan untuk setiap kegiatan yayasan. Dana hibah semacam inilah yang sama sekali tidak pernah didapatkan oleh komunitas Tangsel Creative Foundation. Jadi, dapat dikatakan untuk menjalankan kegiatan hari demi hari maupun bulan ke bulannya, organisasi  ini sama sekali tidak ada uangnya, tidak ada pendanaan yang secara rutin didapatkan.

Untuk mendanai komunitas Tangsel Creative Foundation, pendanaan yang ditapatkan biasanya lebih bersumber kepada media partner yang sedang bekerjasama dengan komunitas ini. Misalnya apabila komunitas sedang bekerjasama dengan pemerintah, pendanaan pun bersumber dari pemerintah. Jika dengan swasta, berarti swastalah juga yang mendanai. Jika kegiatan yang dilakukan secara independen, komunitas akan kembali lagi mengelompokkan apakah program yang sedang dilakakukan berjenis dalam negeri, luar negeri, atau luar angkasa, biasnaya dilakukannya sistem sumbangan melalui penjualan-penjualan seperti mercandaise yang hasilnya nanti  akan diberikan kepada pihak yang terkait tersebut. Sistem donatur dan donasi juga tidak lupa dijalankan. Terdapat pula sistem donasi antar anggota dalam komunitas Ttangsel Creative Foundation itu sendiri walaupun tidak dijalankan secara rutin. Pembiayaan serta pendanaan yang ada sangatlah secara komunitas disini.

***

“Daripada ikut gangster, geng motor, lebih baik kita ikut dalam kegiatan komunitas. Jika dibedah lagi sebenernya seperti ini, kota ini merupakan kota yang baru. Banyak keluarga baru dan keluarga muda yang ada, maka akhirnya akan lahirlah anak-anak muda. Anak-anak muda pastilah membutuhkan tempat untuk berekspresi secara bebas. Maka, munculah kemudia banyak komunitas. Komunitas-komunitas seperti itulah yang harus selalu diperhatikan, baik oleh pemerintah kota, swasta, bahkan komunitas, serta masyarakat dan semua hal yang ikut terlibat di dalamnya karena hal inilah  yang nantinya bisa menjadi satu kekuatan yang sangat besar buat kota Tangsel sendiri. Akan terdapat banyak sekali anak-anak muda di usia produktif yang tinggal di kota ini. Sampai di titik itulah pasti mereka butuh ruang-ruang, butuh kelompok-kelompok yang sangat kuat untuk bisa memfasilitasi isu-isu yang ada di masyarakat atau pergerakan komunitas dan kreatifitas. Maka untuk itulah, ayo anak2, marilah beraktifitas di komunitas yang positif. Kelak, kota Tangsel juga bisa dilihat kesuksesannya apabila komunitas yang berada di dalamnya dapat berjalan dengan baik menurut saya.” Pesan tersebut  ditutup dengan senyuman yang mengembang di wajah bang Hilmi.

No comments:

Post a Comment