Saturday, 3 June 2017

Miris Sang Ibu, Anaknya Jadi Korban Pencabulan di Tangsel



-Farah Meilinda P (00000009894)-

TANGERANG – Hati Ibu mana yang tega mengetahui anak perempuannya dicabuli oleh sang pelaku yang tak bertanggung jawab? Pedih, perih, kesal, dan dendam, itulah yang dirasakan oleh seorang ibu yang mengetahui anaknya jadi korban pencabulan yang usianya sudah rentan.
Sang Ibu mengetahui anaknya menjadi korban pencabulan tersebut, ketika anaknya bertanya kepada sang ibunya. Gadis kecil dengan mimik wajah polos itu bertanya kepada sang ibunya, “Bu, foto anak itu kenapa?” saat itu, sang ibu tengah membaca sebuah berita tentang pencabulan anak di surat kabar. “Ini foto anak korban pencabulan, Nak.”
LM (9), kemudian bertanya lagi, “Cabul itu apa artinya, bu?” “Cabul itu kejadian dimana kelamin si anak tadi dimainin sama penjahatnya,” jawab sang ibu kembali. Mendengar hal itu, putrinya (LM) pun diam dan pergi keluar kamar ibunya. Sang Ibu nampak curiga melihat sikap putrinya berubah drastis.
Percakapan Ibu-anak itu ditirukan Kepala Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Tangerang Selatan, Iptu Sumiran, saat ditemui, Kamis (25/5) lalu di Mapolres Tangerang Selatan. Menurut Sumiran, sang ibu kemudian merayu putrinya dan menanyakan, kenapa tiba-tiba terdiam setelah dijelaskan mengenai kata pencabulan.
“Nak, tadi kenapa tiba-tiba diam begitu? Coba cerita sama ibu, emang kamu pernah di perlakukan seperti itu oleh penjahat?” tanya ibunya pelan. “Tapi Ibu jangan marah, ya. Kelaminku pernah diperlakukan seperti itu oleh penjahat (KM),” terang putrinya dengan wajah ketakutan.
Kaget, mendengar pengakuan sang putri, sang ibu kemudian berdiskusi dengan suaminya untuk melakukan visum. Hasil visum menunjukkan selaput dara LM sudah rusak akibat pencabulan yang dilakukan oleh KM (59). Berbekal hasil visum, sebagai orangtua korban pun melaporkan tindakan keji ini terhadap putrinya ke Polres Tangerang Selatan.
                Laporan inilah yang kemudian menjadi awal merembetnya laporan orang tua korban pencabulan lainnya yang di lakukan KM, di Jalan Bidar XI Kelurahan Pakulonan Barat, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang. Polres Tangerang Selatan sudah menerima 13 korban pencabulan yang dilakukan oleh tersangka KM di wilayah Tangerang Selatan.
                “Lewat hasil visum, enam di antaranya sudah dinyatakan positif mengalami pencabulan, tujuh lainnya hanya masih sebatas kecurigaan orang tua dan menunggu hasil visum,” terang sumiran.

Jatuh Bangun Si Tunarungu


Jatuh Bangun Si Tunarungu

Annisa Vini Farabella 00000008953

tidak asing lagi jika mendengar kata pemangkas rambut. Profesi ini dapat digeluti oleh siapa pun sesuai dengan keterampilannya. Namun apa jadinya jika seorang tunarungu yang juga tunawicara dan tidak pernah menyentuh asuhan orangtua kandung itu dapat berprofesi menjadi pemangkas rambut berpenghasilan besar?

Abdul Malik atau biasa dipanggil Abdul adalah seorang pemangkas rambut tunarungu yang beralamat di Jalan Qadr Raya Nomor 33, Islamic Village, Kelapa Dua, Tangerang. Ia memulai karirnya sejak 2008. Ia memiliki kemampuan untuk memotong rambut secara otodidak tanpa diajari siapa pun, bakat alaminya tersebut Ia sadari ketika sering menolong teman-teman di sekitar tempat tinggalnya untuk memotong rambut. Sejak saat itu Ia memiliki inisiatif untuk membuka tempat pangkas rambut dengan menyewa sebuah tempat kecil dengan harga yang murah. Dari hasil kerjanya, Ia dapat mencicil sebuah motor dan membeli peralatan pangkas rambut yang lebih bagus. Bahkan Ia dapat membiayai seluruh kebutuhan keluarganya sampai sekarang. Tarif yang dipasang oleh Abdul termasuk murah, untuk dewasa Ia hargai Rp 15.000 dan untuk anak-anak dihargai Rp 10.000. pelanggan yang datang pun berbagai macam, dari kalangan bawah hingga kalangan atas. Tidak hanya pria, Abdul juga menerima pelanggan wanita untuk melakukan potong rambut.

Lapangan Ahmad Yani Sebagai Alun-Alun Yang Digemari oleh Masyarakat Kota Tangerang

Lapangan Ahmad Yani Sebagai Alun-Alun Yang Digemari oleh Masyarakat Kota Tangerang


Rinaldi Kurniawan - 0000009143




Keramaian sangat jelas terlihat ketika hari libur atau akhir pekan tiba dengan disertai panasnya matahari yang menandakan dimulainya pagi. Itu yang terlihat di Ruang Terbuka Hijau yang berada di pusat Kota Tangerang yaitu Lapangan Ahmad Yani. Lapangan ahmad Yani adalah Alun Alun kota Tangerang yang hampir semua masyarakat Kota Tangerang mengetahui dan pernah berkunjung ke tempat itu. Terlebih lagi, banyak spot spot yang bisa dikunjungi atau digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas. Di pagi hari, terlihat ratusan orang memenuhi lapangan yang didepannya terletak tribun seperti bangku penonton. Tujuan mereka berkunjung dipagi hari yaitu memanfaatkan fasilitas yang tersedia seperti, jalur yang disediakan untuk lari pagi, sampai latihan fisik seperti Pull up dan Wall Climbing. Di sisi lapangannya dipenuhi remaja sampai beberapa anggota keluarga memainkan bulu tangkis. Terlebih pada saat Car Free Day yang diadakan setiap hari minggu oleh pemerintah Kota Tangerang, banyak pengunjung yang berniat olahraga sampai sekedar kumpul dengan para komunitas yang ia gemari. Yap, selain dipakai untuk kegiatan olahraga pagi, Lapangan Ahmad Yani juga dipakai untuk berkumpulnya Komunitas yang berada di Kota Tangerang. Komunitas Reptil dengan para anggotanya sering melakukan kegiatan di hari minggu pagi. Tak lupa pula, para pedagang yang menajajakan dagangannya disekitar Alun Alun dengan keberagaman makanan serta menjual ciri khas makanan Kota Tangerang yaitu Laksa. Luthfi merupakan salah satu pengunjung yang sering kali datang untuk melepas penat di perkuliahannya. “Saya sih biasa kesini ya kalo lagi bete aja dirumah, paling kesini ya sekedar cari angin segar serta nongkrong nongkrong biasa” ujarnya. Event-event besar juga sering diadakan di Lapangan Ahmad Yani. Banyak pula pasangan yang ingin sekedar nongkrong atau bahkan banyak para lelaki jomblo yang sekedar melihat lihat perempuan diakhir pekan. Jika hari buruh, biasanya pendemo berkumpul dan Lapangan Ahmad Yani-lah menjadi titip kumpul dari demo mereka. Di sisi Alun Alun terdapat PMI yang siapa saja diperbolehkan untuk menyumbangkan darah. Memang lokasi Alun Alun Kota Tangerang yaitu Lapangan Ahmad Yani memiliki lokasi yang strategis dekat dengan pusat pemerintahan. Jadi, mudah jika ingin berkunjung ke satu tempat ke tempat yang lain.
Tidak dapat dipungkiri memang setiap orang memingingkan tempat yang bisa melepas penat, Alun Alun Kota Tangerang memang menjadi jawaban tepat bagi masyarakat yang merasakan kepenatan. Mulai dari anak SD, SMP, SMA sampai orang yang sudah berkerja atau berkeluarga pun menyukai tempat semacam lapangan Ahmad Yani ini. Apalagi, dengan pembangunan infrastruktur yang didukung oleh pemerintah Kota Tangerang Ruang Terbuka Hijau makin ingin dikembangkan sampai akhirnya mencapai target. Umumnya, masyarakat yang berkunjung di Lapangan Ahmad Yani pasti membawa kendaraan bermotor, tak jarang pula ada yang membawa mobil. Lahan parkir pun sudah disediakan oleh Kepala Dinas dan Pertamanan (DKP), baik motor maupun mobil. Tukang parkir pun siap menjaga keamanan kendaraan, dan pengunjung hanya perlu memberikan 2000 rupiah dengan waktu yang tidak ditentukan. Jika perut merasa mulai laparpun tidak usah khawatir, karena tukang jualan pun beragam, mulai dari makanan ringan seperti cilor, cilok sampai makanan berat seperti ketoprak, nasi uduk dan bubur ayam. Banyak pengunjung yang bahkan datang untuk sekedar membeli makanan ringan disana. Dengan ditemani angin yang sepoi serta dibawah pohon rindang yang asri. Yang tak kalah menarik adalah bahwa lapangan Ahmad Yani ini sering digunakan sebagai latihan Paskibra untuk beberapa sekolah karena di anggap memadai dalam segi ukurannya. Jika 17 Agustus tiba, petugas yang menjadi pasukan Paskibra di 17 Agustus pasti akan bangga jika tampil di Lapangan Ahmad Yani dengan menaikkan bendera merah putih. Tersedia pula Mushola bagi umat muslim jika ingin beribadah, letaknya berada di sebelah tribun penonton, Mushola itu biasa pula digunakan untuk tempat beristirahat para pengunjung yang habis melakukan aktivitas di lapangan Ahmad Yani. Disediakannya Mushola bertujuan untuk menyelaraskan predikat Kota Tangerang yang menyandang sebagai kota “Akhlaqul Karimah”.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Tangerang, Ivan Yudhianto mengatakan, hingga tahun 2016 ada 144 RTH dengan luas 45,49 hektar. RTH ini meliputi taman kota, taman lingkungan, jalur hijau, pedestrian jalur hijau, dan traffic island/taman pulau jalan tersebar di sejumlah wilayah di Kota Tangerang. “ Kita akan terus konsisten memenuhi penambahan RTH, mengingat ini sangat diperlukan masyarkat dan juga amanah undang-undang,” jelas Kadis. Memang bukan hal mudah mewujudkan 20 persen RTH di Kota Tangerang seperti amanah undang-undang. Namun, ia optimis hal tersebut bisa dilakukan dengan dukungan dan peran aktif pihak masyarakat dan juga pihak swasta untuk mengembangkan RTH di Kota Tangerang. “ Hingga saat ini sudah 11 persen RTH yang Kota Tangerang milki, mari kita terus tingkatkan,” ajaknya. Untuk diketahui Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan, perlunya penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Dengan UU tersebut, mensyaratkan bagi Pemerintah Daerah pada wilayah Kota untuk menjadikan 30 persen area dari luas wilayah menjadi RTH. Ketiga puluh persen area tersebut terdiri dari RTH publik sebesar 20 persen dan RTH privat 10 persen. Namun Ivan menghimbau bahwa masyarkat harus senantiasa menjaga dan memelihara yang sudah disediakan oleh pemerintah. “Banyak orang yang maen buang sampah sembarangan, corat-coret sana sini, saya agak kurang suka dengan perlakuan ini, padahal tong sampah sudah banyak kami sediakan” ujarnya. Di Tangerang sendiri, Alun-Alun Ahmad Yani atau Lapangan Ahmad Yani. Berada di tengah-tengah kota Tangerang, alun-alun tersebut menjadi tempat berkumpul, berolahraga, bersantai, bahkan untuk sekedar mencicipi kuliner yang dijajakan di sekitaran alun-alun. Terkadang, Alun-Alun Kota Tangerang (Lapangan Ahmad Yani) mejadi tempat berlatih oraganisasi paskibraka dan beberapa komunitas dari Kota Tangerang. Selain itu, tahukah, Lapangan Ahmad Yani yang terletak di Jl. Insinyur Haji Juanda Kota Tangerang ini selalu menjadi pilihan untuk menghabiskan waktu masyarakat sekitar, biasanya dengan cara berolahraga. Ya, karena Alun-Alun Kota Tangerang juga mempunyai jalur lintasan lari dan wall climbing. Cocok untuk lari di pagi dan sore hari serta. berolahraga wall climbing yang cukup menantang. Alun-Alun Kota Tangerang (Lapangan Ahmad Yani) biasanya ramai pada hari Sabtu dan Minggu atau hari libur nasional dan bisa dibilang akan berubah menjadi pasar tumpah saking ramainya. Awalnya, Lapangan Ahmad Yani dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Tangerang, namun akhirnya pada 14 Oktober 2010, Pemerintah Kabupaten Tangerang resmi melepas aset lapangan Ahmad Yani kepada Pemerintah Kota Tangerang. Pemerintah Kabupaten Tangerang akhirnya menyerahkan aset lapangan Ahmad Yani yang berada di Jalan Ir Haji Junda, Kelurahan Sukasari, Kota Tangerang kepada Pemerintah Kota Tangerang. Proses penyerahan aset seluas 10.697 meter persegi dengan nilai Rp 28,7 miliar itu cukup panjang dan berliku sejak Kota Tangerang resmi berpisah dengan Kabupaten Tangerang pada tahun 1993 silam. Lapangan Ahmad Yani atau juga disebut sebagai Alun Alun Kota Tangerang adalah kebanggaan Kota Tangerang karena Lapangan Ahmad Yani menjadi RTH Publik pertama di Tangerang. Banyak RTH yang berada Di Kota Tangerang antara lain, Taman Bantaran Situ Cipondoh (Cipondoh), Taman Nursey Pertamanan DKP (TPA) (Neglasari), Taman Lingkungan Kelurahan Cibodas Baru (Cibodas), Taman Lingkungan Perum Bangun Reksa Indah (Karang Tengah), Taman Lingkungan Perum Pondok Surya (Karang Tengah), Taman Lingkungan Masjid Al-Ikhlas Ciledug (Karang Tengah), Taman Lingkungan IPLT Perumnas 1 (Karawaci), Taman Lingkungan Jalan Wijaya Kusuma Raya (Karawaci), Taman Lingkungan Keluruhan Gaga (Larangan), Taman Lingkungan Komplek Pengayoman (Tangerang) dan Median Jalan Kahuripan Cibodas Baru (Cibodas). Namun, Lapangan Ahmad Yani mempunyai pesonanya sendiri dalam menarik masyarakat Kota Tangerang. Ya, karena sekali lagi tempat yang sejuk serta beragam jajanan hingga permainan hadir ditempat itu. Sehingga, masyarakat lebih memilih berkunjung ke Lapangan Ahmad Yani.

Meskipun Ruang Terbuka Hijau makin bertambah di wilayah Kota Tangerang, Alun Alun Kota Tangerang tetap menjadi perhatian Khusus bagi masyarakat Kota Tangerang. Tempat yang sudah menjadi icon Kota Tangerang ini senantiasa memberikan ruang bagi masyarakat untuk menjalankan aktivitas nya diakhir pekan. Dengan dikelilingi pepohonan suasana dipinggir Alun Alun memang terbilang sejuk sehingga bisa membuat para pengunjung betah berlama-lama disana. Bapak Wahyu selaku petugas kebersihan disana mengaku bisa bekerja hingga 2x lipat pada akhir pekan, karena sampah-sampah yang bertebaran semakin banyak. Ini dikelukan pula oleh Pak Wahyu karena beliau menyayangkan tingkat kesadaran masyarakat tentang sampah masih berkurang. “Yaa sayang ajasih, kalau lagi ramai gitu, sampahnya pada dibuang dimana-mana” tegas Pak Wahyu. Alun Alun Kota Tangerang memang berada di pusat jantung Kota Tangerang, jadi akses dari mana saja mudah di jangkau. Lapangan Ahmad Yani juga berdekatan dengan Pusat Pemerintahan Kota Tangerang sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai Alun Alun Kota Tangerang. Akses untuk ke tempat Lapangan Ahmad Yani pun terbilang mudah dengan sekarang adanya Ojek Online maka tempat yang menjadi Trademark Kota Tangerang semakin mudah dicari orang jika ingin kesana. Mulai dari Angkot, kereta, sampai ojek tersedia untuk bisa menjangkau Lapangan Ahmad Yani. Dinamakan Lapangan Ahmad Yani itu terjadi ketika Pemerinta Kota Tangerang menerapkan nama Pahlawan karena senantiasa bisa dikenang oleh warga Tangerang sendiri. Sekarang, nama itu sudah tersebar luas di beberapa daerah di Indonesia. Kini, Lapangan Ahmad Yani adalah kebanggaan warga Kota Tangerang, yang senantiasa terus dilestarikan dan terus bertumbuh sebagaimana mestinya. Memang setiap tempat kerap kali mempunyai kekurangan dan kelebihan. Namun, kelebihan yang tampak pada Lapangan Ahmad Yani ini seakan menghilangkan kekurangan yang ada pada tempat itu. Pemerintah dan masyarakat menjadi elemen yang penting untuk bisa menjaga ekosistem Ruang Terbuka Hijau (RTH) milik publik, karena Lapangan Ahmad Yani juga akan dinikmati oleh anak dan cucu kita kelak. Memang tidak mudah menjaga warisan yang sudah dikasih oleh pendahulu kita, namun semua elemen dirasa penting untuk turut andil menjaga Icon dari Kota Tangerang itu sendiri yaitu Lapangan Ahmad Yani.

BANK SAMPAH SUNGAI CISADANE, AKSI PEDULI LINGKUNGAN.

BANK SAMPAH SUNGAI CISADANE, AKSI PEDULI LINGKUNGAN.
Saskia Anindya Putri
00000012389



“yuk jalan-jalan keliling kota tangerang, perahu sudah siap berangkat!.” terdengar ajakan dari seorang pria yang sudah siap mengendarai perahu boat, dengan kedua tangan yang sedang memegang pelampung keselamatan untuk dipakai oleh para penumpang perahu tersebut. Pria itu bersemangat untuk mengajak berkeliling mengenal sungai cisadane dari sisi lebih dekat. Sungai yang menjadi ikon untuk kota Tangerang. Sungai Cisadane ini merupakan sungai dengan panjang sekitar 126 km, yang sudah ada sejak berabad-abad pada zaman kerajaan. Air yang bersumber dari lereng Gunung Pangrango dan memecah ke anak sungai Gunung salak ini memiliki peran penting untuk warga sekitar sungai cisadane.

Di Balik Animal Defenders

Di Balik Animal Defenders
Klara Livia – 00000008859

Anjing-anjing dalam shelter Animal Defenders 

Rumah berwarna krem tua di komplek perumahan palem ganda asri 2 Tangerang itu mulanya terlihat biasa. Rumah tersebut berpagar tinggi dan dipenuhi dengan pohon rindang sehingga menciptakan suasana yang tampak tenang dan sejuk. Namun, ketika seseorang yang baru pertama kali datang ke tempat itu menapaki kakinya di depan pagar, suara gongongan anjing tiba-tiba bersahut-sahutan. Ketika akhirnya masuk ke dalam rumah tersebut, puluhan anjing akan menyambut pengunjung di balik pagar kayu setinggi kurang lebih 1,3 meter.
“Gak usah takut. Mereka memang begitu sama orang baru,” kata mbak Ninis selaku salah satu pengurus.

BUKAN KARENA JAUH, TETAPI KARENA SEBUAH TEKAD

Martyasari Rizky - 00000012345


          Suku Baduy, Desa Cikesik di Banten              
     
       “ Klontang…klontang,” terdengar suara penanak nasi yang berbenturan dengan kompor batu di bilik dapur milik Kasmin. “ Jangan gaduh, tamu kita masih tidur,” ucapnya berbisik kepada sang istri menggunakan bahasa sunda kental.

Menolak Lupa

Adelia Puspita Yasmine
00000009166


Suasana yang terus mencekam, awan terlihat gelap gulita, raut wajah cemas dan perasaan gelisah terus merambati tubuh para pendengar dan pembaca berita wilayah jabodetabek maupun non jabodetabek. Sebagian dari mereka terpaksa pergi ke negeri tetangga untuk tetap bertahan hidup.

Harmonisasi dan Nuansa Islami di Masjid Kalipasir di Tengah Kawasan Pecinan Pasar Lama



Harmonisasi dan Nuansa Islami di Masjid Kalipasir di Tengah Kawasan Pecinan Pasar Lama 

                
                                             Joshua Christian-00000011963

               Mendengar nama Tangerang mungkin kebanyakan masyarakat hal yang terbayang pertama kali adalah Cina Benteng, Pasar Lama dan lain-lain. Ya, memang, tidak hanya sebagai pasar tradisonal rakyat dan wisata kuliner pada malam hari,  kawasan Pecinan Pasar Lama juga terkenal di lingkungan yang kental budaya Tionghoanya.
               Kawasan Pasar Lama merupakan kawasan Pecinan yang sudah ada lama sejak akhir tahun 1700. Biasanya mereka beribadah di Klenteng Bon Tek Bio. Tak Jauh dari klenteng tersebut, kira- kira hanya berkisar 100 meter jaraknya terlihat ada menara dan kubah masjid berbentuk seperti pagoda cina. Luas masjid tak terlalu besar, kalau menurut saya mungkin tak sampai 400 m2. Tepat di samping masjid ada menara yang tinggi menjulang. Menara bewarna hijau dengan ketinggian hampir 10 meter digunakan sebagai tempat untuk melaungkan azan, panggilan untuk solat umat Islam.
                 Untuk akses menuju ke masjid ini tidaklah mudah. Setelah memasuki gerbang biru kawasan Pasar Lama, sekitar 200 meter disebelah kanan ada pasar tradisional. Pasar tersebut lumayan kecil. Tak sampai 300 meter panjangnya. Jalanannya becek. Hanya motor yang bisa masuk ke dalam. Meskipun kecil, apa saja bisa didapatkan di pasar ini mulai dari ikan, cumi, kepiting, sayur-sayuranan buah-buahan sampai bumbu. Setelah memasuki pasar, jalan terus sekitar 300 meter, sampai dapat gang masjid dan di sanalah Masjid Jami Kalipasir berada.            
               Masuk ke dalam masjid, saya tidak menemukan siapapun.  Tidak ada jamaah yang sedang shalat atau marbot masjid yang sedang membersihkan masjid. Saya berusaha melihat siapa pun di sekitaran masjid. Berusaha mencari orang yang bisa memberikan banyak informasi mengenai masjid unik ini. Tepat di samping masjid, ada beberapa ibu-ibu yang sedang nongkrong menikmati udara sore Tangerang. Saya coba permisi dan menanyakan salah satu dari ibu tersebut. Singkat cerita, saya disuruh ke rumah salah satu Dewan Kemakmuran Masjid(DKM) Kalipasir ini. Beberapa anak-anak, mungkin ada tiga atau empat jumlahnya ikut menemani saya menuju rumah beliau. Tak jauh berjalan, kira-kira hanya 100 meter jaraknya kami sudah sampai di rumah beliau. Setelah mengetuk pintu dan menanyakan ada atau tidaknya beliau, istri beliau mengatakan bahwa beliau sedang ke Bogor untuk menghadiri acara nikahan keluarganya.
                Berhubung saya ingin mengulik lebih dalam tentang masjid ini, saya tidak hilang asa. Saya meminta ibu tersebut untuk memberitahu siapa lagi yang bisa saya minta keterangan nya mengenai masjid ini. “ Pak RT saja mas, rumahnya dekat juga kok dari sini.” kata beliau sambil tangannya menunjuk arah rumah pak RT. Akhirnya, saya menuju rumah pak RT yang memang tidak jauh juga dari masjid kalipasir ini, hanya berjarak 10 rumah dari masjid. Setelah mengetuk pintu rumah dan mengucapkan salam, akhirnya bu RT datang menghampiri kami dan tak lupa juga membalas salam. Bu Siti namanya. Istri Ketua RT 01/04 Kalipasir. Postur tubuhnya lumayan berisi. Rangka mukanya yang bulat menununjukkan keramahannya. Usianya kira –kira 50 an tahun. “Bu, benar dengan rumah ketua RT ya buk. Bapaknya ada buk?” tanya saya dengan penuh harap. “Bapak sedang keluar mas.” Jawab Bu Siti. Akhirnya saya banyak bertanya-tanya tentang masjid Kalipasir itu dengan Bu Siti. Saya dan Bu Siti berbincang-bincang di depan teras rumahnya ditemani cuaca mendung dan angin berhembus lumayan cukup kencang.
                Masjid Kalipasir ini merupakan masjid pertama di Tangerang. Dibangun sejak tahun 1608 oleh pangeran Kahuripan Bogor, masjid ini diteruskan oleh keturunannya. Tumenggung Aria Ramdhon, putranya Aria Tumenggung Sutadilaga, lalu Raden Aria Idar Dilaga(Aria terakhir di Tangerang), kemudian diteruskan oleh Nyi Raden Djamrut beserta suaminya Raden Abdullah sampai 1904 danditeruskan lagi oleh putranyha Raden Jasin Judanegara. Setelah nama terakhir wafat, kepengurusan diteruskan oleh masyarakat setempat.     
               Ada hal yang unik dari masjid jami kalipasir ini. Di belakang masjid, terdapat beberapa makam tua. Makam tua itu merupakan komplek makam para tumenggung yang memerintah dan mengurus masjid dari generasi ke generasi. Dahulunya komplek makam tersebut berundak-undak. Namun pada tahun 2000 karena terkena penggusuran oleh tata kota Tangerang yang mengharuskan bantaran sungai dibatasi oleh beton dan pembuatan jalan raya, maka tanah makam yang tergusur tersebut ditumpukkan pada komplek makam yang tidak terkena gusur. Tidak hanya makam para raden dan tumenggung pendiri masjid ini saja yang ada di makam ini,di sini juga terdapat makam Bupati Tangerang R. Achmad Pena, beserta keluarganya.  Ada juga terlihat seperti makam spesial di belakang masjid jami kalipasir ini. Pasalnya, 2 makam tersebut dipagari dan letaknya ditengah-tengah makam yang lainnya. Makam tersebut adalah makam Nyi Guru Hj. Murtafiah beserta suaminya. Beliau semasa hidupnya pernah mendirikan pesantren putri bernama Al Maslahat dan beliau merupakan seorang guru(Ustadzah se-tangerang bahkan se-jawa).
                Masjid yang berada di sebelah timur sungai cisadane ini berukuran 280 m2 persegi. Karena masjidnya yang terbilang kecil, masjid ini tidak diperuntukkan untuk ibadah shalat jumat. Ada juga yang unik dari masjid ini. Jelas sekali terlihat bahwa arah kiblat masjid jami kalipasir tidak sejajar dengan bangunan masjid. Ini tentu saja berbeda dengan kebanyakan masjid modern sekarang yang bangunan masjidnya sudah mengikuti arah kiblat. Bentuk mimbar yang mengarah ke kiblat dan adanya bedug menjadi pelengkap masjid ini.  Kubah masjid berbentuk ukiran bunga mawar, terlihat seperti proses akulturasi antara Islam dan Tionghoa. Sebenarnya, kubah masjid itu awalnya bewarna hitam yaitu berbahan dasar dari tanah hitam (pasir karbala). Namun, karena bagian coraknya sudah terkikis usia, sehinggga banyak bagian yang jatuh dan hampir jatuh, oleh karena itu diwarnai dengan warna emas dengan harapan sederhana yaitu agar tidak terlalu banyak bagian yang jatuh lagi. Arsitekturnya juga tidak ada mengadopsi budaya Cina, jika memang mirip, itu hanya kebetulan saja.
               Berpredikat sebagai cagar budaya sejak tahun 2000, bangunan masjid juga sudah mengalami perluasan dan perbaikan bebarapa kali dari tahun ke tahun sehingga tidak terlihat lagi bahan aslinya, kecuali bagian mimbar dan tempat imam. Meskipun demikian, walau mengalami beberapa perbaikan tapi bentuknya masih menyerupai bentuk aslinya.
               Saya bertanya sedikit untuk mengetahui pendapat ibu Siti terhadap keberagaman beragama saat ini. “ Bu, bagaimana masyarakat disini menjaga kerukunan beragama saat ini.” tanya saya. “Ya, di sini, aman-aman aja ya. Tentram-tentram aja, damai-damai aja. Meskipun daerah kawasan Pecinan tetapi saya yang sudah bertahun-tahun tinggal disini tidak pernah ada konflik apalagi konflik agama di kawasan daerah kita ini, di kawasan Pasar Lama ini.” ujar beliau dengan semangatnya membagikan pengalamannya.
               “Di sini juga saling membantu ya, pihak klenteng juga sering membagikan sembako, beras dan lain lain ketika sedang lebaran. Pokoknya kita saling bantu saja. Tidak menggangu satu sama lain, tidak mengembuskan isu sara. Karena kita tahu ya isu sara ini sangat sensitif sekali. Jika ada apinya sedikit saja, pasti semuanya menjadi kacau. Ini yang terus dan memang harus kita jaga.” ujar beliau panjang lebar dengan sesekali dengan napas terengah-engah sangking ekspresifnya.  
               Ada empat tiang di dalam masjid yang menjadi penyangga masjid tersebut kokoh berdiri. Letaknya tepat di tengah-tengah masjid. Terbuat dari kayu jati, tiang-tiang tersebut kini telah disanggah oleh stainless steel.  Ini dilakukan karena salah satu dari empat tiang tersebut sudah tidak menempel ke tanah, kurang lebih 15 cm.
               Adapun bentuk menara masjid yang dibangun tahun 1904, didirikan dan dibangun oleh putra dari Raden Abdullah yaitu Raden Jasin Judanegara. Meskipun bentuk menaranya terlihat seperti pengadopsian unsur kebudayaan antar etnis dan agama, tetapi itu hanya kebetulan saja dan dibuat tidak mengadopsi kebudayaan manapun. Pada tanggal 24 April 1959 sampai Agustus 1961 menara lama diperbaiki dan dirombak oleh pengurus pembagunan saat itu diantaranya adalah H.Mtoha bin H. Muhibi, Hasbullah Kadir bin R.Abdul Syukur Jasin, Nyai Guru Hj. Murtafiah Binti KH. Asnawi, dan M. Badri AM. Di dalam masjid juga terdapat ukiran kaligrafi . Diantaranya adalah ukiran kaligrafi nya berisi surat AL-AN’AM:192 : KATAKANLAH: SESUNGGUHNYA SEMBAHYANGKU, IBADAHKU, HIDUPKU, DAN MATIKU, HANYALAH UNTUK ALLAH, TUHAN SEMESTA ALAM. Meskipun sudah cukup lama ada, sekitar 49 tahun yang lalu namun ukiran tersebut masih tetap terawat. 
Di samping sejarah yang tersimpan di dalamnya, Masjid Jami Kalipasir juga memiliki kebudayaan pada setiap peringatan Maulid Nabi Muhamad SAW. Dewan Kemakmuran Masjid(DKM) dan para warga kalipasir selalu melakukan arak-arakan(karnaval) perahu, yang dikeluarkan dari masjid mengelilingi kampung sampai kembali lagi ke masjid yang kemujdian dilanjutkan dengan pembacaan kitab syarofal anam. Perahu tersebut diberi nama Safinatunnajah wasslamah yang artinya bahtera keselamatan dan perahu tersebut berisikan buah-buahan serta cendera matadan perangkat ibadah.
Kebudayaan ini merupakan warisan karuhun(leluhur) yang melambangkan datangnya Islam membawa cahaya keselamatan di di dunia menuju akhirat. Perjuangan penyebaran Islam ini digambarkan dengan perahu yang berarti perjalanan penyebaran Islam yang sebagian besar melalui perairan.
Setelah berbincang cukup lama dan juga sudah mulai maghrib, saya berpamitan dengan bu Siti dan berterima kasih atas banyaknya pengetahuan yang saya dapatkan tentang masjid ini. Namun, saya masih belum puas, sekitar 3 hari saya kembali lagi ke masjid ini untuk mewawancarai Bapak Ahmad Sjairodji sebagai Ketua Dewan Kepengurusan Masjid Jami Kalipasir. Mukanya ekspresif dan penuh kecewa saat menjelaskan peran pemerintah dalam menjaga dan merawat kawasan masjid Kalipasir ini. Dahinya berkerut, dan kepalanya langsung menggeleng ketika mendengar pertanyaan saya.
               Berpredikat sebagai cagar budaya sejak tahun 2000, tak menjadikan Masjid tertua di Tangerang ini mendapat perhatian ekstra dari pemerintah. ”Perhatian pemerintah minim sekali, sangat minim, bahkan hampir tidak ada. Disitulah hal yang memang saya sesalkan. Pemeliharaan dan perawatan masjid, itu semuanya adalah dana swadaya warga Kalipasir.” Masalah harmonisasi keagamaan, beliau juga setuju dengan Bu Siti. ”Dari dulu sampai sekarang, alhamdulillah warga Kalipasir khususnya dengan tetangga, itu tidak ada gesekan-gesekan SARA yang menjadikan suatu permusuhan agama.”
               Agar nuansa islami tetap kental terasa di tengah kuatnya budaya Tionghoa di kawasan Pecinan Pasar Lama Tangerang ini, majelis Taklim secara rutin menggelar pengajian dan dakwah islami yang menyejukkan hati. Ada juga taman pendidikan alquran yang diadakan ketika petang menjelang.

sisa hidup




SISA HIDUP

Panti Sosial Tunagrahita Belaian Kasih merupakan satu-satunya panti anak-anak Cacat Intelektual yang terletak di Tangerang, berdiri sejak tahun 1996 dan diresmikan pada tanggal 8 Mei 1997 di Tangerang oleh Pemerintah Kota. Panti Sosial Tunagrahita Belaian Kasih memberikan pelayanan, perawatan, dan bimbingan yang meliputi rehabilitas sosial, medis, pendidikan dan keterampilan bagi penyandang disabilitas yang terlantar.
            Panti Sosial Tunagrahita yang meyediakan kapasitas 220 orang tersebut dikepalai Ngapuli P.,AKS., M.Si, namun jumlah kini telah menjadi 247 orang,dengan kasus anak Cacat intelektual, Sindrom Down, dan  juga Autis, jumlah ini dipastikan akan terus meningkat, dan tidak akan menurun ungkap Ade (37), salah seorang pegawai yang bertugas dalam bidang pelayanan di Panti Sosial Bina Grahita Belaian Kasih.
“Anak-anak di panti ini datangnya dari berbagai daerah, sebagian besar kita terima anak-anak ini dari polisi yang melakukan razia di jalan, lalu polisi menangkap anak-anak ini yang di buang orang tuanya di pinggir jalan, atau yang memang hilang dari rumahnya tapi tidak bisa kembali pulang. Ada juga beberapa yang dititipkan sama orang tuanya karena mengaku mau bekerja tapi enggak bisa jaga anak dengan kondisi anak yang cacat, jadi harus dititipkan dulu sementara, tapi abis itu satu atau dua bulan hilang jejaknya, waktu di cari lagi orang tuanya ke alamat yang di kasi udah pindah enggak tau pindah kemana. Terus, ada juga anak dari panti-panti kecil di daerah-daerah, misalnya kemarin ada dari sukabumi ada dua anak baru dikirim kesini, panti-panti kecil itu cuma buat tempat sementara aja nampung mereka sebelum di bawa kesini, panti-panti daerah juga dapat dari polisi,”cerita pak Ade saat ditemui, Senin (15/05/2017).
            Angin bertiup lembut terasa melewati beberapa helai rambut yang tak terikat keatas kepala saya, langkah kaki sedikit cepat menuju kantor Pak Ade disambut oleh 10 anak-anak panti yang bergiliran memberhentikan saya hanya untuk memberi salam dan memanggil saya ibu. Siang hari yang memancarkan terik sinar matahari, pohon-pohon tinggi melambaikan daun-daunnya yang lebat menambah suara ramai dari anak-anak di halaman yang sedang melakukan aktivitas siang, ada yang bernyanyi di bawah rindang pohon, ada yang menyapu membantu tukang pembersih, ada yang mengambil dedaunan yang jatuh kedalam got dengan menggunakan tangan telanjang, ada juga yang berbaring di balkon panti, ada yang menangis sambil termenung, ada yang sibuk bermain sendiri. Wajah polos dan tingkah mereka menjadi pemandangan yang tak biasa saya lihat di luar sana.
“Tingkah lakunya memang bermacam-macam anak-anak ini, saya sudah jadi hafal semuanya, ada anak yang suka bukain jahitan baju, sampai kebuka bajunya, sekecil apapun itu jahitan baju bisa di buka,” ungkap Ade sambil menunjuk kepada anak yang sedang lewat. “Ada anak yang kerjaannya lukain diri sendiri lalu darahnya di hisap-hisap gitu, sudah delapan bulan enggak sembuh-sembuh lukanya, saya tetap kasi obat,eh...obatnya malah dijilat-jilat, terus ada juga yang tiba-tiba lewat nabok, kan bikin orang kaget,”tambah Ade dengan ekspresi tertawa.
Panti Sosial Tunagrahita Belaian Kasih memilki 1 gedung yang di khususkan bagi anak-anak, pada bagian lantai 1 kondisinya sangat memprihatinkan, ruang makan yang menebarkan bau menyengat terhirup di setiap sudut ruangan, lantai basah dan lengket, kotoran manusia, air seni, muntah, serta makanan bekas tumpah,  bercampur di ruang yang pengap tanpa pendingin ruangan, setiap perawat yang mengurus anak-anak disabilitas ini menggunakan masker berwarna hijau untuk menutupi hidung mereka dari bau yang membuat perut mual ini. Ada meja-meja kayu berjajar panjang dua baris berwarna coklat terang ditemani bangku bewarna sama tanpa sandaran di kiri dan kanan meja. Pada lantai yang sama hanya berjarak beberapa langkah yang di batasi satu lorong sedikit gelap terdapat kantor pak Ade.
Jarum jam menunjukan tepat pukul 12:00 siang, waktunya jam makan siang, kesempatan ini membuat semua anak-anak berkumpul di lantai 1 untuk menikmati makanan yang disajikan. Ada yang tidak makan karena menangis, ada yang menyuapi temannya makan, ada yang disuapi pengurus anak-anak disabilitas karena tidak bisa bergerak lagi, anak-anak ini duduk tak berdaya diatas kursi roda, ada pula yang menumpahkan makanan di lantai lalu makan dari lantai, ada yang mengambil makanan temannya, ada anak yang memakan makanan bekas yang di tinggalkan. Suasana makan siang berjalan dengan baik, tidak ada yang membuat keributan, wajah ceria terukir dari beberapa anak karena mereka sangat suka makan,menurut pengakuan pak Ade, anak-anak panti makan lebih dari porsi orang dewasa, cemilan tiga kali sehari belum termasuk makan utama, siang, sore, dan malam.
  Makan siang yang berjalan baik itu menjadi pemandangan yang sangat mengganggu ketika sebuah sapu di kibaskan di atas meja makan oleh pembersih untuk membersihkan ruangan, hal itu bak tanda bahwa jam makan siang sudah selesai meskipun saat anak-anak masih menikmati makanannya dengan lahap. Kehadiran anak-anak yang menikmati santapan siang tidak di hiraukan, tukang pembersih seperti tidak melihat bahwa ada yang sedang makan, akhirnya debu-debu pun berterbangan disekliling meja makan.
Setelah selesai makan siang, sebagian anak-anak mengikuti perawat yang di bawa naik ke lantai dua dengan menggunakan lift menuju kamar dimana mereka beristirhatat, sisanya ada yang bermain di halaman, bersantai, dan ada juga yang membantu membersihkan sisa-sisa makan siang.
            Ade Supriyanto, lelaki yang kira-kira memiliki tinggi 175cm ini berbadan tegap dan berkulit coklat pekat dengan rambut hitam belah tengah, wajahnya sederhana dan dan ramah. Lelaki ini telah bekerja selama 7 tahun di panti, dirinya mengaku senang dan nyaman dengan pekerjaan yang dilakukannya, meskipun banyak pekerjaan lain yang dapat ia lakukan,dirinya memilih menjadi pegawai negeri dan melayani di panti bagi anak-anak disabilitas ini.
            “Saya merasa beruntung, di kasi semuanya lengkap, ya bersyukur pokoknya! Kalau ngomong soal gaji mah, dipikir-pikir enggak seberapa, tapi ya pekerjaan ini enggak bisa ngomomg gaji la, ini soal hati, yang jadi relawan juga banyak disini, mereka Cuma karena merasa tergerak hatinya untuk membantu, ada juga anak kuliahan yang buat tesis lalu jadi bantuin anak-anak sekalian. Bisa dilihat anak-anak ini enggak seberuntung kita. Kasihan mereka selama ini orang-orang pikir mereka ada cacat intelektual jadi di terbelakangin, padahal seharusnya enggak boleh gitu, mereka kan juga punya hak sama seperti kita, harusnya mereka ini di bimbing dan di didik, mereka ini pasti bisa berkembang kok, meskipun lambat saya yakin mereka ini bisa jadi orang yang berguna. Mereka ini warga negara Indonesia juga jadi berhak dapat hak yang sama,”cetus Ade.
            Anak-anak penderita Cacat Intelektual atau keterbelakangan mental memiliki IQ di bawah rata-rata anak normal pada umumnya, hal ini menyebabkan kecerdasan dan intelektualnya terganggudan menyebabkan permasalahan-permasalahan lainnya muncul pada saat proses perkembangan anak (Krik & Gallagher, 1989:116).
Lain halnya dengan anak dengan penderita Sindrom Down  akan memiliki beberapa komplikasi kesehatan, komplikasi ini disebabkan karena semua organ di dalam tubuh bisa terkena dampak material genetika ekstra, hal ini menyebabkan berbagai penyakit menggerogoti tubuh mereka, seperti misalnya demensia, masalah penglihatan, leukemia, gangguan jantung, lebih rentan terhadap infeksi, masalah kelenjar tiroid, masalah pendengaran, obesitas, kejang, masalah kulit, menopause dini dan henti napas saat tidur. Sindrom Down  sendiri merupakan suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Menurut buku  human development edisi ke 9 karangan diane  e.papalia, Sally Wendkos Old, Ruth Duskin Feldman.  Bahwa terjadi ke-abnormalan pada kromosom 21 ekstra atau translokasi kromosom 21.
            “Ada satu anak namanya Andri, udah komplikasi, paru-parunya udah parah, ginjal kanannya udah engga berfungsi, jantungnya juga udah parah, kalau kata dokter mah udah tinggal tunggu waktu aja, tapi saya percaya kalau hidup itu cuma ada di tangan Allah yang nentuin, makanya sering saya bawa berobat anak ini. Tapi ya memang ada juga yang enggak ketolong, paru-parunya udah parah, pas mau di bawa kerumah sakit udah meninggal,” tambah Ade sambil menunjukan foto jenazah anak dari handphone nya.
            Anak-anak penderita Sindrom Down tidak bisa disembuhkan, namun dengan dukungan dan perhatian yang maksimal, anak-anak dengan Sindrom Down bisa tumbuh dengan bahagia juga.  Penderita Sindrom Down memiliki tingkat ketidakmampuan belajar dan hambatan pertumbuhan yang berbeda antara satu sama lain. Beberapa perkembangan penting kadang-kadang terkena dampaknya, termasuk cara berbicara, berjalan, membaca, berkomunikasi, meraih barang, berdiri, dan duduk. Dampak keterbelakangan mental seperti perilaku impulsif, kesulitan dalam mengambil keputusan hingga kemampuan atensi minim juga dapat terjadi. Anak-anak dengan sindrom Down bisa mengalami masalah kesehatan yang berbeda-beda dan akan membutuhkan perawatan medis serta perhatian ekstra. Oleh sebab itu Panti Sosial Bina Grahita Belaian Kasih bekerja sama dengan beberapa rumah sakit agar kebutuhan medis anak-anak Sindrom Down terpenuhi.
            Interaksi kehidupan penghuni Panti Sosial Bina Grahita Belaian Kasih memang cukup dinamis dan harmonis, namun perbedaan kondisi kejiawaan yang tidak stabil sering menjadi penyebab terjadinya pertengkaran sesama penghuni. Sebagian besar anak di panti memiliki keterbelakangan mental dari tingkat rendah hingga yang sudah sulit untuk disembuhkan, dan hal tersebut menjadi tugas besar bagi pekerja panti yang terus diupayakan agar jumlah anak  dengan keterbelakangan mental terus berkurang. Hal lainnya adalah para perawat atau pekerja sosial di panti Tunagrahita harus memiliki tenaga yang selalu fit dan ekstra.
“Berada di tempat ini sudah menajdi pilihan saya, hal ini menjadi pilihan saya karena saya merasa nyaman aja disini,  sebelum bekerja disini saya memang sudah kuliah untuk bekerja di bidang sosial, pas masuk kerja disini juga enggak kaget, karena saya udah siap dengan segala konsekuensi,pekerjaan ini tidak berat sebenarnya untuk saya mungkin bagi orang lain iya, yang penting adalah sabar dan jangan pernah mukul kalau kesel, itu kesalahan kita kalau sampai mukul,” ungkap Winda(27) salah satu perawat.
Tidak seberuntung anak-anak normal lainnya, dengan adanya panti Tunagrahita, setidaknya anak-anak cacat intelektual tidak berkeliaran di jalan dan masih mendapat perlindungan yang cukup layak di bandingkan terlantar di jalan, kesepian, kelaparan, kedinginan, dan menjadi pengganggu di masyrakat.
“Anak-anak di Panti Tunagrhatia berbeda dengan anak-anak panti lainnya, mereka tidak mungkin di adopsi bagi pasangan yang menginginkan anak, ya krena mereka kan cacat, sehingga hal tersebut membuat anak-anak di panti Tunagrahita menghabiskan sisa hidupnya hanya dalam panti, hari demi hari di jalani, tak pernah terpikir oleh mereka akan ada orang tua yang datang menjemput, bahkan sampai ajal menjemput orang tua pun tidak tau,”tutup Ade.

 Jayanti
00000011929
Feature Writing