KELILING DUNIA
DALAM SATU RUMAH
Eny Immanuella Gloria
00000012516
“Masyarakat saat ini mempunyai banyak potensi
yang mesti digali seperti menulis, theater, film, dan lain-lain tetapi kita sebagai generasi muda lupa dengan
kegiatan membacanya,” ujar Daru, seorang mahasiswa UIN Banten semester
delapan jurusan jurnalistik yang menjadi relawan rumah dunia angkatan 23 di
rumah dunia.
Rumah dunia
merupakan sebuah tempat berkumpulnya sebuah organisasi sastra dan jurnalistik
yang didirikan oleh seorang penulis novel, Gol A Gong, seorang penulis puisi,
Tias Tatanka, seorang penyair nasional, Toto St Radik , dan seorang wartawan dikoran
radar Banten, Rys Revalto yang memiliki tujuan yang sama untuk membuat
masyarakat Banten memiliki minat baca yang tinggi. Rumah dunia memiliki luas
halaman ±3000 meter persegi dan
berlokasi di kampong ciloang, Serang, Banten, tak jauh dari gerbang tol Serang
Timur.
Rumah dunia ini terletak tepat
dibelakang rumah Gol A Gong dan isterinya, Tias Tatanka, yang merupakan kebun
belakang rumah mereka. Anak-anak sekitar rumah mereka sering datang ke kebun
belakang rumah dan bermain. Gol A Gong yang melihat hal itu mulai memberikan
anak-anak ruang untuk tempat bermain di kebun belakangnya dan memberikan
anak-anak kecil tersebut makanan dan mainan juga buku-buku bacaan sehingga
anak-anak mulai betah bermain dan membaca berbagai buku di kebun belakang dari
situlah ide awal rumah dunia.
Sebuah gedung bertingkat dua
yang lebar dengan tangga disebelah kanan dengan hiasan yang menggantung
didinding gedung dengan cat tembok berwarna warni menghias gedung tersebut dan
terdapat tulisan RUMAH DUNIA besar yang akan lansung terlihat ketika datang ke
rumah dunia.
Menengok kesebelah kiri terlihat
sebuah perosotan tua, ayunan, dan mainan anak-anak lainnya yang mulai berkarat
karena terkena tetesan air hujan. Berjalan sedikit kedepan dari tempat bermain
akan terlihat sebuah jalan yang dipinggir kanan dan kirinya berhiaskan
pepohonan yang tak biasa. Pohon –pohon tersebut dihias sedemikian rupa yang
membuat mata merasa senang akan keunikannya. Beberapa pohon dihias dengan
sepatu bekas yang diikat menjuntai, beberapa pohon dihias dengan menggunakan
mesin ketik, keyboard komputer yang diikat dan dibiarkan menjuntai menghias
pohon dan sebuah tumpukan barang-barang bekas seperti dispenser minum, tv yang
tidak terpakai lagi tersusun seperti tumpukan keatas seperti pintu masuk. Lalu
menengok kekanan ada sebuah tempat pertemuan yang sedang dibersihkan oleh
seorang petugas kebersihan yang bernama Ferry yang telah bekerja selama tuga
tahun sebagai petugas kebersihan dirumah dunia. Tempat tersebut adalah sebuah
tempat pertemuan ataupun tempat berlangsungnya kegiatan yang tidak ada alas
diatasnya hanya keramik berwarna merah yang dingin. Sebuah patung kuda yang
terbentuk dari kertas berwarna bekas berdiri tegak menghias tempat pertemuan
itu.
Berjalan lebih kedalam ada
sebuah tempat duduk berbentuk setengah lingkaran yang panjang dan lebih dari
satu, melihat kearah kanan ada sebuah besi berwarna merah berbentuk hati yang
membingkai sebuah perpustakaan berwarna pink yang dihias dengan mesin ketik
yang diikat dan menjuntai ditiang disisi kanan dan kiri perpustakann.
Perpustakaan tersebut bernama Perpustakaan
Jendral Kecil dengan tulisan RUMAH DUNIA dengan tulisan tagline dibawahnya.
“Rumahku Rumah Dunia Ku bangun dengan kata-kata” merupakan tagline
dari rumah dunia yang ingin menghancurkan pencappan yang terjadi pada provinsi
Banten. Provinsi Banten terkenal dengan santet, dan hal-hal mistis lainnya.
Dengan demikian, tagline rumah dunia dapat menghilangkan pencappan yang telah
terkenal di Banten dengan generasi penulisnya yang kreatif.
Tak berhenti disitu, rumah dunia masih masuk
kedalam pelosok. Sebuah gerbang yang terbuat dari bambu yang dicat hitam dengan
tulisan RUMAH DUNIA menggantung diatasnya, disitulah tempat relawan tinggal.
Relawan dirumah dunia juga dianggap sebagai pendiri rumah dunia karena relawan
yang mengajarkan sastra dan jurnalistik. Relawan dunia memiliki hak dan
kewajiban yaitu relawan rumah dunia mendapatkan hak tinggal gratis di rumah
dunia dengan segala fasilitas seperti makanan dan tempat tinggal tetapi dilain
itu, relawan dunia harus melaksanakan kewajibannya yaitu mengurus segala
sesuatu hal yang terjadi dengan rumah dunia, mulai dari kegiatannya hingga
kebersihannya.
Rumah dunia merupakan realisasi
dari perjanjian yang diikatkan oleh Gol A Gong dan istrinya Tias Tatanka.
Mereka mengatakan bahwa ketika nanti mereka sudah sukses dalam kariernya
masing-masing, mereka membangun gelanggang remaja yaitu rumah dunia.
Awalnya nama pertama dari rumah
dunia adalah bina cipta muda banten. Tetapi, hal itu menjadi masalah karena
adanya nama kedaerahan yang digunakan yaitu Banten. Hal itu membuat banyak
pikiran yang timbul dimasyarakat luar Banten bahwa organisasi bina muda banten hanya
khusus untuk masyarakat Banten, sedangkan masyarakat diluar Banten tidak dapat
mengikuti organisasi tersebut, hingga akhirnya organisasi tersebut gagal dan
namapun berubah menjadi rumah dunia karena pendiri rumah dunia ingin bisa
berjalan-jalan keliling dunia dalam satu rumah sehingga terwujudlah nama rumah
dunia dan masyarakat diluar Banten bisa datang dan mengikuti kegiatan di Rumah
dunia.
Rumah dunia memiliki salah satu
program unggulan yaitu kelas menulis yang sampai sekarang masih ada dan merupakan kunci
dari rumah dunia, “karena untuk bisa masuk sastra dasarnya di jurnalistik
dulu,” ujar Daru. Rumah dunia sudah
memiliki 29 angkatan sejak tahun 2002. Kelas menulis berlangsung selama 6 bulan
diajarkan menulis oleh para relawan dengan bagian 3 bulan belajar jurnalistik
dan 3 bulannya lagi belajar mengenai sastra.
Didalam kelas menulis terbagi lagi menjadi beberapa kelas selain sastra dan
jurnalistik, yaitu film, theater, dan skenario tetapi karena semakin bertambah
tua dan mulai berkeluarga para relawan yang mengejar, kelas tersebut perlahan
mulai mengurang dan kelas-kelas semakin mengerucut kedua kelas yaitu sastra dan
jurnalistik.
Kelas menulis dalam
program unggulan memiliki tugas akhir yaitu membuat buku kumpulan cerpen lalu
nantinya tugas akhir tersebut dikumpulkan lalu dijadikan satu buku dan
diterbitkan di Gong publishing yang
sudah terdata di IKPI pusat dan perpustakaan nasional. Rumah dunia juga bekerja
sama dengan KPK dan kemendikbud. Hal tersebut karena rumah dunia mempunyai
prinsip untuk melanggar pemerintahan yang korupsi.
Rumah dunia bekerja
sama dengan kementrian pendidikan dan
budaya dalam mini usaha yang dimiliki oleh Gol A Gong yaitu Gong Travelling dengan melakukan perjalanan
keluar negeri lalu menuliskan sebuah cerpen ataupun artikel selama mengikuti perjalanan. Perjalanan yang
dilakukan meliputi Singapore, Malaysia, Thailand, dan Papua. Pada tahun 2016
lalu, Anies Baswedan bekerja sama dengan rumah dunia untuk memberangkatkan 100
orang literasi pergi ke Singapore dan bekerja sama juga dengan kementiran
pendidikan dan budaya. Rumah dunia berharap kegiatan ini akan menjadi kegiatan
rutin tahunan yang dilakukan oleh rumah dunia. Nantinya cerpen atau artikel
tersebut tidak dibuang tetapi nantinya artikel ataupun cerpen yang bagus dan
layak akan diterbitkan ke media-media.
Rumah dunia
merupakan satu-satunya tempat yang menyediakan wadah bagi orang-orang yang
memiliki ketertarikan terhadap sastra dan jurnalistik karena rumah dunia tidak
memiliki cabang. Hal tersebut termasuk dalam permasalahan yang dimiliki oleh
rumah dunia. Awalnya rumah dunia ingin membuka cabang dibeberapa tempat dengan
membuka perpustakaan kecil-kecilan, tetapi karena infrastruktur jalan yang
tidak baik, perpustakaan kecil-kecilan yang dilakukan oleh rumah dunia sebagai
pencobaan bisa dikatakan gagal karena lokasi tempat yang tidak memungkinkan dan
juga sumber daya manusia yang tidak mendukung untuk menyebar keberbagai daerah
karena cara mengajar para relawan yang berbeda dan tanggapan masyarakat yang
tidak selalu baik akan pembukaan perpustakaan kecil disekitar tempat tinggal
mereka hingga akhirnya pencobaan tersebut gagal, dan rumah dunia hanya
satu-satunya dan dapat disebut sebagai pusatnya, yaitu di Serang.
Berbagi suka dan
duka dilalui oleh rumah dunia dimana awalnya rumah dunia sempat tidak diterima
oleh masyarakat Banten, artinya saat itu mungkin masyarakat belum siap untuk
menerima rumah dunia karena rumah dunia yang sifatnya gratis sehingga
seringkali rumah dunia disebut sebagai misionaris perekrutan untuk sebuah agama
tertentu. Lalu, rumah dunia juga difitnah sebagai sarang PKI, dituduh banyak hal,
sampai akhirnya rumah dunia datang ke MUI untuk menyatakan bahwa rumah dunia
itu syariah. Rumah dunia membuka lebar kesempatan bagi masyarakat dari kalangan
manapun, tidak melihat suku, ras, agama, dan antar golongan tertentu, karena
orang-orang yang datang ke rumah dunia itu untuk belajar. Pada pemilihan kepala daerah kemarin, karena
rumah dunia merujuk pada kebudayaan, rumah dunia dilarang ikut mendukung calon pemilihan
kepala daerah, karena masyarakat beranggapan bahwa seniman itu tidak boleh ikut
politik, apalagi sejak awal rumah dunia itu perangnya melawan pemimpin korupsi.
Oleh karena itu, relawan dirumah dunia diajarkan menulis, para relawan dituntut
untuk menulis arikel tentang kegelisahan korupsi yang nantinya dikirim ke
media, radar banten ataupun media nasional. Para relawan melakukan
ketidaksukaannya melalui tulisan, mencurahkan segala sesuatunya melalui
tulisan.
“karena kita percaya kita melakukannya dengan
tujuan yang baik melalui tulisan-tulisan yang kita buat,” kata Daru.
Rumah dunia menjadi
panutan bagi masyarakat Banten mengenai sastra maupn jurnalistik. “Kalo bicara sastra di Banten ya rumah dunia,
kalo bicara menulis di Banten ya rumah dunia, kalo bicara jurnalistik di Banten
ya rumah dunia,” kata Daru. Hal tersebut menjadi keunikan bagi rumah dunia
karena rumah dunia gratis dan saat ini sudah sulit untuk ditemukan terutama
bagi mereka yang menyukai sastra dan jurnalistik. Rumah dunia menawarkan hal
yang diinginkan oleh penyuka sastra dan jurnalistik melalui kelas sastra dan
jurnalistik yang diberikan kepada masarakat yang ingin bergabung dan belajar
tanpa adanya pungutan biaya. Kalangan masyarakat yang mengunjungi rumah dunia
tidak hanya masyarakat sekitar rumah dunia, tetapi juga masyarakat luar yaitu
mahasiswa ataupun orang tua.
Perekonomian rumah
dunia didukung dari zakat ataupun sumbangan dari para donatur rumah dunia.
Rumah dunia juga menerima acara dari luar yang ingin menyewa tempat dirumah
dunia dengan memberikan sumbangan ataupun pembayaran saat menyewa tempat.
Perekonomian rumah dunia juga dibantu jika adanya permintaan dari acara luar
yang meminta relewan untuk memberikan pelajaran mengenai menulis sastra ataupun
jurnalistik. Kegiatan empat kali setahunpun diadakan oleh rumah dunia, yaitu
perkumpulan seniman se-Indonesia dengan biaya penginapan Rp 50.000/hari.
“Rumah dunia ini baik untuk masyarakat
terutama untuk kampung Ciloang dan sekitarnya. Rumah dunia ini banyak
pengaruhnya, terutama untuk anak-anak yang suka menggamba,” ujar Ferry, 27
tahun, seorang petugas kebersihan rumah dunia. Rumah dunia memiliki banyak sisi
positif yang memberikan kesenangan tersendiri bagi para orang tua yang melihat
anak-anaknya membaca buku bersama karena rumah dunia menyediakan perpustakaan
untuk anak-anak menghabiskan waktu kosongnya.
“Saya melihat langsung kenyataannya bahwa
disini itu menarik sekali terutama untuk pengunjung yang dari luar Banten,”
kata Ferry. Rumah dunia akan terus berkembang selama adanya dukungan dari
masyarakat, pemerintah, dan mahasiswa kampus yang datang ke rumah dunia.
Seorang gadis kecil
yang memiliki rambut sebahu berwarna hitam kecokelatan dengan sikapnya yang
malu-malu dengan baju seragam sekolah yang masih menempel dibadannya, Tiara,
membaca buku yang tersedia dirumah dunia. Tanpa adanya rumah dunia, Tiara tidak
akan membaca buku meskipun buku tersebut adalah buku komik.
“Suka kerumah dunia, semenjak ada rumah dunia
menjadi gemar membaca buku,” ujar Tiara sambal terus membolak-balikkan buku
bacaanya.
Masyarakat saat ini
memiliki banyak potensi yang harus digali seperti menulis, theater, film,
tetapi mungkin masyarakat lupa dengan kegiatan membaca, jadi dengan adanya
rumah dunia yang menggalakan kegiatan membaca, masyarakat bisa lebih giat lagi
membaca. "Jangan lupa untuk membaca
sebelum kita melakukan hal-hal yang luar biasa,” kata Daru sambil mulai
membereskan koran-koran yang tergeletak dilantai keramik berwarna putih.
“Masyarakat saat ini mempunyai banyak potensi
yang mesti digali seperti menulis, theater, film, dan lain-lain tetapi kita sebagai generasi muda lupa dengan
kegiatan membacanya,” ujar Daru, seorang mahasiswa UIN Banten semester
delapan jurusan jurnalistik yang menjadi relawan rumah dunia angkatan 23 di
rumah dunia.
Rumah dunia
merupakan sebuah tempat berkumpulnya sebuah organisasi sastra dan jurnalistik
yang didirikan oleh seorang penulis novel, Gol A Gong, seorang penulis puisi,
Tias Tatanka, seorang penyair nasional, Toto St Radik , dan seorang wartawan dikoran
radar Banten, Rys Revalto yang memiliki tujuan yang sama untuk membuat
masyarakat Banten memiliki minat baca yang tinggi. Rumah dunia memiliki luas
halaman ± 3000
dan
berlokasi di kampong ciloang, Serang, Banten, tak jauh dari gerbang tol Serang
Timur.

Rumah dunia ini terletak tepat
dibelakang rumah Gol A Gong dan isterinya, Tias Tatanka, yang merupakan kebun
belakang rumah mereka. Anak-anak sekitar rumah mereka sering datang ke kebun
belakang rumah dan bermain. Gol A Gong yang melihat hal itu mulai memberikan
anak-anak ruang untuk tempat bermain di kebun belakangnya dan memberikan
anak-anak kecil tersebut makanan dan mainan juga buku-buku bacaan sehingga
anak-anak mulai betah bermain dan membaca berbagai buku di kebun belakang dari
situlah ide awal rumah dunia.
Sebuah gedung bertingkat dua
yang lebar dengan tangga disebelah kanan dengan hiasan yang menggantung
didinding gedung dengan cat tembok berwarna warni menghias gedung tersebut dan
terdapat tulisan RUMAH DUNIA besar yang akan lansung terlihat ketika datang ke
rumah dunia.
Menengok kesebelah kiri terlihat
sebuah perosotan tua, ayunan, dan mainan anak-anak lainnya yang mulai berkarat
karena terkena tetesan air hujan. Berjalan sedikit kedepan dari tempat bermain
akan terlihat sebuah jalan yang dipinggir kanan dan kirinya berhiaskan
pepohonan yang tak biasa. Pohon –pohon tersebut dihias sedemikian rupa yang
membuat mata merasa senang akan keunikannya. Beberapa pohon dihias dengan
sepatu bekas yang diikat menjuntai, beberapa pohon dihias dengan menggunakan
mesin ketik, keyboard komputer yang diikat dan dibiarkan menjuntai menghias
pohon dan sebuah tumpukan barang-barang bekas seperti dispenser minum, tv yang
tidak terpakai lagi tersusun seperti tumpukan keatas seperti pintu masuk. Lalu
menengok kekanan ada sebuah tempat pertemuan yang sedang dibersihkan oleh
seorang petugas kebersihan yang bernama Ferry yang telah bekerja selama tuga
tahun sebagai petugas kebersihan dirumah dunia. Tempat tersebut adalah sebuah
tempat pertemuan ataupun tempat berlangsungnya kegiatan yang tidak ada alas
diatasnya hanya keramik berwarna merah yang dingin. Sebuah patung kuda yang
terbentuk dari kertas berwarna bekas berdiri tegak menghias tempat pertemuan
itu.
Berjalan lebih kedalam ada
sebuah tempat duduk berbentuk setengah lingkaran yang panjang dan lebih dari
satu, melihat kearah kanan ada sebuah besi berwarna merah berbentuk hati yang
membingkai sebuah perpustakaan berwarna pink yang dihias dengan mesin ketik
yang diikat dan menjuntai ditiang disisi kanan dan kiri perpustakann.
Perpustakaan tersebut bernama Perpustakaan
Jendral Kecil dengan tulisan RUMAH DUNIA dengan tulisan tagline dibawahnya.
“Rumahku Rumah Dunia Ku bangun dengan kata-kata” merupakan tagline
dari rumah dunia yang ingin menghancurkan pencappan yang terjadi pada provinsi
Banten. Provinsi Banten terkenal dengan santet, dan hal-hal mistis lainnya.
Dengan demikian, tagline rumah dunia dapat menghilangkan pencappan yang telah
terkenal di Banten dengan generasi penulisnya yang kreatif.
Tak berhenti disitu, rumah dunia masih masuk
kedalam pelosok. Sebuah gerbang yang terbuat dari bambu yang dicat hitam dengan
tulisan RUMAH DUNIA menggantung diatasnya, disitulah tempat relawan tinggal.
Relawan dirumah dunia juga dianggap sebagai pendiri rumah dunia karena relawan
yang mengajarkan sastra dan jurnalistik. Relawan dunia memiliki hak dan
kewajiban yaitu relawan rumah dunia mendapatkan hak tinggal gratis di rumah
dunia dengan segala fasilitas seperti makanan dan tempat tinggal tetapi dilain
itu, relawan dunia harus melaksanakan kewajibannya yaitu mengurus segala
sesuatu hal yang terjadi dengan rumah dunia, mulai dari kegiatannya hingga
kebersihannya.
Rumah dunia merupakan realisasi
dari perjanjian yang diikatkan oleh Gol A Gong dan istrinya Tias Tatanka.
Mereka mengatakan bahwa ketika nanti mereka sudah sukses dalam kariernya
masing-masing, mereka membangun gelanggang remaja yaitu rumah dunia.
Awalnya nama pertama dari rumah
dunia adalah bina cipta muda banten. Tetapi, hal itu menjadi masalah karena
adanya nama kedaerahan yang digunakan yaitu Banten. Hal itu membuat banyak
pikiran yang timbul dimasyarakat luar Banten bahwa organisasi bina muda banten hanya
khusus untuk masyarakat Banten, sedangkan masyarakat diluar Banten tidak dapat
mengikuti organisasi tersebut, hingga akhirnya organisasi tersebut gagal dan
namapun berubah menjadi rumah dunia karena pendiri rumah dunia ingin bisa
berjalan-jalan keliling dunia dalam satu rumah sehingga terwujudlah nama rumah
dunia dan masyarakat diluar Banten bisa datang dan mengikuti kegiatan di Rumah
dunia.
Rumah dunia memiliki salah satu
program unggulan yaitu kelas menulis yang sampai sekarang masih ada dan merupakan kunci
dari rumah dunia, “karena untuk bisa masuk sastra dasarnya di jurnalistik
dulu,” ujar Daru. Rumah dunia sudah
memiliki 29 angkatan sejak tahun 2002. Kelas menulis berlangsung selama 6 bulan
diajarkan menulis oleh para relawan dengan bagian 3 bulan belajar jurnalistik
dan 3 bulannya lagi belajar mengenai sastra.
Didalam kelas menulis terbagi lagi menjadi beberapa kelas selain sastra dan
jurnalistik, yaitu film, theater, dan skenario tetapi karena semakin bertambah
tua dan mulai berkeluarga para relawan yang mengejar, kelas tersebut perlahan
mulai mengurang dan kelas-kelas semakin mengerucut kedua kelas yaitu sastra dan
jurnalistik.
Kelas menulis dalam
program unggulan memiliki tugas akhir yaitu membuat buku kumpulan cerpen lalu
nantinya tugas akhir tersebut dikumpulkan lalu dijadikan satu buku dan
diterbitkan di Gong publishing yang
sudah terdata di IKPI pusat dan perpustakaan nasional. Rumah dunia juga bekerja
sama dengan KPK dan kemendikbud. Hal tersebut karena rumah dunia mempunyai
prinsip untuk melanggar pemerintahan yang korupsi.
Rumah dunia bekerja
sama dengan kementrian pendidikan dan
budaya dalam mini usaha yang dimiliki oleh Gol A Gong yaitu Gong Travelling dengan melakukan perjalanan
keluar negeri lalu menuliskan sebuah cerpen ataupun artikel selama mengikuti perjalanan. Perjalanan yang
dilakukan meliputi Singapore, Malaysia, Thailand, dan Papua. Pada tahun 2016
lalu, Anies Baswedan bekerja sama dengan rumah dunia untuk memberangkatkan 100
orang literasi pergi ke Singapore dan bekerja sama juga dengan kementiran
pendidikan dan budaya. Rumah dunia berharap kegiatan ini akan menjadi kegiatan
rutin tahunan yang dilakukan oleh rumah dunia. Nantinya cerpen atau artikel
tersebut tidak dibuang tetapi nantinya artikel ataupun cerpen yang bagus dan
layak akan diterbitkan ke media-media.
Rumah dunia
merupakan satu-satunya tempat yang menyediakan wadah bagi orang-orang yang
memiliki ketertarikan terhadap sastra dan jurnalistik karena rumah dunia tidak
memiliki cabang. Hal tersebut termasuk dalam permasalahan yang dimiliki oleh
rumah dunia. Awalnya rumah dunia ingin membuka cabang dibeberapa tempat dengan
membuka perpustakaan kecil-kecilan, tetapi karena infrastruktur jalan yang
tidak baik, perpustakaan kecil-kecilan yang dilakukan oleh rumah dunia sebagai
pencobaan bisa dikatakan gagal karena lokasi tempat yang tidak memungkinkan dan
juga sumber daya manusia yang tidak mendukung untuk menyebar keberbagai daerah
karena cara mengajar para relawan yang berbeda dan tanggapan masyarakat yang
tidak selalu baik akan pembukaan perpustakaan kecil disekitar tempat tinggal
mereka hingga akhirnya pencobaan tersebut gagal, dan rumah dunia hanya
satu-satunya dan dapat disebut sebagai pusatnya, yaitu di Serang.
Berbagi suka dan
duka dilalui oleh rumah dunia dimana awalnya rumah dunia sempat tidak diterima
oleh masyarakat Banten, artinya saat itu mungkin masyarakat belum siap untuk
menerima rumah dunia karena rumah dunia yang sifatnya gratis sehingga
seringkali rumah dunia disebut sebagai misionaris perekrutan untuk sebuah agama
tertentu. Lalu, rumah dunia juga difitnah sebagai sarang PKI, dituduh banyak hal,
sampai akhirnya rumah dunia datang ke MUI untuk menyatakan bahwa rumah dunia
itu syariah. Rumah dunia membuka lebar kesempatan bagi masyarakat dari kalangan
manapun, tidak melihat suku, ras, agama, dan antar golongan tertentu, karena
orang-orang yang datang ke rumah dunia itu untuk belajar. Pada pemilihan kepala daerah kemarin, karena
rumah dunia merujuk pada kebudayaan, rumah dunia dilarang ikut mendukung calon pemilihan
kepala daerah, karena masyarakat beranggapan bahwa seniman itu tidak boleh ikut
politik, apalagi sejak awal rumah dunia itu perangnya melawan pemimpin korupsi.
Oleh karena itu, relawan dirumah dunia diajarkan menulis, para relawan dituntut
untuk menulis arikel tentang kegelisahan korupsi yang nantinya dikirim ke
media, radar banten ataupun media nasional. Para relawan melakukan
ketidaksukaannya melalui tulisan, mencurahkan segala sesuatunya melalui
tulisan.
“karena kita percaya kita melakukannya dengan
tujuan yang baik melalui tulisan-tulisan yang kita buat,” kata Daru.
Rumah dunia menjadi
panutan bagi masyarakat Banten mengenai sastra maupn jurnalistik. “Kalo bicara sastra di Banten ya rumah dunia,
kalo bicara menulis di Banten ya rumah dunia, kalo bicara jurnalistik di Banten
ya rumah dunia,” kata Daru. Hal tersebut menjadi keunikan bagi rumah dunia
karena rumah dunia gratis dan saat ini sudah sulit untuk ditemukan terutama
bagi mereka yang menyukai sastra dan jurnalistik. Rumah dunia menawarkan hal
yang diinginkan oleh penyuka sastra dan jurnalistik melalui kelas sastra dan
jurnalistik yang diberikan kepada masarakat yang ingin bergabung dan belajar
tanpa adanya pungutan biaya. Kalangan masyarakat yang mengunjungi rumah dunia
tidak hanya masyarakat sekitar rumah dunia, tetapi juga masyarakat luar yaitu
mahasiswa ataupun orang tua.
Perekonomian rumah
dunia didukung dari zakat ataupun sumbangan dari para donatur rumah dunia.
Rumah dunia juga menerima acara dari luar yang ingin menyewa tempat dirumah
dunia dengan memberikan sumbangan ataupun pembayaran saat menyewa tempat.
Perekonomian rumah dunia juga dibantu jika adanya permintaan dari acara luar
yang meminta relewan untuk memberikan pelajaran mengenai menulis sastra ataupun
jurnalistik. Kegiatan empat kali setahunpun diadakan oleh rumah dunia, yaitu
perkumpulan seniman se-Indonesia dengan biaya penginapan Rp 50.000/hari.
“Rumah dunia ini baik untuk masyarakat
terutama untuk kampung Ciloang dan sekitarnya. Rumah dunia ini banyak
pengaruhnya, terutama untuk anak-anak yang suka menggamba,” ujar Ferry, 27
tahun, seorang petugas kebersihan rumah dunia. Rumah dunia memiliki banyak sisi
positif yang memberikan kesenangan tersendiri bagi para orang tua yang melihat
anak-anaknya membaca buku bersama karena rumah dunia menyediakan perpustakaan
untuk anak-anak menghabiskan waktu kosongnya.
“Saya melihat langsung kenyataannya bahwa
disini itu menarik sekali terutama untuk pengunjung yang dari luar Banten,”
kata Ferry. Rumah dunia akan terus berkembang selama adanya dukungan dari
masyarakat, pemerintah, dan mahasiswa kampus yang datang ke rumah dunia.
Seorang gadis kecil
yang memiliki rambut sebahu berwarna hitam kecokelatan dengan sikapnya yang
malu-malu dengan baju seragam sekolah yang masih menempel dibadannya, Tiara,
membaca buku yang tersedia dirumah dunia. Tanpa adanya rumah dunia, Tiara tidak
akan membaca buku meskipun buku tersebut adalah buku komik.
“Suka kerumah dunia, semenjak ada rumah dunia
menjadi gemar membaca buku,” ujar Tiara sambal terus membolak-balikkan buku
bacaanya.
Masyarakat saat ini
memiliki banyak potensi yang harus digali seperti menulis, theater, film,
tetapi mungkin masyarakat lupa dengan kegiatan membaca, jadi dengan adanya
rumah dunia yang menggalakan kegiatan membaca, masyarakat bisa lebih giat lagi
membaca. "Jangan lupa untuk membaca
sebelum kita melakukan hal-hal yang luar biasa,” kata Daru sambil mulai
membereskan koran-koran yang tergeletak dilantai keramik berwarna putih.
No comments:
Post a Comment