Saturday, 3 June 2017

Di Balik Animal Defenders

Di Balik Animal Defenders
Klara Livia – 00000008859

Anjing-anjing dalam shelter Animal Defenders 

Rumah berwarna krem tua di komplek perumahan palem ganda asri 2 Tangerang itu mulanya terlihat biasa. Rumah tersebut berpagar tinggi dan dipenuhi dengan pohon rindang sehingga menciptakan suasana yang tampak tenang dan sejuk. Namun, ketika seseorang yang baru pertama kali datang ke tempat itu menapaki kakinya di depan pagar, suara gongongan anjing tiba-tiba bersahut-sahutan. Ketika akhirnya masuk ke dalam rumah tersebut, puluhan anjing akan menyambut pengunjung di balik pagar kayu setinggi kurang lebih 1,3 meter.
“Gak usah takut. Mereka memang begitu sama orang baru,” kata mbak Ninis selaku salah satu pengurus.

Rumah tersebut adalah tempat penampungan (shelter) anjing liar bernama Animal Defenders. Dibentuk oleh Doni Herdaru Tona, Animal Defenders mulanya berupa organisasi non-profit yang berdiri sejak tahun 2011. Mengutip dari laman resmi organisasi tersebut, Animal Defenders merupakan organisasi yang berorientasi pada penyelamatan, edukasi, dan program adopsi hewan terutama anjing. Kira-kira hingga saat ini sudah ada sekitar 70 anjing yang dinaungi oleh Animal Defenders.
Ada berbagai macam tipe anjing dalam shelter Animal Defenders ini. Yang dibiarkan diluar dan dapat dilihat langsung oleh pengunjung adalah anjing berukuran besar dan yang berukuran kecil berada di dalam rumah. Hal ini sengaja dilakukan untuk menghindari kemungkinan buruk ketika sesama anjing bertengkar.
Namun, ada pemandangan janggal dalam shelter Animal Defenders tersebut. Berbeda dengan anjing-anjing lain yang dikurung dibalik pagar kayu, satu anjing pomeranian cokelat muda diikat di dekat pagar masuk. Ia terpisah dari kawanan anjing lainnya.
“Oh, itu mau grooming (dipotong bulunya). Itu anjing tetangga. Diikat di situ karena mau di grooming. Animal Defenders itu juga ada unit usaha. Kalau grooming mereka bisa order ke kita, terus penitipan, ada pet hotel juga. Kita udah ada pricelist-nya sendiri.” Mbak Ninis lalu menuturkan sistem dari pet hotel dalam Animal Defenders. “Untuk biayanya, kita ada beberapa kategori. Dari kecil sampai extra large. Untuk large kita ada vip sama regular, kalau regular mereka ada jam-jam tertentu di kandang. Karena ada anjing yang biasanya di rumah jam makan siang atau tidur malem di kandang. Jangan sampai mereka pas di sini sama di rumah jadi beda. Kalau Vip, dia makan, mandi, main bareng-bareng. Ini untuk anjing-anjing yang susah sosialisasi. Biar mereka bisa bersosialisasi.”

***

Berkaitan dengan jasa pet hotel dari Animal Defenders, memang banyak orang-orang ternama pernah menitipkan anjingnya dalam shelter Animal Defenders. Sebut saja, Melanie Subono. Penyanyi dan presenter berusia 40 tahun ini menitipkan lima anjingnya dalam Animal Defenders. Sayangnya satu anjing milik Melanie bernama Nina mati. Melanie akhirnya melaporkan Doni Herdaru Tona ke Mapolda Metro Jaya pada April 2017 lalu. Terdapat empat dugaan kekerasan manusia dan dugaan ketidaksejahteraan karyawan, dugaan penelantaran hewan, dugaan penggelapan dan penipuan, serta terakhir dugaan pelanggaran ijin dan penggunaan dana.

Dearest mas Doni …
Somehow, ini adalah salah satu tulisan terberat yang pernah harus gue tulis.
Dua hal tersembunyi rencananya gue mau buka ke publik minggu ini, dan gak pernah terlintas kalau salah satu nya harus menulis tentang anak gue dan sahabat gue.
Yes mas Doni, i count you as Sahabat. I THOUGHT.
Dan karna orang bertanya tanya, here is my story.
Bukan rahasia kalau gw penyayang binatang. Lo mau apain gue terserah. Tapi lo sakitin binatang, lo ketemu gue.
Lo SAKITIN ANAK GUE, LANGKAHI HIDUP GUE !!

Begitulah sepintas isi surat terbuka Melanie yang ia tulis dalam blog pribadinya.
Melanie memang terkenal sebagai penyayang binatang. Dalam blog pribadinya, ia bercerita bagaimana ia dan Doni adalah teman akrab sebagai sesama penyayang binatang (terutama anjing). Ia bercerita bahwa ia sangat mendukung Animal Defenders bahkan sejak namanya belum sebesar sekarang. Pun ia kerap memberikan donasi. Karena itu, Ia sangat kecewa ketika tahu anjingnya mati.
Tindakan Melanie menempuh jalur hukum ini juga tidak sebatas-batas tuduhan semata-mata. Ia melakukan penyelidikan dan memiliki bukti sehingga mampu membawa kasus tersebut ke jalur hukum. Bukti-bukti tersebut kini selalu ia post dalam blog pribadinya dengan ciri khas tagar #FightforNina.
“Kalau menurut yang gue tahu, Nina, anjingnya menurut Doni agak agresif. Dia terlibat pertikaian di situ sama anjing lain, pengobatannya nggak sesuai akhirnya meninggal,” ujar Rangga, mahasiswa yang cukup sering berkunjung ke Animal Defenders.
Menanggapi hal tersebut, Animal Defenders sendiri telah mengupayakan cara untuk mencegah pertikaian anjing. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, anjing besar dan anjing kecil dipisahkan. Selain itu, Animal Defenders juga memisahkan anjing yang siap adopsi dan anjing yang masih belum stabil di dua shelter berbeda. “Yang di sini anjingnya yang sudah siap adopsi. Kalau yang di shelter satu lagi anjing yang masih harus ke dokter, diminumin obat tiap hari, mereka nggak dicampur disini karena di sini juga ada anjing titipan orang, kita gak mau kecampur. Kondisi anjing di sini juga lebih stabil jadi kalau ketemu anjing lain gak agresif.”
Adapun shelter lain Animal Defenders terletak tak jauh dari shelter tempat anjing siap adopsi. Shelter tersebut tidak bisa didatangi sembarang pengunjung. Namun dari luar pagar utama, pengunjung dapat melihat beberapa anjing yang dirawat di sana. Mayoritas bertubuh sangat kurus, memiliki banyak luka dan berjamur.

***

Kira-kira pukul setengah 11 siang, seorang pria berkulit putih, berambut botak dan  bertubuh sedikit gemuk datang. Anehnya, anjing-anjing dalam shelter tidak menggongong heboh seperti ketika mereka didatangi orang baru. Ia membawa pelastik berisikan roti tawar dan makanan lainnya.
“Oh, itu. Dia pemilik anjing siberian husky itu,” Mbak Ninis menunjuk salah satu anjing besar berwarna cokelat-putih. “Dia (anjing siberian husky) dititip di sini karena bapaknya kena penyakit jantung. Tapi emang bapaknya sayang banget sama dia jadi walaupun dititip di sini sering banget datang buat nengok. Sering bawa makanan juga buat anjing-anjing lain.”
Sejak awal, anjing siberian husky tersebut memang sedikit mencolok. Anjing dalam shelter rata-rata memiliki kulit yang agak kotor atau terdapat bekas luka pun sedikit kurus. Namun, Siberian husky tersebut memiliki bulu yang sangat bersih dan bertubuh gemuk. Meskipun begitu, siberian husky tersebut berbaur dengan anjing lainnya.
Mbak Ninis dan dua pengurus lain bersama sang pemilik siberian husky lalu membagikan makanan untuk anjing-anjing dalam shelter. Mereka sangat bersemangat, berebut meminta makan dengan mengelilingi para pengurus tersebut. Beberapa sengaja menaikkan kaki depannya ke pinggang pengurus untuk menggapai kantung berisikan makanan yang dipegang pengurus. Suara gonggongan yang bersahut-sahutan pun kembali menyeruak dalam shelter.
“EH, EH, Diem!” Mba Ninis sedikit membentak. Tidak lama, anjing-anjing tersebut berhenti mengongong dan mulai makan dengan tenang. “Kalau mereka berisik, ya ini usaha kita buat nenangin supaya nggak ganggu tetangga,” katanya.
Setelah usai memberi makan hewan-hewan kaki empat tersebut, Mbak Ninis keluar dari area shelter dan kembali bercakap-cakap dengan pengunjung. Tiba-tiba, seekor anjing hitam dengan ukuran sedang melompati pagar pembatas dan keluar dari area shelter. Pengunjung sontak kaget dan segera berpindah ke tempat yang aman.
“Nggak apa-apa itu. Dia emang suka keluar, pengen main-main,” kata Mbak Ninis dengan tenang.
Benar saja. Anjing hitam tersebut lantas mendekati Mbak Ninis dan bermain-main di sekitar kaki Mbak Ninis. Ketika Mbak Ninis pergi, anjing hitam tersebut mengikuti dengan patuhnya.
Kalau memang Doni itu seperti yang dibilang, kasar, suka mukulin anjing, anjing-anjingnya nggak ada, loh yang nggak dekat sama Doni atau pengurus lain. Mereka manja, kalau dipanggil dateng, nurut gitu,” ujar Rangga.
Ucapan itu tampaknya cukup terbukti.


***

Perihal dugaan kekerasan manusia dan dugaan ketidaksejahteraan karyawan yang dilaporkan Melanie dalam blog pribadinya, Melanie berkata ia bertemu dengan mantan petugas Animal Defenders. Mantan petugas tersebut menceritakan kekerasan yang dilakukan Doni.
“Doni itu emang keras kalau mendidik, jadi karyawannya katanya suka dipukulin kalau nggak bener. Tapi ya emang itu cara dia untuk mendidik,” ujar Rangga lagi.
Mba Ninis lalu bercerita tentang dirinya. Sebelumnya ia adalah seorang volunteer dalam Animal Defenders yang akhirnya diajak menjadi pengurus tetap. “Di sini banyak yang jadi volunteer, kok. Kita mau jadi volunteer karena memang kecintaan kita sama anjing.” Mba Ninis juga mengatakan bahwa semua pengurus tetap Animal Defenders tinggal berdekatan dengan shelter agar dapat mengawasi anjing-anjing naungan mereka selama 24 jam. Sedangkan para volunteer memiliki jam yang lebih fleksibel.
Mbak Ninis tidak mengatakan apapun perihal kasus hukum yang menimpa Animal Defenders, namun ketika ditanya mengenai keberadaan Doni Hendaru Tona, dia hanya berkata singkat, “Dia lagi nggak di sini,” lalu terdiam sejenak. “Memang kalau ada yang datang ke sini dan mau wawancara nggak bisa langsung ke mas Doni. Bisa ke manajer kita dulu,” tambahnya setelah beberapa lama hening.
Berbanding terbalik dengan perkataan Mbak Ninis, Rangga megatakan bahwa ia pernah langsung berkontakan dengan Doni bulan februari 2017 silam. “Kalau gue langsung whatsapp sama Doni-nya, sih.” Rangga menunjukkan chat room whatsapp-nya dengan Doni. “Waktu itu gue nanya-nanya tentang vaksin buat anjing gue.”
           
***
           
Perang ini belum usai.
Kasus hukum yang menimpa Animal Defenders masih berlanjut hingga sekarang. Melanie tetap teguh memberikan dokumben berupa bukti atas dugaan-dugaan yang ia laporkan. Pun kasus Melanie membuka deretan kasus lain yang serupa bahwa memang terdapat kejanggalan dalam organisasi penyelamatan hewan tersebut.
“Sampai ketemu di pengadilan. Gue akan pastikan orang ini (Doni) tidak bisa memelihara (hewan) lagi, bahkan burung sekalipun,” ujar Melanie kepada Doni menurut salah satu artikel dari kumparan.com.
Artikel-artikel mengenai keburukan Animal Defenders bertebaran di dunia maya, pun terdapat artikel yang mengatakan Doni berubah dari pahlawan menjadi penjahat. Dalam Instagram pribadinya, Doni mengatakan rencananya untuk pensiun dalam dunia penyelamatan anjing setelah kasus yang menimpa yayasannya ini usai. Memang kasus ini cukup kompleks dan menghancurkan nama Animal Defenders.

“Animal Defenders memang tidak sempurna, tapi izinkanlah teman-teman yang tulus mendukung tetap bisa berbuat baik sesuai kepercayaan mereka, tanpa perlu ada hasutan. Kalau memang kami berbuat salah, kami meminta maaf.”

Begitu tulisan yang tertera dalam akun Instagram resmi organisasi tersebut. Mereka menyerahkan masyarakat untuk menilai apakah mereka tetap mendukung Animal Defenders atau tidak.  
 “Yah, yang jelas, Anjing itu nggak bisa boong, nggak kayak manusia,” Rangga mengakhiri percakapannya.





Bersama Mbak Ninis, petugas di Animal Defenders

Shelter penampungan anjing yang masih butuh perawatan khusus

No comments:

Post a Comment