Dulu dan Sekarang, Stadion Benteng Tangerang
(Albert Christian / 00000010644)
GOL..
GOL.. GOL! Teriak para supporter Persita Tangerang saat tim kebanggannya
mencetak gol ke gawang lawannya pada ajang Indonesia Super League (ISL) 2010
berlangsung. Euforia itu sangat terasa special karena La Viola (Julukan Fans
Persita) selalu setia dan memenuhi Stadion yang berkapasitas sebanyak 20.000
penonton tersebut. Apalagi jika Persita
meraih kemenangan di kandang mereka sendiri yakni Stadion Benteng, La Viola
turun kejalanan Kota Tangerang untuk merayakan kemenangan tim kebanggaan mereka
itu.
Hal
yang sama terjadi jika, Tim asal Kota Tangerang lainnya yakni Persikota
Tangerang juga bermain di Stadion yang sama, Stadion Benteng. Para Benteng
Mania (Julukan Fans Persikota) memang memiliki jumlah massa yang lebih sedikit
dibandingkan La Viola, Namun untuk masalah kesetiaan, para Benteng Mania tidak
perlu diragukan lagi.
Duel
tim Kota Tangerang antara Persita Tangerang dan Persikota Tangerang, adalah
pertandingan yang selalu ditunggu-tunggu bagi pecinta sepakbola Indonesia.
Tensi panas, adu mulut antar kedua kesebelasan menjadi hal yang sangat biasa
dirasakan jika kedua tim ini bentrok di Stadion Benteng , Tangerang. Namun,pertandingan
antar kedua tim ini adalah sesuatu yang sangat tidak diharapkan bagi masyarakat
Kota Tangerang sendiri. Mengapa? Ya jelas alasannya. Kedua tim tersebut
layaknya kakak dan adik yang tak pernah akur satu sama lain. Bukan hanya di
bangku penonton saja, cekcok kedua pendukung berlangsung, namun hingga di
sekitar jalanan Kota Tangerang. Tawuran, aksi pukul satu sama lain menjadi
pandangan yang biasa bagi masyarakat Tangerang, jika kedua tim ini bertemu.
Salah
satu faktor mengapa pendukung kedua kesebelasan selalu bentrok jika kedua tim
bertemu, adalah karena faktor markas mereka satu, yakni hanya Stadion Benteng.
Hal ini memang menjadi masalah yang sangat klasik dirasakan kedua tim ini saat
kedua tim tersebut bermain di kasta yang sama yakni Liga Super Indonesia. Sengketa
tanah yang tidak jelas, apakah punya Kota Tangerang atau Kabupaten Tangerang
menjadi hal yang selalu menjadi sorotan.
Nasib
sial dialami kedua tim asal Kota Tangerang ini sebelum Liga Indonesia pada
Tahun 2013-2014 dimulai. Kedua tim dilarang menggunakan Stadion ini kembali
oleh kepolisain setempat karena seringnya tawuran terjadi antar kedua belah
supporter. Selain itu ada satu hal lain yang melatarbelakangi mengapa Stadion
ini juga tidak layak dipakai kembali . apa itu ? Karena menurut PSSI Stadion
Benteng sudah tidak layak dan tidak memenuhi standart nasional PSSI sebagai
Stadion yang digunakan para peserta klub Indonesia. Sontak hal ini menjadi hal
yang baru bagi kedua tim. Selain harus mencari Stadion cadangan untuk menggelar
pertandingan, baik Persita maupun Persikota diwajibkan untuk membenahi Stadion
Benteng Tangerang. Selain itu juga, hukuman FIFA terhadap Indonesia yaitu PSSI
yang dibekukan dan Timnas Indonesia dilarang mengadakan pertandingan secara professional
selama dua tahun dari 2014-2016 juga menambah kenangan pahit bagi Persita
Tangerang dan Stadion Benteng itu sendiri.
Itu
singkat cerita, mengapa kini Stadion Benteng tidak digunakan kembali oleh
Persita Tangerang maupun Persikota Tangerang. Beberapa tahun sudah tidak
digunakan untuk pertandingan professional, kini stadion Benteng terlihat sangat
tidak terawatt kondisinya. Hanya menjadi tempat tinggal para pemulung dan
tempat tinggal para pengamen, praktis kini stadion tersebut tampak sudah tidak
diperhatikan lebih oleh Pemerintah. Menurut pandangan orang yang memang dapat
dibilang sesepuhnya Stadion Benteng, ia sedikit menceritakan ‘busuknya’
pemerintah yang selalu mempermasalahkan tanah Stadion ini. Ia mengatakan memang
belum jelas, siapa pemilik tanah stadion Benteng ini sendiri, apakah memang
Pemerintah Kota atau Pemerintah Kabupaten Tangerang, itu masih menjadi tanda
tanya besar bagi sesepuh Stadion Benteng tersebut. “Ya kalau memang sudah jelas
permasalahannya apa, tolong diselesaikanlah, jangan egois, bukan kepentingan
pemerintah saja yang dikedepankan tapi apa ada Pemerintah memperhatikan kami
sebagai masyarakat yang membutuhkan sesuap nasi dari hal ini” itu cuitan dari
sesepuh Stadion Benteng itu sendiri.
Balik
lagi kepada kondisi isi Stadion yang kondisi nya sudah sangat tidak manusiawi
jika dilihat dengan mata kepala sendiri. Pertama kondisi tampak depan stadion
yang layaknya seperti gedung tua peninggalan zaman Belanda yang tak diurus
lagi, dinding kusam dipenuhi dengan lumut hijau yang mengelilingi sekitaran
dinding mungkin sedikit gambaran tampak depan Stadion Benteng Tangerang. Lalu
jika dilihat dari tampak akses menuju ke Lapangan, itu lebih buruk lagi. Contoh
kecilnya saja, akses tangga menuju ruang VIP yang memang dikhususkan bagi para
tamu undangan yang diundang hadir jika ada pertandingan penting, kondisinya
sangat menyedihkan. Bau, penuh kotoran baik hewan maupun manusia menjadi
gambaran kecil betapa tidak terawatnya Stadion ini. Pintu yang digunakan sebagai
jembatan orang masuk dan orang keluar, kini digunakan para pemulung untuk
menaruh tempat mereka hidup seperti, kasur, baju bekas, bahkan sampah makanan
sehabis ia makan pun ada disitu. Jika masuk menuju ke lapangan utama, yang
dilihat dengan mata kepala sendiri bukan rumput yang bagus dan bagus untuk
dimainkan sepakbola, namun yang dilihat adalah kondisi rumput yang sangat tidak
dirawat, rumput liar nan tinggi yang berada di tempat orang duduk. Lalu, ruang
ganti pemain yang seharusnya dibuat senyaman mungkin, justru kini beralih
fungsi menjadi gudang para pemulung yang sedang mengumpulkan bahan temuannya di
gudang tersebut.
Itu
merupakan gambaran sedikit bagaimana kondisi sebenarnya Stadion Benteng saat
ini, dulu dipuja-puja, kini hanya menjadi bahan olok-olokan. Adapun sedikit
kutipan perbincangan dengan salah satu pedagang yang dari tahun 1997 telah
berdagang minuman dari era Galatama hingga Indonesia Super League. “Wah, dulu
mah bos, apa-apa gampang, jualan abis terus, kalau ga ada tanding pun supporter
tuh suka banget ngumpul di tempat ini (Stadion Benteng), padahal kadang cuman
liat tim Persita latihan ringan gitu aja bos, omset sehari bisa lah buat hidup
satu minggu lebih kalo jaman dulu.. beda sama lima tahun terakhir bos, buat
hidup aja susah, kadang buat makan sehari-hari aja gakcukup” kata pedagang
tersebut. Dari kutipan perbincangan saya dengan pedagang itu dapat disimpulkan
kalau sepakbola bukan hanya tentang kedua kesebelasan bertanding di lapangan
untuk mencari kemenangan. Tapi, banyak aspek yang diuntungkan dengan sepakbola,
berbagai kalangan, profesi dan lain hal bergantung dengan sepakbola. Banyak,
bukan hanya si pedangang minuman saja, misal penjual souvenir dan baju
sepakbola misalnya, entah kemana ia mencari uang jika tidak dari berjualan hal
tersebut.
Kabar
terakhir dari pengurus harian Stadion Benteng, bahwa kini Stadion Benteng
memang sudah tidak berjalan sesuai operasional, Tapi masih ada kegiatan seperti
latihan ringan dari tim akademi Persita Tangerang pada pagi hari, itupun jarang
sekali kegiatannya. Lalu kabar baiknya, kini Persita Tangerang terus merintis
mulai dari nol lagi seperti layaknya membentuk tim baru. Sudah ada Stadion yang
dipersiapkan Pemerintah bagi tim kesayangan Kota Tangerang yakni Persita
Tangerang, tempatnya adalah di daerah Legok, Karawaci, Tangerang Selatan.
Stadion tersebut sudah berstandar nasional bahkan akan dibuat berstandar
internasional. Hal ini justru akan membawa dampak positif, bukan hanya dari
aspek Persita Tangerang, namun bagi persepakbolaan tanah air.
Stadion
Benteng sendiri memiliki kenangan yang begitu indah, khususnya bagi Persita
Tangerang. Nama-nama pesepakbola tenar pernah mengisi slot pemain di kubu
Persita Tangerang, Nama-nama seperti Cucu Hidayat, Tema Mursadad, Firman Utina
hingga Christian Carrasco merupakan nama yang sudah tak asing lagi dalam dunia
sepakbola. Kini Stadion Benteng telah menjadi kenangan bagi semua pecinta
sepakbola Indonesia, bahwa dulu ada Stadion yang bernama Stadion Benteng
Tangerang.
No comments:
Post a Comment