Saturday, 3 June 2017

BANK SAMPAH SUNGAI CISADANE, AKSI PEDULI LINGKUNGAN.

BANK SAMPAH SUNGAI CISADANE, AKSI PEDULI LINGKUNGAN.
Saskia Anindya Putri
00000012389



“yuk jalan-jalan keliling kota tangerang, perahu sudah siap berangkat!.” terdengar ajakan dari seorang pria yang sudah siap mengendarai perahu boat, dengan kedua tangan yang sedang memegang pelampung keselamatan untuk dipakai oleh para penumpang perahu tersebut. Pria itu bersemangat untuk mengajak berkeliling mengenal sungai cisadane dari sisi lebih dekat. Sungai yang menjadi ikon untuk kota Tangerang. Sungai Cisadane ini merupakan sungai dengan panjang sekitar 126 km, yang sudah ada sejak berabad-abad pada zaman kerajaan. Air yang bersumber dari lereng Gunung Pangrango dan memecah ke anak sungai Gunung salak ini memiliki peran penting untuk warga sekitar sungai cisadane.


“airnya itu dipergunakan buat mengaliri sawah-sawah, ya irigasi disebutnya, dan juga buat kebutuhan sandang pangan seperti cuci, mandi, dan banyak lagi. Cuma kalau sekarang banyak yang jijik karena sekarang airnya kotor ga seperti dulu.”  dayak, salah satu pengurus Banksasuci.

Hidup di zaman ini, tak sedikit orang yang acuh terhadap lingkungannya. Namun, tidak sedikit pula orang yang tidak acuh terhadap lingkungan. Ditengah keramaian kota tangerang yang ramai dipadati penduduknya, terdapat suatu tempat yang bernama Banksasuci. Banksasuci ini singkatan dari Bank Sampah Sungai Cisadane yang terletak di kawasan Panunggangan barat,Cibodas, Tangerang.

Banksasuci terbentuk pada sekitaran tahun 2011 hingga 2012.  Awalnya Banksasuci didirikan oleh sekitar sepuluh orang. Seiring berjalannya waktu, orang-orang yang mendirikan Banksasuci hanya tersisa dua orang. Namun tak sedikit pula orang-orang baru yang berdatangan menjadi suka relawan di Banksasuci tersebut. Ada sekitar dua puluh orang yang datang ke Banksasuci tersebut dan secara sukarela menjadi relawan. Manfaat hadirnya Banksasuci itu sendiri untuk membantu masyarakat kota Tangerang untuk melestarikan sungai cisadane, dengan menjaga kualitas air di sungai tersebut dan menjaga kebersihannya. ide awal untuk mendirikan Banksasuci ini terlintas saat Uyus Setia Bakti dan dayak masih bernaung dalam kominitas Anak Langit, komunitas yang salah satu pendirinya ialah uyus dan dayak sebagai relawan. Mereka juga tergabung dalam YAPELH, Yayasan Peduli Lingkungan Hidup.

“dulu suka jalan-jalan disekitaran sungai cisadane, trus terpikir apasi yang bisa dilakukan untuk mengisi sisa waktu usia ini, yang bermanfaat juga buat lingkungan dan juga masyarakat. Nah dari situ terpikirkan untuk membuat membangun Banksasuci ini. awalnya hanya bermodalkan tekad dan kemauan aja kita bangun ini. setelah matang, kita cari tempat untuk banksasuci ini, kira-kira dimana tempat yang pas. Karena kita fokus untuk sampah di sekitaran dan tepian sungai cisadane, maka yang menjadi  sasaran kita ialah warga yang tinggal di sekitar sungai cisadane dan juga warga yang menjadi penyupai sampah terbesar di sungai cisadane ini. Dan akhirnya dibangunlah Banksasuci di tepi sungai ini.” kata Uyus, salah satu pendiri Banksasuci.

“dulu awalnya dari iseng-iseng duduk di tepian sungai cisadane, terus melihat dari banyak sampah yang berkeliaran disungai, kalau dibiarkan terus kan dampak kedepannya kan engga bagus, trus dari situ kepikiran buat semacam hal yang berguna buat lingkungan ya seperti Banksasuci ini.” kata dayak, pengurus banksasuci.

Tingkat kebersihan dari sungai cisadane saat ini mempengaruhi masyarakat dalam penggunaan air sebagai kebutuhan di kehidupan masyarakat. Jumlah sampah yang terus meningkat di permukaan air, berdampak buruk bagi kualitas air serta kesehatan bagi para penggunanya. Dilansir dari penelitian yang dilakukan oleh pihak Banksasuci, tercatat bahwa dalam sehari sampah di Tangerang mencapai 6.158 m³. Dan dalam setahun jumlah sampah tersebut dapat mencapai sekitar 17.813.271 m³. Diperkirakan pada tahun 2020 sampah akan semakin mewabah di kota Tangerang khususnya di sungai cisadane.

Sampah-sampah yang sulit diurai dapat menjadi masalah untuk buruknya lingkungan. Seperti sampah kertas yang baru akan terurai dalam waktu 2-5  bulan, sampah plastik yang diperkiraan akan terusai dalam waktu 10-12 tahun dan berbagai jenis sampah lainnya. Tentunya ini akan mengakibat kualitas yang buruk dan meluapnya air karena hambatan dari sampah tersebut.

Banksasuci memiliki visi dan misi yang tegas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Visi dari Banksasuci ini sendiri ialah mengembangkan fungsi sungai cisadane menjadi jauh lebih baik lagi, sedangkan misinya dengan melakukan penghalawan sampah dengan rakit.


Suasana teduh di Banksasuci

Tempat yang tidak pernah sepi ini, selalu dikunjungi oleh orang-orang dari berbagai wilayah. Mulai dari warga yang tinggal di sekitar panunggangan hingga warga dari daerah ciledug. Warga yang datang ke Banksasuci mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Kebahagian orang-orang yang datang tergambar dari senyuman indah di wajah mereka.

Suasana yang tenang dan nyaman menyelimuti orang-orang yang singgah di Banksasuci. angin yang berhembus lembut memberi kesejukan yang membuat mereka ingin tetap tinggal di tempat tersebut. angin yang membuat bendera merah putih itu berkibar dengan indah, arus air dari sungai cisadane yang tenang, alunan musik yang berirama serta canda tawa orang-orang yang  singgah.

Berbagai fasilitas yang disediakan mulai dari saung untuk mereka  bersantai, tempat untuk membuat prakarya dari sampah-sampah yang sudah dipilah, warung kopi untuk mereka yang ingin bersantai sambil menghirup secangkir kopi dengan pemandangan indah di pinggir sungai cisadane, boat untuk berjalan-jalan mengelilingi sekitaran sungai cisadane, serta tempat ibadah untuk mereka yang beragamakan muslim.

Jenis-jenis sampah yang dikumpulkan oleh pihak banksasuci beragam. Dari penghitungan terakhir, sampah yang dikumpulkan oleh pihak banksasuci mencapai 78 jenis sampah. Mulai dari, kertas, plastic, karet, kasur, sofa, alat elektronik, hingga alat kontrasepsi ditemukan di sungai cisadane. Namun, tak hanya mengangkut dari sungai cisadane itu sendiri, pihak Banksasuci juga membuat program tabungan sampah, untuk siapa saja yang ingin memberikan sampah mereka untuk ditukarkan dalam bentuk nominal ataupun barang. Dalam banksasusi terdapat pula istilah nasabah seperti bank pada umumnya. Namun, yang membedakan dengan bank pada umumnya ialah ketika pada bank umumnya ialah pelayanan menyangkut dengan uang, namun di bank sampah sungai cisadane ini pelayanan dengan sampah.  Dari penukaran barang, terdapat program yang dapat diikuti warga seperti, tabungan pendidikan yaitu  berupa barang untuk kebutuhan sekolah, lalu ada juga tabungan hari raya yaitu barang yang berhubungan dengan hari raya, lalu Tabungan liburan, juga tabungan regular yaitu sampah yang ditukarkan dengan uang yang dihargai dua ribu rupiah setiap satu kilogram. Semua tergantung dari Setiap warga yang ingin memilih penukaran sampah dengan berbagai pilihan tersebut. Dengan program tersebut dapat membuat antusias warga untuk mengumpulkan sampahnya tanpa harus dibuang percuma,  dan justru memberi keuntungan bagi warga tersebut. untuk mengumpulkan sampah, warga bisa datang langsung ke lokasi banksasuci atau dari pihak banksasuci yang mengambil sampah yang sudah dikolektif di satu tempat di daerah tersebut.

Kegiatan rutin dari pihak banksasuci itu sendiri melakukan patroli darat untuk pengambilan sampah di setiap daerah secara rutin mulai dari sekitaran panunggangan hingga ke daerah ciledug. Dan untuk patroli air, sampah yang berada di sungai cisadane dibuat rakit agar sampah-sampah yang mengambang tersangkut di rakit tersebut.

“kalau airnya normal, kita bentangkan rakit nanti sampah yang lewat tersangkut di rakit itu. trus kita angkut deh, abis itu kita sortir sesuai dengan jenisnya. Cuma kadang arus airnya kan ga tentu, nanti kencang, nanti tinggi, sampai rakit buat menghalang sampah itu putus. Dan rakit itu sudah ganti sampai tiga kali karena arus air yang kencang dan sampah yang menumpuk jadi dia ga kuat nampung sampah. ” Kata dayak, salah satu pengurus Banksasuci.


Gaun dari bungkus kopi

Dan jika sampah-sampahnya sudah disortir sesuai dengan jenisnya, untuk sampah yang tidak memiliki nominal akan didaur ulang menjadi prakarya seperti tas yang terbuat dari bungkus kopi, ada pula tas yang terbuat dari gelas plastik minuman, dan banyak lagi. Lalu untuk sampah yang memiliki nominal akan dijual untuk membantu biaya operasional di Banksasuci tersebut.

“ya hasil dari sampah yang dijual itu kan ga banyak, jadi ya dicukup-cukupin aja untuk biaya operasional sehari-harinya. Paling biasanya ada dana sukarela dari acara-acara yang dibuat di sini atau juga dari pemerintah, Cuma biasanya kalau dari pemerintah berupa fasilitas barang, kaya saung pantau kan ada sirinenya buat kalau air banjir.” Kata ade, selaku pengurus Banksasuci.

Sayangnya masih banyak warga yang belum sadar dengan pengaruh sampah yang sengaja dibuang sembarangan tersebut. Tidak sedikit warga yang membuang sampah ke sungai cisadane tanpa memikirkan resiko yang ditimbulkan di lain hari.

“pernah ada saat kita lagi patroli air, pas banget ketemu orang buang sampah sembarangan ke sungai. Waktu kita tegur mereka malah bilang ‘anda siapa? Saya sejak zaman kakek saya sudah buang sampah di sungai, ga pernah ada yang larang, kok anda larang saya buang sampai di sungai cisadane.’ Kita jawab ‘ya kalau zaman kakeknya bapak kan paling sampah yang dibuang daun pisang, daun nangka, ya kalau sekarang kan sampah plastik pak.’ untuk membangun kesadaran diri masyarakat ini butuh energi, butuh dorongan juga tenaga dan juga pihak-pihak akademisi, pemerintahan agar semua lebih mempermudah.” Kata uyus.

Dari semua aksi sosial di Banksasuci tersebut, pihak - pihak yang terlibat tidak memikirkan ataupun mengharapkan keuntungan secara materil untuk pribadi masing – masing.  Melainkan keuntungan yang mereka peroleh ialah dari sisi moral, kekeluargaan, kebersamaan, dan juga menciptakan lingkungan yang indah serta nyaman.

“tidak terpikirlah untuk mencari keuntungan materil, yang penting bagaimana tempat ini berguna untuk orang lain khususnya warga sekitar. keuntungan seperti itulah yang lebih nikmat, dibandingan dengan keuntungan dari sisi materil.” Kata dayak.

Seiring dengan berkurangnya sampah yang mengambang di permukaan sungai, terdapat masalah lain yang membuat kualitas air sungai menurun. Yaitu limbah dari pabrik yang berada disekitar sungai. Limbah pabrik tersebut dibuang begitu saja ke aliran sungai cisadane tanpa mempertanggung jawabkan kerugian untuk lingkungan yaitu air sungai tersebut. Sudah banyak orang yang datang untuk memberikan peneguran secara damai dan pendekatan agar saling memahami resiko yang akan ditimbulkan dari limbah tersebut.


“akhirnya dari peneguran dan aksi yang kita buat tersebut, berbuah hasil yang memuaskan dan rasanya tidak sia-sia. kalau dulu mereka banyak buang limbahnya, sekarang ada pengurangan.” Tutur Uyus Setia Bakti.

No comments:

Post a Comment