BANK SAMPAH
SUNGAI CISADANE, AKSI PEDULI LINGKUNGAN.
Saskia
Anindya Putri
00000012389
“yuk
jalan-jalan keliling kota tangerang, perahu sudah siap berangkat!.” terdengar
ajakan dari seorang pria yang sudah siap mengendarai perahu boat, dengan kedua
tangan yang sedang memegang pelampung keselamatan untuk dipakai oleh para penumpang
perahu tersebut. Pria itu bersemangat untuk mengajak berkeliling mengenal
sungai cisadane dari sisi lebih dekat. Sungai yang menjadi ikon untuk kota
Tangerang. Sungai Cisadane ini merupakan sungai dengan panjang sekitar 126 km,
yang sudah ada sejak berabad-abad pada zaman kerajaan. Air yang bersumber dari
lereng Gunung Pangrango dan memecah ke anak sungai Gunung salak ini memiliki
peran penting untuk warga sekitar sungai cisadane.
“airnya
itu dipergunakan buat mengaliri sawah-sawah, ya irigasi disebutnya, dan juga
buat kebutuhan sandang pangan seperti cuci, mandi, dan banyak lagi. Cuma kalau
sekarang banyak yang jijik karena sekarang airnya kotor ga seperti dulu.” dayak, salah satu pengurus Banksasuci.
Hidup
di zaman ini, tak sedikit orang yang acuh terhadap lingkungannya. Namun, tidak
sedikit pula orang yang tidak acuh terhadap lingkungan. Ditengah keramaian kota
tangerang yang ramai dipadati penduduknya, terdapat suatu tempat yang bernama Banksasuci. Banksasuci ini singkatan dari Bank Sampah Sungai Cisadane yang terletak di
kawasan Panunggangan barat,Cibodas, Tangerang.
Banksasuci
terbentuk pada sekitaran tahun 2011 hingga 2012. Awalnya Banksasuci didirikan oleh sekitar
sepuluh orang. Seiring berjalannya waktu, orang-orang yang mendirikan
Banksasuci hanya tersisa dua orang. Namun tak sedikit pula orang-orang baru
yang berdatangan menjadi suka relawan di Banksasuci tersebut. Ada sekitar dua
puluh orang yang datang ke Banksasuci tersebut dan secara sukarela menjadi
relawan. Manfaat hadirnya Banksasuci itu sendiri untuk membantu masyarakat kota
Tangerang untuk melestarikan sungai cisadane, dengan menjaga kualitas air di
sungai tersebut dan menjaga kebersihannya. ide awal untuk mendirikan Banksasuci
ini terlintas saat Uyus Setia Bakti dan dayak masih bernaung dalam kominitas
Anak Langit, komunitas yang salah satu pendirinya ialah uyus dan dayak sebagai
relawan. Mereka juga tergabung dalam YAPELH, Yayasan Peduli Lingkungan Hidup.
“dulu
suka jalan-jalan disekitaran sungai cisadane, trus terpikir apasi yang bisa
dilakukan untuk mengisi sisa waktu usia ini, yang bermanfaat juga buat
lingkungan dan juga masyarakat. Nah dari situ terpikirkan untuk membuat
membangun Banksasuci ini. awalnya hanya bermodalkan tekad dan kemauan aja kita
bangun ini. setelah matang, kita cari tempat untuk banksasuci ini, kira-kira
dimana tempat yang pas. Karena kita fokus untuk sampah di sekitaran dan tepian
sungai cisadane, maka yang menjadi
sasaran kita ialah warga yang tinggal di sekitar sungai cisadane dan
juga warga yang menjadi penyupai sampah terbesar di sungai cisadane ini. Dan
akhirnya dibangunlah Banksasuci di tepi sungai ini.” kata Uyus, salah satu
pendiri Banksasuci.
“dulu
awalnya dari iseng-iseng duduk di tepian sungai cisadane, terus melihat dari banyak
sampah yang berkeliaran disungai, kalau dibiarkan terus kan dampak kedepannya
kan engga bagus, trus dari situ kepikiran buat semacam hal yang berguna buat
lingkungan ya seperti Banksasuci ini.” kata dayak, pengurus banksasuci.
Tingkat
kebersihan dari sungai cisadane saat ini mempengaruhi masyarakat dalam
penggunaan air sebagai kebutuhan di kehidupan masyarakat. Jumlah sampah yang
terus meningkat di permukaan air, berdampak buruk bagi kualitas air serta
kesehatan bagi para penggunanya. Dilansir dari penelitian yang dilakukan oleh
pihak Banksasuci, tercatat bahwa dalam sehari sampah di Tangerang mencapai
6.158 m³. Dan dalam setahun jumlah sampah tersebut dapat mencapai sekitar
17.813.271 m³. Diperkirakan pada tahun 2020 sampah akan semakin mewabah di kota
Tangerang khususnya di sungai cisadane.
Sampah-sampah
yang sulit diurai dapat menjadi masalah untuk buruknya lingkungan. Seperti
sampah kertas yang baru akan terurai dalam waktu 2-5 bulan, sampah plastik yang diperkiraan akan
terusai dalam waktu 10-12 tahun dan berbagai jenis sampah lainnya. Tentunya ini
akan mengakibat kualitas yang buruk dan meluapnya air karena hambatan dari
sampah tersebut.
Banksasuci
memiliki visi dan misi yang tegas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Visi
dari Banksasuci ini sendiri ialah mengembangkan fungsi sungai cisadane menjadi
jauh lebih baik lagi, sedangkan misinya dengan melakukan penghalawan sampah
dengan rakit.
Suasana teduh di Banksasuci
Tempat
yang tidak pernah sepi ini, selalu dikunjungi oleh orang-orang dari berbagai
wilayah. Mulai dari warga yang tinggal di sekitar panunggangan hingga warga
dari daerah ciledug. Warga yang datang ke Banksasuci mulai dari anak-anak,
remaja, hingga dewasa. Kebahagian orang-orang yang datang tergambar dari
senyuman indah di wajah mereka.
Suasana
yang tenang dan nyaman menyelimuti orang-orang yang singgah di Banksasuci. angin
yang berhembus lembut memberi kesejukan yang membuat mereka ingin tetap tinggal
di tempat tersebut. angin yang membuat bendera merah putih itu berkibar dengan
indah, arus air dari sungai cisadane yang tenang, alunan musik yang berirama
serta canda tawa orang-orang yang
singgah.
Berbagai
fasilitas yang disediakan mulai dari saung untuk mereka bersantai, tempat untuk membuat prakarya dari
sampah-sampah yang sudah dipilah, warung kopi untuk mereka yang ingin bersantai
sambil menghirup secangkir kopi dengan pemandangan indah di pinggir sungai
cisadane, boat untuk berjalan-jalan mengelilingi sekitaran sungai cisadane,
serta tempat ibadah untuk mereka yang beragamakan muslim.
Jenis-jenis
sampah yang dikumpulkan oleh pihak banksasuci beragam. Dari penghitungan
terakhir, sampah yang dikumpulkan oleh pihak banksasuci mencapai 78 jenis
sampah. Mulai dari, kertas, plastic, karet, kasur, sofa, alat elektronik,
hingga alat kontrasepsi ditemukan di sungai cisadane. Namun, tak hanya
mengangkut dari sungai cisadane itu sendiri, pihak Banksasuci juga membuat
program tabungan sampah, untuk siapa saja yang ingin memberikan sampah mereka
untuk ditukarkan dalam bentuk nominal ataupun barang. Dalam banksasusi terdapat
pula istilah nasabah seperti bank pada umumnya. Namun, yang membedakan dengan
bank pada umumnya ialah ketika pada bank umumnya ialah pelayanan menyangkut
dengan uang, namun di bank sampah sungai cisadane ini pelayanan dengan
sampah. Dari penukaran barang, terdapat
program yang dapat diikuti warga seperti, tabungan pendidikan yaitu berupa barang untuk kebutuhan sekolah, lalu
ada juga tabungan hari raya yaitu barang yang berhubungan dengan hari raya,
lalu Tabungan liburan, juga tabungan regular yaitu sampah yang ditukarkan
dengan uang yang dihargai dua ribu rupiah setiap satu kilogram. Semua
tergantung dari Setiap warga yang ingin memilih penukaran sampah dengan
berbagai pilihan tersebut. Dengan program tersebut dapat membuat antusias warga
untuk mengumpulkan sampahnya tanpa harus dibuang percuma, dan justru memberi keuntungan bagi warga
tersebut. untuk mengumpulkan sampah, warga bisa datang langsung ke lokasi
banksasuci atau dari pihak banksasuci yang mengambil sampah yang sudah
dikolektif di satu tempat di daerah tersebut.
Kegiatan
rutin dari pihak banksasuci itu sendiri melakukan patroli darat untuk
pengambilan sampah di setiap daerah secara rutin mulai dari sekitaran
panunggangan hingga ke daerah ciledug. Dan untuk patroli air, sampah yang
berada di sungai cisadane dibuat rakit agar sampah-sampah yang mengambang
tersangkut di rakit tersebut.
“kalau
airnya normal, kita bentangkan rakit nanti sampah yang lewat tersangkut di
rakit itu. trus kita angkut deh, abis itu kita sortir sesuai dengan jenisnya.
Cuma kadang arus airnya kan ga tentu, nanti kencang, nanti tinggi, sampai rakit
buat menghalang sampah itu putus. Dan rakit itu sudah ganti sampai tiga kali
karena arus air yang kencang dan sampah yang menumpuk jadi dia ga kuat nampung
sampah. ” Kata dayak, salah satu pengurus Banksasuci.
Gaun dari bungkus kopi
Dan
jika sampah-sampahnya sudah disortir sesuai dengan jenisnya, untuk sampah yang
tidak memiliki nominal akan didaur ulang menjadi prakarya seperti tas yang terbuat
dari bungkus kopi, ada pula tas yang terbuat dari gelas plastik minuman, dan
banyak lagi. Lalu untuk sampah yang memiliki nominal akan dijual untuk membantu
biaya operasional di Banksasuci tersebut.
“ya
hasil dari sampah yang dijual itu kan ga banyak, jadi ya dicukup-cukupin aja
untuk biaya operasional sehari-harinya. Paling biasanya ada dana sukarela dari
acara-acara yang dibuat di sini atau juga dari pemerintah, Cuma biasanya kalau
dari pemerintah berupa fasilitas barang, kaya saung pantau kan ada sirinenya
buat kalau air banjir.” Kata ade, selaku pengurus Banksasuci.
Sayangnya
masih banyak warga yang belum sadar dengan pengaruh sampah yang sengaja dibuang
sembarangan tersebut. Tidak sedikit warga yang membuang sampah ke sungai
cisadane tanpa memikirkan resiko yang ditimbulkan di lain hari.
“pernah
ada saat kita lagi patroli air, pas banget ketemu orang buang sampah
sembarangan ke sungai. Waktu kita tegur mereka malah bilang ‘anda siapa? Saya
sejak zaman kakek saya sudah buang sampah di sungai, ga pernah ada yang larang,
kok anda larang saya buang sampai di sungai cisadane.’ Kita jawab ‘ya kalau
zaman kakeknya bapak kan paling sampah yang dibuang daun pisang, daun nangka,
ya kalau sekarang kan sampah plastik pak.’ untuk membangun kesadaran diri
masyarakat ini butuh energi, butuh dorongan juga tenaga dan juga pihak-pihak
akademisi, pemerintahan agar semua lebih mempermudah.” Kata uyus.
Dari
semua aksi sosial di Banksasuci tersebut, pihak - pihak yang terlibat tidak
memikirkan ataupun mengharapkan keuntungan secara materil untuk pribadi masing
– masing. Melainkan keuntungan yang
mereka peroleh ialah dari sisi moral, kekeluargaan, kebersamaan, dan juga
menciptakan lingkungan yang indah serta nyaman.
“tidak
terpikirlah untuk mencari keuntungan materil, yang penting bagaimana tempat ini
berguna untuk orang lain khususnya warga sekitar. keuntungan seperti itulah
yang lebih nikmat, dibandingan dengan keuntungan dari sisi materil.” Kata dayak.
Seiring
dengan berkurangnya sampah yang mengambang di permukaan sungai, terdapat
masalah lain yang membuat kualitas air sungai menurun. Yaitu limbah dari pabrik
yang berada disekitar sungai. Limbah pabrik tersebut dibuang begitu saja ke
aliran sungai cisadane tanpa mempertanggung jawabkan kerugian untuk lingkungan
yaitu air sungai tersebut. Sudah banyak orang yang datang untuk memberikan
peneguran secara damai dan pendekatan agar saling memahami resiko yang akan
ditimbulkan dari limbah tersebut.
“akhirnya
dari peneguran dan aksi yang kita buat tersebut, berbuah hasil yang memuaskan
dan rasanya tidak sia-sia. kalau dulu mereka banyak buang limbahnya, sekarang
ada pengurangan.” Tutur Uyus Setia Bakti.
No comments:
Post a Comment