Goresan Seni Bagi Kota Tangsel
Oleh : Immanuela Harlita Josephine - 00000011928
Taman Perdamaian Setelah di Revitalisasi oleh Tangsel Creative Foundation
Oleh : Immanuela Harlita Josephine - 00000011928
Taman Perdamaian Setelah di Revitalisasi oleh Tangsel Creative Foundation
Kedua
kaki melangkah pasti, meninggalkan jejak di kota Bandung kala itu untuk kembali
pulang. Pria berambut ikal dan bertubuh tinggi dengan kulit sawo matang
berhiaskan kacamata di wajahnya ini menghentikan perjalanannya di kota
Tangerang Selatan, sebuah kota yang terletak di Tatar Pasundan Provinsi Banten berada
di tiga puluh kilo meter sebelah Barat Jakarta dan sembilan puluh kilo meter
sebelah Tenggara Serang, menjadi tujuan untuk memulai kembali sebuah petualangan
baru bersama dengan goresan-goresan makna membangun negeri.
Pria yang bernama lengkap Hilmi Fabeta ini biasa dipanggil dengan sebutan bang Hilmi. Bang Hilmi melihat bahwa Tangsel, singkatan dari sebutan kota Tangerang Selatan yang kembali ia tinggali ini masih minim kepeduliaan akan tingkat sebuah kekreatifitasan. Ia melihat bahwa tidak adanya tempat-tempat pertunjukkan maupun gallery yang seharusnya bisa dipergunakan sebagai wadah untuk menampilkan serta menampung ide-ide kreatif, khususnya bagi mereka para muda mudi kota Tangsel. Baik sarana maupun pelaku seni yang terdapat di Tangsel, tidak satu pun ada yang berani untuk memperjuangkan hal tersebut agar mereka dapat berkreasi secara bebas di kota Tangsel. Berawal dari pemikiran itulah, bang Hilmi hendak melakukan sebuah gerakan untuk para pelaku seni maupun anak-anak serta remaja yang ada di Tangsel yang memiliki potensi serta kemauan yang sama dalam mengekspresikan suatu karya-karya seni bagi lingkungan wilayah Tangsel.
Pria yang bernama lengkap Hilmi Fabeta ini biasa dipanggil dengan sebutan bang Hilmi. Bang Hilmi melihat bahwa Tangsel, singkatan dari sebutan kota Tangerang Selatan yang kembali ia tinggali ini masih minim kepeduliaan akan tingkat sebuah kekreatifitasan. Ia melihat bahwa tidak adanya tempat-tempat pertunjukkan maupun gallery yang seharusnya bisa dipergunakan sebagai wadah untuk menampilkan serta menampung ide-ide kreatif, khususnya bagi mereka para muda mudi kota Tangsel. Baik sarana maupun pelaku seni yang terdapat di Tangsel, tidak satu pun ada yang berani untuk memperjuangkan hal tersebut agar mereka dapat berkreasi secara bebas di kota Tangsel. Berawal dari pemikiran itulah, bang Hilmi hendak melakukan sebuah gerakan untuk para pelaku seni maupun anak-anak serta remaja yang ada di Tangsel yang memiliki potensi serta kemauan yang sama dalam mengekspresikan suatu karya-karya seni bagi lingkungan wilayah Tangsel.
Dengan
beranggotakan tiga orang, bang Hilmi bersama kedua rekannya memulai perjalanan
untuk membangun sebuah komunitas seni di Tangsel. Perjuangan yang mereka
lakukan bukanlah semudah membalikan kedua telapak tangan, banyak halangan dan
rintangan yang harus mereka hadapi untuk membangun komunitas impian mereka
tersebut. Gerakan ini awalnya dimulai dengan sebuah gagasan besar untuk dapat
membangun gerekan yang mereka beri nama Bumi Serpong Damai (BSD) Art Center,
namun ide tersebut malah ditolak oleh pihak-pihak terkait yang lebih tertarik
dan memilih untuk membangun sebuah mall dengan angka-angka yang lebih
fantastis. Tujuan yang ingin dicapai oleh bang Hilmi beserta kedua rekannya pun
sedikit diturunkan, mereka melakukan cara lain dengan meminjam ruko yang
terdapat di BSD untuk dijadikan lokasi sebagai tempat untuk memfasilitasi
komunitas seni tersebut. Untuk yang kesekian kalinya, usaha yang dilakukan pun
kembali ditolak karena pihak-pihak yang terkait berpikir bagaimana nantinya
memelihara kondisi dan menjaga ruko beserta kegiatan-kegiatan yang ingin
dilakukan, apakah hal tersebut dapat terkendali dengan baik atau tidak
nantinya. Bang Hilmi bersama kedua rekannya pun kembali memutar otak, mencari
cara kembali agar cita-cita membangun sebuah komunitas seni pun tetap dapat
terwujud. Mereka akhirnya berinisiatif untuk membuat suatu pameran seni tetapi
sampai detik ini pun pameran tersebut belum juga dapat terlaksana.
***
Usaha
demi usaha pun terus dilakukan, sampai akhirnya bang Hilmi bersama kedua
rekannya berpikir, mengapa komunitas yang mereka bentuk ini tidak diawali
terlebih dahulu dengan mengumpulkan massanya. Akhirnya, satu demi satu anak
muda pun berdatangan, mengajak teman, rekan maupun para pelaku seni yang
memiliki kesukaan yang sama,
orang-orang yang memiliki fokus terhadap pelaku-pelaku kreatif dan ekonomi
kreatif. Jumlah massa pun semakin banyak dengan jaringan yang semakin luas
cakupannya, maka dari situ terbentuklah Tangsel Creative Foundation, komunitas
yang akhirnya dapat resmi berdiri di tahun 2012. Awalnya, komunitas tersebut
diberi nama BSD Art Movement. Namun, bang Hilmi berpikir mengapa harus
membawa-bawa sebutan BSD di dalamnya sehingga ruang lingkup yang diharapkan pun
dirasa lebih sempit. Nama itu pun akhirnya berubah menjadi Tangsel Art
Movement. Seiring berjalannya waktu, komunitas ini pun terus berkembang pesat,
berubah menjadi kelompok yang lebih nyaman, sehingga format awal yang merupakan
sebuah komunitas ini juga harus memiliki landasan hukum yang pasti sehingga
setiap kegiatan-kegiatan yang hendak ingin dilakukan pun dapat terlindungi dengasn
baik dan aman secara hukum yang sudah ditetapkan di Indonesia. Maka diubahlah kembali
nama komunitas ini serta tercetuslah nama Tangsel Creative Foundation tersebut.
Komunitas
yang semula dibangun hanya beranggotakan tiga orang, kini sudah mencapai
kira-kira seratus lebih anggota yang dibagi-bagi dengan berafiliasi bersama dua
puluh lebih komunitas lain yang ada di berbagai daerah. Secara struktur
kepengurusan pun, terdapat lima belas anggota yang memiliki tanggung jawab
untuk mengurusi setiap keberlangsungan Tangsel Creative Foundation
sehari-harinya. Untuk dapat masuk menjadi anggota dan bagian dari komunitas
ini, terdapat tahap-tahap yang harus dilalui. Apabila secara perseorangan,
komunitas Tangsel Creative Foundation sendiri menyebutnya sebagai tim satelit.
Untuk menjadi seorang tim satelit, mereka harus mengikuti lima program yang
telah disediakan. Jika kelima program tersebut dapat dikerjakan dengan baik
maka mereka dapat resmi dilantik menjadi anggota dari komunitas Tangsel
Creative Foundation. Selanjutnya, apabila anggota yang ingin bergabung yaitu
didapatkan secara kelembagaan maupun secara komunitas lain yang ditemui, maka
pihak dari komunitas Tangsel Creative Foundation ini pun akan membangun sebuah
relasi dengan mensupport baik tenaga, ide kreatif, membuat acara, maupun
pendanaan. Relasi yang dibangun ini pun akhirnya dapat berafiliasi.
Kegiatan
demi kegiatan bertemakan kesenian pun terus dilakukan oleh komunitas ini. Bagi
bang Hilmi, setiap kegiatan yang dilakukan oleh Tangsel Creative Foundation
tidak hanya sekedar membuat karya seni biasa tetapi melalui seni inilah mereka
juga dapat melestarikan lingkungan kota Tangsel dan memberi dampak bagi
kemajuan kota Tangsel itu sendiri. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan,
terbagi kedalam tiga jenis kegiatan. Kegiatan pertama disebut sebagai kegiatan
dalam negeri, yaitu kegiatan yang dilakukan di dalam internal komunitas,
seperti melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan dan sebagainya. Selanjutnya,
kegiatan kedua disebut dengan kegiatan luar negeri, yaitu kegiatan yang
dilakukan antar komunitas-komunitas yang juga tergabung dalam komunitas Tangsel
Creative Foundation. Kegiatan tersebut berupa kegiatan membuat workshop, mengikuti dan bekerjasama
dalam mendukung sebuah pameran-pameran bertemakan seni dan lingkungan, event dan masih banyak bentuk kegiatan
lainnya. Kegiatan terakhir disebut sebagai kegiatan luar angkasa, yaitu
kegiatan yang dilakukan oleh komunitas untuk masyarakat dan bersama dengan
masyarakat.
Salah
satu bentuk kegiatan luar angkasa yang sukses dilakukan oleh komunitas Tangsel
Creative Foundation ini adalah dengan melakukan perubahan yang besar bagi taman
milik publik yang letaknya berdasarkan catatan sejarah berada tepat di titik
nol kilometer BSD. Tidak banyak warga yang mengetahui tentang fakta tersebut,
khususnya warga BSD sendiri. Taman Perdamaian, taman yang umurnya sekarang
sudah mencapai lebih dari dua puluh tahun ini perlahan keberadaan dan fungsinya
mulai rusak dan tidak terurus. Taman yang semula dibuat sebagai salah satu
fasilitas yang diperuntukkan bagi publik agar bisa berolah raga dan sebagai
salah satu paru-paru kota, kini menjadi tempat yang seringkali disalahgunakan
peranannya oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab. Taman Perdamaian
seolah berganti peran menjadi lokasi yang cocok bagi para gangster untuk
berkumpul, mabuk-mabukan, tempat berkelahi, tempat bagi segelintir pasangan
memadu kasih dan melakukan hal-hal negatif di dalamnya, hingga tempat yang
berfungsi sebagai ‘rumah’ bagi para gelandangan yang ingin tidur dan
beristirahat. Kondisi memprihatinkan seperti ini pun ditambah dengan suasana
taman yang gersang akibat rusaknya pepohonan yang ada disana karena tidak
pernah diberi pupuk maupun disiram secara rutin, tanah kering berhiaskan
rerumputan yang hampir ‘botak’, banyaknya sampah-sampah yang berserakan, serta
coretan-coretan tak bermakna yang dibuat dari cat dan piloks yang memenuhi
hampir seluruh bagian taman, menjadi penglengkap rusaknya sudah fungsi awal
diperuntukkannya keberadaan taman ini.
Berdasarkan
fakta dan keadaan inilah, bang Hilmi bersama dengan anggota Tangsel Creative
Foundation lainnya menjadikan Taman Perdamaian sebagai salah satu program yang
dinamakan project taman seni dengan tagline revitalisasi taman di tahun 2014.
Aksi ini dilakukan untuk merevitalisasi taman-taman milik publik yang sudah
rusak dan tidak layak lagi untuk disebut sebagai fasilitas bagi publik. Selain
karena untuk melakukan revitalisasi taman, aksi ini juga dilatarbelakangi oleh
keterbatasan ruang seni, yang mana lokasi Taman Perdamaian ini dapat digunakan
untuk memperluas ruang seni bagi para pelaku seni di kawasan Tangsel. Gagasan
baik ini pun terdengar sampai kepada pemerintah. Pemerintah akhirnya mensupport
secara keseluruhan dari rangkaian awal hingga akhir proses revitalisasi Taman
Perdamaian ini. Bang Hilmi bersama anggota lainnya merancang desain, membangun
gagasan, membuat infrastruktur, dan memenuhi apa yang menjadi
kebutuhan-kebutuhan di Taman Perdamaian.
Kegiatan
ini dibuat tidak untuk menjadikan taman tematik tersebut menjadi taman
superior, tetapi memenuhi berbagai kebutuhan taman dengan segala problematika
yang dihadapi, seperti bagaimana meminimalisir hingga menghilangkan para pelaku
masyarakat yang tak bertanggung jawab untuk tidak lagi melakukan aksi-aksi
negatifnya di taman ini, bagaimana membuat Taman Perdamaian ini menjadi taman
untuk berkumpul, bermain, dan melakukan hal-hal positif di dalamnya. Tujuan
tersebut dapat terlaksana dengan membuat keramaian kembali hadir di
tengah-tengah lingkungan Taman Perdamaian. Keramaian tersebut dapat hadir jika
suasana dan infrastruktur taman pun memadai. Bang Hilmi bersama anggota
komunitas lainnya akhirnya membuat playground
di dalam taman, mengecat ulang bagian-bagian taman yang rusak, khususnya pada
bagian prasasti yang terletak di dalam Taman Perdamaian agar masyarakat yang
berkunjung ke taman tersebut dapat mengetahui dan menambah wawasan mereka
mengenai fakta bahwa lokasi Taman Perdamaian berada tepat di titik nol
kilometer BSD. Tempat pertunjukkan pun dibangun disana agar setiap
komunitas-komunitas yang ingin menampilkan karya seninya dapat difasilitasi
melalui kehadiran Taman Perdamaian sebagai ruang publik yang baru.
Taman
Perdamaian diubah menjadi layaknya markas bagi para pelaku seni di Tangsel
dengan bermodalkan tanah yang gratis, bangunan gratis, bahan material yang
dibiayai dan sebagainya. Tidak hanya area playground
saja yang dibangun, kini lintasan bermain skateboard
dan sepeda pun disediakan disana. Tong sampah juga nampak di sudut-sudut taman
sehingga kondisi lingkungan sekitar taman pun tetap dapat terjaga bersih.
Tembok-tembok yang berada di sekitar taman juga dihiasi dengan pembuatan mural
karya anak-anak komunitas Tangsel Creative Foundation. Berbagai macam karya
mural yang dibuat menambah keceriaan di Taman Perdamaian dengan goresan
warna-warni penyegar mata. Kegiatan ini disambut sangat baik dan banyak
mendapatkan respon positif di masyarakat. Jika dilihat dari segi seremonial,
kegiatan ini mendapat banyak respon positif, baik dari sisi masyarakat maupun
pemerintah sendiri. Hal tersebut dapat terlihat dari antusiasme warga sekitar
yang ikut bergotong royong membersihkan kawasan Taman Perdamaian.
Dalam
perjalanannya bersama tim melakukan revitalisasi taman, terdapat juga
oknum-oknum yang merasa terganggu akan aksi yang sedang dilakukan. “Kami
mengalami beberapa perkelahian dalam prosesnya. Seperti berkelahi dengan
gangster motor misalnya. Saat kami juga sedang melakukan aktivitas mengecat
mural pun, banyak kaleng-kaleng cat milik kami yang tiba-tiba menghilang karena
sengaja diambil oleh kelompok atau orang-orang yang tidak menyukai keberadaan
kami disana,” jelas bang Hilmi. Perilaku-perilaku tidak menyenangkan yang
dialami tim saat proses bekerja pun tidak membuat gerakan revitalisasi taman
ini terhenti. Hal tersebut terjadi karena masih banyak orang-orang yang belum
paham dengan apa yang sedang dilakukan oleh tim komunitas Tangsel Creative
Foundation sendiri. Karena itulah, muncul inisiatif baru dengan mengajak warga
ikut membuat mural dan mengecat tembok bersama. Melalui aktivitas tersebut,
diselipkan juga pemahaman-pemahaman kepada mereka, warga-warga yang belum paham
dan ikut menentang akhirnya menjadi setuju dan membantu kegiatan revitalisasi
Taman Perdamaian. Banyak pedagang-pedagang yang berjualan di sekitar Taman
Perdamaian pun ikut dirangkul sehingga semuanya dapat kembali berjalan dengan
baik. Tidak hanya pengurus dan anggota Tangsel Creative Foundation saja yang
dapat melakukan kegiatan revitalisasi Taman Perdamaian ini, warga setempat pun
juga dilibatkan dalam kegiatan membangun dan membawa perubahan bagi lingkungan melalui
Taman Perdamaian ini sehingga banyak warga yang masuk kedalam anggota
kepanitian juga. “Komunitas dengan kegiatan-kegiatan seperti ini merupakan cita2
lama kami, terutama bagi saya pribadi yang waktu itu ingin membuat BSD Art Center,
akhirnya terjawab setelah sekitar empat atau lima tahun kemudian. Setelah BSD
Art Center ditolak sana-sini, ternyata bisa dijawab dengan cara yang seperti
ini dan lebih proper tentunya,” kata
bang Hilmi sambil mengingat kembali setiap peristiwa dan perjuangan untuk akhirnya
berhasil mendirikan komunitas Tangsel Creative Foundation.
***
Setelah
sukses menggerakan program luar angkasa di Taman Perdamaian, program
selanjutnya yang dilakukan yaitu dengan menginisiasi taman kolong fly over di
Ciputat. Pasar Ciputat merupakan pasar yang cukup ramai. Setiap pagi hari
kondisi lalu lintas disana terlihat selalu dalam keadaan macat, terdapat banyak
pula penjual-penjual sepatu yang membuka lapak sehingga menambah tingkat
kemacatan lalu lintas disana. Akhirnya kami melakukan inisiasi dengan
pemerintah sehingga banyak pedagang-pedagang yang digeser dan menciptakan ruang
publik baru. Program-program sosialisasi kebijakan atau program pemerintah lainnya
juga sudah mulai terealisasi dengan cara-cara seni yang ditampilkan, misalnya
Animasi Pelitas, banyak billboard yang
mulai dipasang di wilayah sekitaran Tangsel, bang Hilmi bersama tim Tangsel
Creative Foundation lah yang membuat konsep dan billboard tersebut. Nampak bahwa sudah terdapat banyak kerjasama-kerjasama
yang dilakukan bersama pemerintah yang sebenernya juga sangat mensupport setiap
kegiatan yang hendak dilakukan oleh komunitas ini.
Bicara
soal sumber pendanaan yang didapatkan oleh komunitas yang dibangun oleh bang
Hilmi ini, ia mengaku bahwa komunitas Tangsel Creative Foundation tidak pernah
mendapatkan dana hibah dari pemerintah. Pendanaan yang diberikan lebih kepada
bentuk pendanaan program bahwa komunitas ini punya gagasan seni. Pemerintah
yang juga memiliki kebutuhan untuk memperbaiki taman-taman yang rusak, maka
pemerintah memberikan pendanaan secara keseluruhan lewat program perbaikan taman
yang komunitas lakukan. Namun, apabila dilihat secara kelembagaan, biasanya terdapat
yayasan atau lembaga yang memang didanai dalam kurun waktu satu tahun. Dana pasti
satu tahun yang diberikan itulah yang biasanya digunakan untuk setiap kegiatan
yayasan. Dana hibah semacam inilah yang sama sekali tidak pernah didapatkan
oleh komunitas Tangsel Creative Foundation. Jadi, dapat dikatakan untuk
menjalankan kegiatan hari demi hari maupun bulan ke bulannya, organisasi ini sama sekali tidak ada uangnya, tidak ada
pendanaan yang secara rutin didapatkan.
Untuk
mendanai komunitas Tangsel Creative Foundation, pendanaan yang ditapatkan
biasanya lebih bersumber kepada media
partner yang sedang bekerjasama dengan komunitas ini. Misalnya apabila
komunitas sedang bekerjasama dengan pemerintah, pendanaan pun bersumber dari pemerintah.
Jika dengan swasta, berarti swastalah juga yang mendanai. Jika kegiatan yang
dilakukan secara independen, komunitas akan kembali lagi mengelompokkan apakah
program yang sedang dilakakukan berjenis dalam negeri, luar negeri, atau luar
angkasa, biasnaya dilakukannya sistem sumbangan melalui penjualan-penjualan
seperti mercandaise yang hasilnya
nanti akan diberikan kepada pihak yang
terkait tersebut. Sistem donatur dan donasi juga tidak lupa dijalankan.
Terdapat pula sistem donasi antar anggota dalam komunitas Ttangsel Creative
Foundation itu sendiri walaupun tidak dijalankan secara rutin. Pembiayaan serta
pendanaan yang ada sangatlah secara komunitas disini.
***
“Daripada
ikut gangster, geng motor, lebih baik
kita ikut dalam kegiatan komunitas. Jika dibedah lagi sebenernya seperti ini,
kota ini merupakan kota yang baru. Banyak keluarga baru dan keluarga muda yang
ada, maka akhirnya akan lahirlah anak-anak muda. Anak-anak muda pastilah
membutuhkan tempat untuk berekspresi secara bebas. Maka, munculah kemudia
banyak komunitas. Komunitas-komunitas seperti itulah yang harus selalu
diperhatikan, baik oleh pemerintah kota, swasta, bahkan komunitas, serta
masyarakat dan semua hal yang ikut terlibat di dalamnya karena hal inilah yang nantinya bisa menjadi satu kekuatan yang
sangat besar buat kota Tangsel sendiri. Akan terdapat banyak sekali anak-anak
muda di usia produktif yang tinggal di kota ini. Sampai di titik itulah pasti mereka
butuh ruang-ruang, butuh kelompok-kelompok yang sangat kuat untuk bisa
memfasilitasi isu-isu yang ada di masyarakat atau pergerakan komunitas dan
kreatifitas. Maka untuk itulah, ayo anak2, marilah beraktifitas di komunitas
yang positif. Kelak, kota Tangsel juga bisa dilihat kesuksesannya apabila komunitas
yang berada di dalamnya dapat berjalan dengan baik menurut saya.” Pesan
tersebut ditutup dengan senyuman yang
mengembang di wajah bang Hilmi.
No comments:
Post a Comment