Di Balik Animal
Defenders
Klara Livia – 00000008859
Anjing-anjing dalam shelter Animal Defenders |
Rumah berwarna
krem tua di komplek perumahan palem ganda asri 2 Tangerang itu mulanya terlihat
biasa. Rumah tersebut berpagar tinggi dan dipenuhi dengan pohon rindang sehingga
menciptakan suasana yang tampak tenang dan sejuk. Namun, ketika seseorang yang
baru pertama kali datang ke tempat itu menapaki kakinya di depan pagar, suara
gongongan anjing tiba-tiba bersahut-sahutan. Ketika akhirnya masuk ke dalam
rumah tersebut, puluhan anjing akan menyambut pengunjung di balik pagar kayu
setinggi kurang lebih 1,3 meter.
“Gak usah takut.
Mereka memang begitu sama orang baru,” kata mbak Ninis selaku salah satu
pengurus.
Rumah tersebut
adalah tempat penampungan (shelter)
anjing liar bernama Animal Defenders. Dibentuk oleh Doni
Herdaru Tona, Animal Defenders mulanya berupa organisasi non-profit yang
berdiri sejak tahun 2011. Mengutip dari laman resmi organisasi tersebut,
Animal Defenders merupakan organisasi yang berorientasi
pada penyelamatan, edukasi, dan program adopsi hewan terutama anjing. Kira-kira
hingga saat ini sudah ada sekitar 70 anjing yang dinaungi oleh Animal Defenders.
Ada
berbagai macam tipe anjing dalam shelter
Animal Defenders ini. Yang dibiarkan diluar dan dapat dilihat langsung oleh
pengunjung adalah anjing berukuran besar dan yang berukuran kecil berada di
dalam rumah. Hal ini sengaja dilakukan untuk menghindari kemungkinan buruk
ketika sesama anjing bertengkar.
Namun,
ada pemandangan janggal dalam shelter
Animal Defenders tersebut. Berbeda dengan anjing-anjing lain yang dikurung
dibalik pagar kayu, satu anjing pomeranian cokelat muda diikat di dekat pagar
masuk. Ia terpisah dari kawanan anjing lainnya.
“Oh,
itu mau grooming (dipotong bulunya).
Itu anjing tetangga. Diikat di situ karena mau di grooming. Animal Defenders itu juga ada unit usaha. Kalau grooming mereka bisa order ke kita, terus penitipan, ada pet hotel juga. Kita udah ada pricelist-nya sendiri.” Mbak Ninis lalu
menuturkan sistem dari pet hotel
dalam Animal Defenders. “Untuk biayanya, kita ada beberapa kategori. Dari kecil
sampai extra large. Untuk large kita ada vip sama regular, kalau
regular mereka ada jam-jam tertentu di kandang. Karena ada anjing yang biasanya
di rumah jam makan siang atau tidur malem di kandang. Jangan sampai mereka pas
di sini sama di rumah jadi beda. Kalau Vip, dia makan, mandi, main
bareng-bareng. Ini untuk anjing-anjing yang susah sosialisasi. Biar mereka bisa
bersosialisasi.”
***
Berkaitan
dengan jasa pet hotel dari Animal Defenders,
memang banyak orang-orang ternama pernah menitipkan anjingnya dalam shelter Animal Defenders. Sebut saja,
Melanie Subono.
Penyanyi dan presenter berusia 40 tahun ini menitipkan lima anjingnya dalam
Animal Defenders. Sayangnya satu anjing milik Melanie bernama Nina mati.
Melanie akhirnya melaporkan Doni Herdaru Tona ke Mapolda Metro Jaya pada April
2017 lalu. Terdapat empat dugaan
kekerasan manusia dan dugaan ketidaksejahteraan karyawan, dugaan penelantaran hewan,
dugaan penggelapan dan penipuan, serta terakhir dugaan pelanggaran ijin dan
penggunaan dana.
Dearest mas Doni …
Somehow, ini adalah salah satu tulisan terberat yang pernah
harus gue tulis.
Dua hal tersembunyi rencananya gue mau buka ke publik minggu
ini, dan gak pernah terlintas kalau salah satu nya harus menulis tentang anak
gue dan sahabat gue.
Yes mas Doni, i count you as Sahabat. I THOUGHT.
Dan karna orang bertanya tanya, here is my story.
Bukan rahasia kalau gw penyayang binatang. Lo mau apain gue
terserah. Tapi lo sakitin binatang, lo ketemu gue.
Lo SAKITIN ANAK GUE, LANGKAHI HIDUP GUE !!
Begitulah
sepintas isi surat terbuka Melanie yang ia tulis dalam blog pribadinya.
Melanie
memang terkenal sebagai penyayang binatang. Dalam blog pribadinya, ia bercerita
bagaimana ia dan Doni adalah teman akrab sebagai sesama penyayang binatang
(terutama anjing). Ia bercerita bahwa ia sangat mendukung Animal Defenders
bahkan sejak namanya belum sebesar sekarang. Pun ia kerap memberikan donasi.
Karena itu, Ia sangat kecewa ketika tahu anjingnya mati.
Tindakan
Melanie menempuh jalur hukum ini juga tidak sebatas-batas tuduhan semata-mata.
Ia melakukan penyelidikan dan memiliki bukti sehingga mampu membawa kasus
tersebut ke jalur hukum. Bukti-bukti tersebut kini selalu ia post dalam blog pribadinya dengan ciri
khas tagar #FightforNina.
“Kalau
menurut yang gue tahu, Nina, anjingnya menurut Doni agak agresif. Dia terlibat
pertikaian di situ sama anjing lain, pengobatannya nggak sesuai akhirnya
meninggal,” ujar Rangga, mahasiswa yang cukup sering berkunjung ke Animal Defenders.
Menanggapi hal tersebut, Animal Defenders sendiri
telah mengupayakan cara untuk mencegah pertikaian anjing. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, anjing besar dan anjing kecil dipisahkan. Selain itu,
Animal Defenders juga memisahkan anjing yang siap adopsi dan anjing yang masih
belum stabil di dua shelter berbeda. “Yang
di sini anjingnya yang sudah siap adopsi. Kalau yang di shelter satu lagi anjing yang masih harus ke dokter, diminumin obat
tiap hari, mereka nggak dicampur disini karena di sini juga ada anjing titipan
orang, kita gak mau kecampur. Kondisi anjing di sini juga lebih stabil jadi
kalau ketemu anjing lain gak agresif.”
Adapun shelter lain Animal Defenders terletak
tak jauh dari shelter tempat anjing
siap adopsi. Shelter tersebut tidak
bisa didatangi sembarang pengunjung. Namun dari luar pagar utama, pengunjung
dapat melihat beberapa anjing yang dirawat di sana. Mayoritas bertubuh sangat
kurus, memiliki banyak luka dan berjamur.
***
Kira-kira
pukul setengah 11 siang, seorang pria berkulit putih, berambut botak dan bertubuh sedikit gemuk datang. Anehnya,
anjing-anjing dalam shelter tidak
menggongong heboh seperti ketika mereka didatangi orang baru. Ia membawa
pelastik berisikan roti tawar dan makanan lainnya.
“Oh,
itu. Dia pemilik anjing siberian husky itu,” Mbak Ninis menunjuk salah satu
anjing besar berwarna cokelat-putih. “Dia (anjing siberian husky) dititip di
sini karena bapaknya kena penyakit jantung. Tapi emang bapaknya sayang banget
sama dia jadi walaupun dititip di sini sering banget datang buat nengok. Sering
bawa makanan juga buat anjing-anjing lain.”
Sejak
awal, anjing siberian husky tersebut memang sedikit mencolok. Anjing dalam shelter rata-rata memiliki kulit yang agak
kotor atau terdapat bekas luka pun sedikit kurus. Namun, Siberian husky
tersebut memiliki bulu yang sangat bersih dan bertubuh gemuk. Meskipun begitu, siberian husky
tersebut berbaur dengan anjing lainnya.
Mbak
Ninis dan dua pengurus lain bersama sang pemilik siberian husky lalu membagikan
makanan untuk anjing-anjing dalam shelter.
Mereka sangat bersemangat, berebut meminta makan dengan mengelilingi para
pengurus tersebut. Beberapa sengaja menaikkan kaki depannya ke pinggang
pengurus untuk menggapai kantung berisikan makanan yang dipegang pengurus.
Suara gonggongan yang bersahut-sahutan pun kembali menyeruak dalam shelter.
“EH,
EH, Diem!” Mba Ninis sedikit membentak. Tidak lama, anjing-anjing tersebut
berhenti mengongong dan mulai makan dengan tenang. “Kalau mereka berisik, ya
ini usaha kita buat nenangin supaya nggak ganggu tetangga,” katanya.
Setelah
usai memberi makan hewan-hewan kaki empat tersebut, Mbak Ninis keluar dari area
shelter dan kembali bercakap-cakap dengan pengunjung. Tiba-tiba, seekor anjing hitam
dengan ukuran sedang melompati pagar pembatas dan keluar dari area shelter. Pengunjung sontak kaget dan
segera berpindah ke tempat yang aman.
“Nggak
apa-apa itu. Dia emang suka keluar, pengen main-main,” kata Mbak Ninis dengan tenang.
Benar
saja. Anjing hitam tersebut lantas mendekati Mbak Ninis dan bermain-main di sekitar
kaki Mbak Ninis. Ketika Mbak Ninis pergi, anjing hitam tersebut mengikuti
dengan patuhnya.
“Kalau memang Doni itu seperti yang
dibilang, kasar, suka mukulin anjing, anjing-anjingnya nggak ada, loh yang
nggak dekat sama Doni atau pengurus lain. Mereka manja, kalau dipanggil dateng,
nurut gitu,” ujar Rangga.
Ucapan itu
tampaknya cukup terbukti.
***
Perihal
dugaan kekerasan manusia dan
dugaan ketidaksejahteraan karyawan yang dilaporkan Melanie dalam blog
pribadinya, Melanie berkata ia bertemu dengan mantan petugas Animal Defenders.
Mantan petugas tersebut menceritakan kekerasan yang dilakukan Doni.
“Doni
itu emang keras kalau mendidik, jadi karyawannya katanya suka dipukulin kalau
nggak bener. Tapi ya emang itu cara dia untuk mendidik,” ujar Rangga lagi.
Mba
Ninis lalu bercerita tentang dirinya. Sebelumnya ia adalah seorang volunteer dalam Animal Defenders yang
akhirnya diajak menjadi pengurus tetap. “Di sini banyak yang jadi volunteer, kok. Kita mau jadi volunteer karena memang kecintaan kita
sama anjing.” Mba Ninis juga mengatakan bahwa semua pengurus tetap Animal Defenders
tinggal berdekatan dengan shelter
agar dapat mengawasi anjing-anjing naungan mereka selama 24 jam. Sedangkan para
volunteer memiliki jam yang lebih
fleksibel.
Mbak
Ninis tidak mengatakan apapun perihal kasus hukum yang menimpa Animal Defenders,
namun ketika ditanya mengenai keberadaan Doni Hendaru Tona, dia hanya berkata
singkat, “Dia lagi nggak di
sini,” lalu terdiam sejenak. “Memang kalau ada yang datang ke sini dan mau
wawancara nggak bisa langsung ke mas Doni. Bisa ke manajer kita dulu,”
tambahnya setelah beberapa lama hening.
Berbanding
terbalik dengan perkataan Mbak Ninis, Rangga megatakan bahwa ia pernah langsung
berkontakan dengan Doni bulan februari 2017 silam. “Kalau gue langsung whatsapp sama Doni-nya, sih.” Rangga
menunjukkan chat room whatsapp-nya dengan Doni. “Waktu itu gue
nanya-nanya tentang vaksin buat anjing gue.”
***
Perang ini belum
usai.
Kasus hukum yang
menimpa Animal Defenders masih berlanjut hingga sekarang. Melanie tetap teguh
memberikan dokumben berupa bukti atas dugaan-dugaan yang ia laporkan. Pun kasus
Melanie membuka deretan kasus lain yang serupa bahwa memang terdapat
kejanggalan dalam organisasi penyelamatan hewan tersebut.
“Sampai ketemu di
pengadilan. Gue akan pastikan orang ini (Doni) tidak bisa memelihara (hewan)
lagi, bahkan burung sekalipun,” ujar Melanie kepada Doni menurut salah satu
artikel dari kumparan.com.
Artikel-artikel
mengenai keburukan Animal Defenders bertebaran di dunia maya, pun terdapat
artikel yang mengatakan Doni berubah dari pahlawan menjadi penjahat. Dalam
Instagram pribadinya, Doni mengatakan rencananya untuk pensiun dalam dunia penyelamatan
anjing setelah kasus yang menimpa yayasannya ini usai. Memang kasus ini cukup
kompleks dan menghancurkan nama Animal Defenders.
“Animal Defenders memang tidak sempurna,
tapi izinkanlah teman-teman yang tulus mendukung tetap bisa berbuat baik sesuai
kepercayaan mereka, tanpa perlu ada hasutan. Kalau memang kami berbuat salah,
kami meminta maaf.”
Begitu tulisan
yang tertera dalam akun Instagram resmi organisasi tersebut. Mereka menyerahkan
masyarakat untuk menilai apakah mereka tetap mendukung Animal Defenders atau
tidak.
“Yah, yang jelas, Anjing
itu nggak bisa boong, nggak kayak manusia,” Rangga mengakhiri percakapannya.
No comments:
Post a Comment