SISA HIDUP
Panti Sosial Tunagrahita Belaian Kasih merupakan satu-satunya panti
anak-anak Cacat Intelektual yang terletak di Tangerang, berdiri sejak tahun
1996 dan diresmikan pada tanggal 8 Mei 1997 di Tangerang oleh Pemerintah Kota.
Panti Sosial Tunagrahita Belaian Kasih memberikan pelayanan, perawatan, dan
bimbingan yang meliputi rehabilitas sosial, medis, pendidikan dan keterampilan
bagi penyandang disabilitas yang terlantar.
Panti Sosial Tunagrahita yang
meyediakan kapasitas 220 orang tersebut dikepalai Ngapuli P.,AKS., M.Si, namun
jumlah kini telah menjadi 247 orang,dengan kasus anak Cacat intelektual,
Sindrom Down, dan juga Autis, jumlah ini
dipastikan akan terus meningkat, dan tidak akan menurun ungkap Ade (37), salah
seorang pegawai yang bertugas dalam bidang pelayanan di Panti Sosial Bina
Grahita Belaian Kasih.
“Anak-anak di panti ini datangnya dari berbagai daerah, sebagian besar kita
terima anak-anak ini dari polisi yang melakukan razia di jalan, lalu polisi menangkap
anak-anak ini yang di buang orang tuanya di pinggir jalan, atau yang memang
hilang dari rumahnya tapi tidak bisa kembali pulang. Ada juga beberapa yang
dititipkan sama orang tuanya karena mengaku mau bekerja tapi enggak bisa jaga
anak dengan kondisi anak yang cacat, jadi harus dititipkan dulu sementara, tapi
abis itu satu atau dua bulan hilang jejaknya, waktu di cari lagi orang tuanya
ke alamat yang di kasi udah pindah enggak tau pindah kemana. Terus, ada juga anak
dari panti-panti kecil di daerah-daerah, misalnya kemarin ada dari sukabumi ada
dua anak baru dikirim kesini, panti-panti kecil itu cuma buat tempat sementara
aja nampung mereka sebelum di bawa kesini, panti-panti daerah juga dapat dari
polisi,”cerita pak Ade saat ditemui, Senin (15/05/2017).
Angin bertiup lembut terasa melewati
beberapa helai rambut yang tak terikat keatas kepala saya, langkah kaki sedikit
cepat menuju kantor Pak Ade disambut oleh 10 anak-anak panti yang bergiliran
memberhentikan saya hanya untuk memberi salam dan memanggil saya ibu. Siang
hari yang memancarkan terik sinar matahari, pohon-pohon tinggi melambaikan
daun-daunnya yang lebat menambah suara ramai dari anak-anak di halaman yang sedang
melakukan aktivitas siang, ada yang bernyanyi di bawah rindang pohon, ada yang
menyapu membantu tukang pembersih, ada yang mengambil dedaunan yang jatuh
kedalam got dengan menggunakan tangan telanjang, ada juga yang berbaring di
balkon panti, ada yang menangis sambil termenung, ada yang sibuk bermain
sendiri. Wajah polos dan tingkah mereka menjadi pemandangan yang tak biasa saya
lihat di luar sana.
“Tingkah lakunya memang bermacam-macam anak-anak ini, saya sudah jadi hafal
semuanya, ada anak yang suka bukain jahitan baju, sampai kebuka bajunya, sekecil
apapun itu jahitan baju bisa di buka,” ungkap Ade sambil menunjuk kepada anak
yang sedang lewat. “Ada anak yang kerjaannya lukain diri sendiri lalu darahnya
di hisap-hisap gitu, sudah delapan bulan enggak sembuh-sembuh lukanya, saya
tetap kasi obat,eh...obatnya malah dijilat-jilat, terus ada juga yang tiba-tiba
lewat nabok, kan bikin orang kaget,”tambah Ade dengan ekspresi tertawa.
Panti Sosial Tunagrahita Belaian Kasih
memilki 1 gedung yang di khususkan bagi anak-anak, pada bagian lantai 1
kondisinya sangat memprihatinkan, ruang makan yang menebarkan bau menyengat
terhirup di setiap sudut ruangan, lantai basah dan lengket, kotoran manusia,
air seni, muntah, serta makanan bekas tumpah, bercampur di ruang yang pengap tanpa pendingin
ruangan, setiap perawat yang mengurus anak-anak disabilitas ini menggunakan
masker berwarna hijau untuk menutupi hidung mereka dari bau yang membuat perut
mual ini. Ada meja-meja kayu berjajar panjang dua baris berwarna coklat terang
ditemani bangku bewarna sama tanpa sandaran di kiri dan kanan meja. Pada lantai
yang sama hanya berjarak beberapa langkah yang di batasi satu lorong sedikit
gelap terdapat kantor pak Ade.
Jarum jam menunjukan tepat pukul 12:00
siang, waktunya jam makan siang, kesempatan ini membuat semua anak-anak
berkumpul di lantai 1 untuk menikmati makanan yang disajikan. Ada yang tidak
makan karena menangis, ada yang menyuapi temannya makan, ada yang disuapi
pengurus anak-anak disabilitas karena tidak bisa bergerak lagi, anak-anak ini
duduk tak berdaya diatas kursi roda, ada pula yang menumpahkan makanan di
lantai lalu makan dari lantai, ada yang mengambil makanan temannya, ada anak
yang memakan makanan bekas yang di tinggalkan. Suasana makan siang berjalan
dengan baik, tidak ada yang membuat keributan, wajah ceria terukir dari
beberapa anak karena mereka sangat suka makan,menurut pengakuan pak Ade,
anak-anak panti makan lebih dari porsi orang dewasa, cemilan tiga kali sehari
belum termasuk makan utama, siang, sore, dan malam.
Makan siang yang berjalan baik itu menjadi pemandangan yang sangat
mengganggu ketika sebuah sapu di kibaskan di atas meja makan oleh pembersih
untuk membersihkan ruangan, hal itu bak tanda bahwa jam makan siang sudah
selesai meskipun saat anak-anak masih menikmati makanannya dengan lahap.
Kehadiran anak-anak yang menikmati santapan siang tidak di hiraukan, tukang
pembersih seperti tidak melihat bahwa ada yang sedang makan, akhirnya debu-debu
pun berterbangan disekliling meja makan.
Setelah selesai makan siang, sebagian
anak-anak mengikuti perawat yang di bawa naik ke lantai dua dengan menggunakan lift menuju kamar dimana mereka
beristirhatat, sisanya ada yang bermain di halaman, bersantai, dan ada juga
yang membantu membersihkan sisa-sisa makan siang.
Ade Supriyanto, lelaki yang
kira-kira memiliki tinggi 175cm ini berbadan tegap dan berkulit coklat pekat
dengan rambut hitam belah tengah, wajahnya sederhana dan dan ramah. Lelaki ini telah
bekerja selama 7 tahun di panti, dirinya mengaku senang dan nyaman dengan
pekerjaan yang dilakukannya, meskipun banyak pekerjaan lain yang dapat ia
lakukan,dirinya memilih menjadi pegawai negeri dan melayani di panti bagi
anak-anak disabilitas ini.
“Saya merasa beruntung, di kasi
semuanya lengkap, ya bersyukur pokoknya! Kalau ngomong soal gaji mah,
dipikir-pikir enggak seberapa, tapi ya pekerjaan ini enggak bisa ngomomg gaji
la, ini soal hati, yang jadi relawan juga banyak disini, mereka Cuma karena
merasa tergerak hatinya untuk membantu, ada juga anak kuliahan yang buat tesis
lalu jadi bantuin anak-anak sekalian. Bisa dilihat anak-anak ini enggak
seberuntung kita. Kasihan mereka selama ini orang-orang pikir mereka ada cacat
intelektual jadi di terbelakangin, padahal seharusnya enggak boleh gitu, mereka
kan juga punya hak sama seperti kita, harusnya mereka ini di bimbing dan di
didik, mereka ini pasti bisa berkembang kok, meskipun lambat saya yakin mereka
ini bisa jadi orang yang berguna. Mereka ini warga negara Indonesia juga jadi
berhak dapat hak yang sama,”cetus Ade.
Anak-anak penderita Cacat
Intelektual atau keterbelakangan mental memiliki IQ di bawah rata-rata anak
normal pada umumnya, hal ini menyebabkan kecerdasan dan intelektualnya
terganggudan menyebabkan permasalahan-permasalahan lainnya muncul pada saat
proses perkembangan anak (Krik & Gallagher, 1989:116).
Lain halnya dengan anak dengan penderita Sindrom Down akan memiliki beberapa komplikasi kesehatan,
komplikasi ini disebabkan karena semua organ di dalam tubuh
bisa terkena dampak material genetika ekstra, hal ini menyebabkan berbagai penyakit menggerogoti
tubuh mereka, seperti misalnya demensia, masalah penglihatan, leukemia,
gangguan jantung, lebih rentan terhadap infeksi, masalah kelenjar tiroid,
masalah pendengaran, obesitas,
kejang, masalah kulit, menopause
dini dan henti napas saat tidur. Sindrom
Down sendiri merupakan suatu
kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan
adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat
kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
Menurut buku human development edisi ke 9 karangan diane e.papalia, Sally
Wendkos Old, Ruth Duskin Feldman. Bahwa terjadi ke-abnormalan pada
kromosom 21 ekstra atau translokasi kromosom 21.
“Ada satu anak namanya Andri, udah
komplikasi, paru-parunya udah parah, ginjal kanannya udah engga berfungsi,
jantungnya juga udah parah, kalau kata dokter mah udah tinggal tunggu waktu
aja, tapi saya percaya kalau hidup itu cuma ada di tangan Allah yang nentuin,
makanya sering saya bawa berobat anak ini. Tapi ya memang ada juga yang enggak
ketolong, paru-parunya udah parah, pas mau di bawa kerumah sakit udah
meninggal,” tambah Ade sambil menunjukan foto jenazah anak dari handphone nya.
Anak-anak penderita Sindrom Down tidak
bisa disembuhkan, namun dengan dukungan dan
perhatian yang maksimal, anak-anak dengan Sindrom Down bisa tumbuh dengan bahagia juga. Penderita Sindrom Down memiliki tingkat ketidakmampuan
belajar dan hambatan pertumbuhan yang berbeda antara satu sama lain. Beberapa perkembangan penting kadang-kadang
terkena dampaknya, termasuk cara berbicara, berjalan, membaca, berkomunikasi,
meraih barang, berdiri, dan duduk. Dampak keterbelakangan mental seperti
perilaku impulsif, kesulitan dalam mengambil keputusan hingga kemampuan atensi
minim juga dapat terjadi. Anak-anak dengan sindrom Down bisa
mengalami masalah kesehatan yang berbeda-beda dan akan membutuhkan perawatan
medis serta perhatian ekstra. Oleh sebab itu Panti Sosial Bina Grahita Belaian Kasih
bekerja sama dengan beberapa rumah sakit agar kebutuhan medis anak-anak Sindrom
Down terpenuhi.
Interaksi
kehidupan penghuni Panti Sosial Bina Grahita Belaian Kasih memang cukup dinamis
dan harmonis, namun perbedaan kondisi kejiawaan yang tidak stabil sering
menjadi penyebab terjadinya pertengkaran sesama penghuni. Sebagian besar anak
di panti memiliki keterbelakangan mental dari tingkat rendah hingga yang sudah
sulit untuk disembuhkan, dan hal tersebut menjadi tugas besar bagi pekerja
panti yang terus diupayakan agar jumlah anak
dengan keterbelakangan mental terus berkurang. Hal lainnya adalah para
perawat atau pekerja sosial di panti Tunagrahita harus memiliki tenaga yang
selalu fit dan ekstra.
“Berada di tempat ini sudah menajdi
pilihan saya, hal ini menjadi pilihan saya karena saya merasa nyaman aja
disini, sebelum bekerja disini saya
memang sudah kuliah untuk bekerja di bidang sosial, pas masuk kerja disini juga
enggak kaget, karena saya udah siap dengan segala konsekuensi,pekerjaan ini
tidak berat sebenarnya untuk saya mungkin bagi orang lain iya, yang penting
adalah sabar dan jangan pernah mukul kalau kesel, itu kesalahan kita kalau
sampai mukul,” ungkap Winda(27) salah satu perawat.
Tidak seberuntung anak-anak normal
lainnya, dengan adanya panti Tunagrahita, setidaknya anak-anak cacat
intelektual tidak berkeliaran di jalan dan masih mendapat perlindungan yang
cukup layak di bandingkan terlantar di jalan, kesepian, kelaparan, kedinginan,
dan menjadi pengganggu di masyrakat.
“Anak-anak di Panti Tunagrhatia berbeda
dengan anak-anak panti lainnya, mereka tidak mungkin di adopsi bagi pasangan yang
menginginkan anak, ya krena mereka kan cacat, sehingga hal tersebut membuat
anak-anak di panti Tunagrahita menghabiskan sisa hidupnya hanya dalam panti,
hari demi hari di jalani, tak pernah terpikir oleh mereka akan ada orang tua
yang datang menjemput, bahkan sampai ajal menjemput orang tua pun tidak tau,”tutup
Ade.
Jayanti
00000011929
Feature Writing
No comments:
Post a Comment