Saturday, 3 June 2017

Miris Sang Ibu, Anaknya Jadi Korban Pencabulan di Tangsel



-Farah Meilinda P (00000009894)-

TANGERANG – Hati Ibu mana yang tega mengetahui anak perempuannya dicabuli oleh sang pelaku yang tak bertanggung jawab? Pedih, perih, kesal, dan dendam, itulah yang dirasakan oleh seorang ibu yang mengetahui anaknya jadi korban pencabulan yang usianya sudah rentan.
Sang Ibu mengetahui anaknya menjadi korban pencabulan tersebut, ketika anaknya bertanya kepada sang ibunya. Gadis kecil dengan mimik wajah polos itu bertanya kepada sang ibunya, “Bu, foto anak itu kenapa?” saat itu, sang ibu tengah membaca sebuah berita tentang pencabulan anak di surat kabar. “Ini foto anak korban pencabulan, Nak.”
LM (9), kemudian bertanya lagi, “Cabul itu apa artinya, bu?” “Cabul itu kejadian dimana kelamin si anak tadi dimainin sama penjahatnya,” jawab sang ibu kembali. Mendengar hal itu, putrinya (LM) pun diam dan pergi keluar kamar ibunya. Sang Ibu nampak curiga melihat sikap putrinya berubah drastis.
Percakapan Ibu-anak itu ditirukan Kepala Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Tangerang Selatan, Iptu Sumiran, saat ditemui, Kamis (25/5) lalu di Mapolres Tangerang Selatan. Menurut Sumiran, sang ibu kemudian merayu putrinya dan menanyakan, kenapa tiba-tiba terdiam setelah dijelaskan mengenai kata pencabulan.
“Nak, tadi kenapa tiba-tiba diam begitu? Coba cerita sama ibu, emang kamu pernah di perlakukan seperti itu oleh penjahat?” tanya ibunya pelan. “Tapi Ibu jangan marah, ya. Kelaminku pernah diperlakukan seperti itu oleh penjahat (KM),” terang putrinya dengan wajah ketakutan.
Kaget, mendengar pengakuan sang putri, sang ibu kemudian berdiskusi dengan suaminya untuk melakukan visum. Hasil visum menunjukkan selaput dara LM sudah rusak akibat pencabulan yang dilakukan oleh KM (59). Berbekal hasil visum, sebagai orangtua korban pun melaporkan tindakan keji ini terhadap putrinya ke Polres Tangerang Selatan.
                Laporan inilah yang kemudian menjadi awal merembetnya laporan orang tua korban pencabulan lainnya yang di lakukan KM, di Jalan Bidar XI Kelurahan Pakulonan Barat, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang. Polres Tangerang Selatan sudah menerima 13 korban pencabulan yang dilakukan oleh tersangka KM di wilayah Tangerang Selatan.
                “Lewat hasil visum, enam di antaranya sudah dinyatakan positif mengalami pencabulan, tujuh lainnya hanya masih sebatas kecurigaan orang tua dan menunggu hasil visum,” terang sumiran.

Jatuh Bangun Si Tunarungu


Jatuh Bangun Si Tunarungu

Annisa Vini Farabella 00000008953

tidak asing lagi jika mendengar kata pemangkas rambut. Profesi ini dapat digeluti oleh siapa pun sesuai dengan keterampilannya. Namun apa jadinya jika seorang tunarungu yang juga tunawicara dan tidak pernah menyentuh asuhan orangtua kandung itu dapat berprofesi menjadi pemangkas rambut berpenghasilan besar?

Abdul Malik atau biasa dipanggil Abdul adalah seorang pemangkas rambut tunarungu yang beralamat di Jalan Qadr Raya Nomor 33, Islamic Village, Kelapa Dua, Tangerang. Ia memulai karirnya sejak 2008. Ia memiliki kemampuan untuk memotong rambut secara otodidak tanpa diajari siapa pun, bakat alaminya tersebut Ia sadari ketika sering menolong teman-teman di sekitar tempat tinggalnya untuk memotong rambut. Sejak saat itu Ia memiliki inisiatif untuk membuka tempat pangkas rambut dengan menyewa sebuah tempat kecil dengan harga yang murah. Dari hasil kerjanya, Ia dapat mencicil sebuah motor dan membeli peralatan pangkas rambut yang lebih bagus. Bahkan Ia dapat membiayai seluruh kebutuhan keluarganya sampai sekarang. Tarif yang dipasang oleh Abdul termasuk murah, untuk dewasa Ia hargai Rp 15.000 dan untuk anak-anak dihargai Rp 10.000. pelanggan yang datang pun berbagai macam, dari kalangan bawah hingga kalangan atas. Tidak hanya pria, Abdul juga menerima pelanggan wanita untuk melakukan potong rambut.

Lapangan Ahmad Yani Sebagai Alun-Alun Yang Digemari oleh Masyarakat Kota Tangerang

Lapangan Ahmad Yani Sebagai Alun-Alun Yang Digemari oleh Masyarakat Kota Tangerang


Rinaldi Kurniawan - 0000009143




Keramaian sangat jelas terlihat ketika hari libur atau akhir pekan tiba dengan disertai panasnya matahari yang menandakan dimulainya pagi. Itu yang terlihat di Ruang Terbuka Hijau yang berada di pusat Kota Tangerang yaitu Lapangan Ahmad Yani. Lapangan ahmad Yani adalah Alun Alun kota Tangerang yang hampir semua masyarakat Kota Tangerang mengetahui dan pernah berkunjung ke tempat itu. Terlebih lagi, banyak spot spot yang bisa dikunjungi atau digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas. Di pagi hari, terlihat ratusan orang memenuhi lapangan yang didepannya terletak tribun seperti bangku penonton. Tujuan mereka berkunjung dipagi hari yaitu memanfaatkan fasilitas yang tersedia seperti, jalur yang disediakan untuk lari pagi, sampai latihan fisik seperti Pull up dan Wall Climbing. Di sisi lapangannya dipenuhi remaja sampai beberapa anggota keluarga memainkan bulu tangkis. Terlebih pada saat Car Free Day yang diadakan setiap hari minggu oleh pemerintah Kota Tangerang, banyak pengunjung yang berniat olahraga sampai sekedar kumpul dengan para komunitas yang ia gemari. Yap, selain dipakai untuk kegiatan olahraga pagi, Lapangan Ahmad Yani juga dipakai untuk berkumpulnya Komunitas yang berada di Kota Tangerang. Komunitas Reptil dengan para anggotanya sering melakukan kegiatan di hari minggu pagi. Tak lupa pula, para pedagang yang menajajakan dagangannya disekitar Alun Alun dengan keberagaman makanan serta menjual ciri khas makanan Kota Tangerang yaitu Laksa. Luthfi merupakan salah satu pengunjung yang sering kali datang untuk melepas penat di perkuliahannya. “Saya sih biasa kesini ya kalo lagi bete aja dirumah, paling kesini ya sekedar cari angin segar serta nongkrong nongkrong biasa” ujarnya. Event-event besar juga sering diadakan di Lapangan Ahmad Yani. Banyak pula pasangan yang ingin sekedar nongkrong atau bahkan banyak para lelaki jomblo yang sekedar melihat lihat perempuan diakhir pekan. Jika hari buruh, biasanya pendemo berkumpul dan Lapangan Ahmad Yani-lah menjadi titip kumpul dari demo mereka. Di sisi Alun Alun terdapat PMI yang siapa saja diperbolehkan untuk menyumbangkan darah. Memang lokasi Alun Alun Kota Tangerang yaitu Lapangan Ahmad Yani memiliki lokasi yang strategis dekat dengan pusat pemerintahan. Jadi, mudah jika ingin berkunjung ke satu tempat ke tempat yang lain.
Tidak dapat dipungkiri memang setiap orang memingingkan tempat yang bisa melepas penat, Alun Alun Kota Tangerang memang menjadi jawaban tepat bagi masyarakat yang merasakan kepenatan. Mulai dari anak SD, SMP, SMA sampai orang yang sudah berkerja atau berkeluarga pun menyukai tempat semacam lapangan Ahmad Yani ini. Apalagi, dengan pembangunan infrastruktur yang didukung oleh pemerintah Kota Tangerang Ruang Terbuka Hijau makin ingin dikembangkan sampai akhirnya mencapai target. Umumnya, masyarakat yang berkunjung di Lapangan Ahmad Yani pasti membawa kendaraan bermotor, tak jarang pula ada yang membawa mobil. Lahan parkir pun sudah disediakan oleh Kepala Dinas dan Pertamanan (DKP), baik motor maupun mobil. Tukang parkir pun siap menjaga keamanan kendaraan, dan pengunjung hanya perlu memberikan 2000 rupiah dengan waktu yang tidak ditentukan. Jika perut merasa mulai laparpun tidak usah khawatir, karena tukang jualan pun beragam, mulai dari makanan ringan seperti cilor, cilok sampai makanan berat seperti ketoprak, nasi uduk dan bubur ayam. Banyak pengunjung yang bahkan datang untuk sekedar membeli makanan ringan disana. Dengan ditemani angin yang sepoi serta dibawah pohon rindang yang asri. Yang tak kalah menarik adalah bahwa lapangan Ahmad Yani ini sering digunakan sebagai latihan Paskibra untuk beberapa sekolah karena di anggap memadai dalam segi ukurannya. Jika 17 Agustus tiba, petugas yang menjadi pasukan Paskibra di 17 Agustus pasti akan bangga jika tampil di Lapangan Ahmad Yani dengan menaikkan bendera merah putih. Tersedia pula Mushola bagi umat muslim jika ingin beribadah, letaknya berada di sebelah tribun penonton, Mushola itu biasa pula digunakan untuk tempat beristirahat para pengunjung yang habis melakukan aktivitas di lapangan Ahmad Yani. Disediakannya Mushola bertujuan untuk menyelaraskan predikat Kota Tangerang yang menyandang sebagai kota “Akhlaqul Karimah”.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Tangerang, Ivan Yudhianto mengatakan, hingga tahun 2016 ada 144 RTH dengan luas 45,49 hektar. RTH ini meliputi taman kota, taman lingkungan, jalur hijau, pedestrian jalur hijau, dan traffic island/taman pulau jalan tersebar di sejumlah wilayah di Kota Tangerang. “ Kita akan terus konsisten memenuhi penambahan RTH, mengingat ini sangat diperlukan masyarkat dan juga amanah undang-undang,” jelas Kadis. Memang bukan hal mudah mewujudkan 20 persen RTH di Kota Tangerang seperti amanah undang-undang. Namun, ia optimis hal tersebut bisa dilakukan dengan dukungan dan peran aktif pihak masyarakat dan juga pihak swasta untuk mengembangkan RTH di Kota Tangerang. “ Hingga saat ini sudah 11 persen RTH yang Kota Tangerang milki, mari kita terus tingkatkan,” ajaknya. Untuk diketahui Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan, perlunya penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Dengan UU tersebut, mensyaratkan bagi Pemerintah Daerah pada wilayah Kota untuk menjadikan 30 persen area dari luas wilayah menjadi RTH. Ketiga puluh persen area tersebut terdiri dari RTH publik sebesar 20 persen dan RTH privat 10 persen. Namun Ivan menghimbau bahwa masyarkat harus senantiasa menjaga dan memelihara yang sudah disediakan oleh pemerintah. “Banyak orang yang maen buang sampah sembarangan, corat-coret sana sini, saya agak kurang suka dengan perlakuan ini, padahal tong sampah sudah banyak kami sediakan” ujarnya. Di Tangerang sendiri, Alun-Alun Ahmad Yani atau Lapangan Ahmad Yani. Berada di tengah-tengah kota Tangerang, alun-alun tersebut menjadi tempat berkumpul, berolahraga, bersantai, bahkan untuk sekedar mencicipi kuliner yang dijajakan di sekitaran alun-alun. Terkadang, Alun-Alun Kota Tangerang (Lapangan Ahmad Yani) mejadi tempat berlatih oraganisasi paskibraka dan beberapa komunitas dari Kota Tangerang. Selain itu, tahukah, Lapangan Ahmad Yani yang terletak di Jl. Insinyur Haji Juanda Kota Tangerang ini selalu menjadi pilihan untuk menghabiskan waktu masyarakat sekitar, biasanya dengan cara berolahraga. Ya, karena Alun-Alun Kota Tangerang juga mempunyai jalur lintasan lari dan wall climbing. Cocok untuk lari di pagi dan sore hari serta. berolahraga wall climbing yang cukup menantang. Alun-Alun Kota Tangerang (Lapangan Ahmad Yani) biasanya ramai pada hari Sabtu dan Minggu atau hari libur nasional dan bisa dibilang akan berubah menjadi pasar tumpah saking ramainya. Awalnya, Lapangan Ahmad Yani dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Tangerang, namun akhirnya pada 14 Oktober 2010, Pemerintah Kabupaten Tangerang resmi melepas aset lapangan Ahmad Yani kepada Pemerintah Kota Tangerang. Pemerintah Kabupaten Tangerang akhirnya menyerahkan aset lapangan Ahmad Yani yang berada di Jalan Ir Haji Junda, Kelurahan Sukasari, Kota Tangerang kepada Pemerintah Kota Tangerang. Proses penyerahan aset seluas 10.697 meter persegi dengan nilai Rp 28,7 miliar itu cukup panjang dan berliku sejak Kota Tangerang resmi berpisah dengan Kabupaten Tangerang pada tahun 1993 silam. Lapangan Ahmad Yani atau juga disebut sebagai Alun Alun Kota Tangerang adalah kebanggaan Kota Tangerang karena Lapangan Ahmad Yani menjadi RTH Publik pertama di Tangerang. Banyak RTH yang berada Di Kota Tangerang antara lain, Taman Bantaran Situ Cipondoh (Cipondoh), Taman Nursey Pertamanan DKP (TPA) (Neglasari), Taman Lingkungan Kelurahan Cibodas Baru (Cibodas), Taman Lingkungan Perum Bangun Reksa Indah (Karang Tengah), Taman Lingkungan Perum Pondok Surya (Karang Tengah), Taman Lingkungan Masjid Al-Ikhlas Ciledug (Karang Tengah), Taman Lingkungan IPLT Perumnas 1 (Karawaci), Taman Lingkungan Jalan Wijaya Kusuma Raya (Karawaci), Taman Lingkungan Keluruhan Gaga (Larangan), Taman Lingkungan Komplek Pengayoman (Tangerang) dan Median Jalan Kahuripan Cibodas Baru (Cibodas). Namun, Lapangan Ahmad Yani mempunyai pesonanya sendiri dalam menarik masyarakat Kota Tangerang. Ya, karena sekali lagi tempat yang sejuk serta beragam jajanan hingga permainan hadir ditempat itu. Sehingga, masyarakat lebih memilih berkunjung ke Lapangan Ahmad Yani.

Meskipun Ruang Terbuka Hijau makin bertambah di wilayah Kota Tangerang, Alun Alun Kota Tangerang tetap menjadi perhatian Khusus bagi masyarakat Kota Tangerang. Tempat yang sudah menjadi icon Kota Tangerang ini senantiasa memberikan ruang bagi masyarakat untuk menjalankan aktivitas nya diakhir pekan. Dengan dikelilingi pepohonan suasana dipinggir Alun Alun memang terbilang sejuk sehingga bisa membuat para pengunjung betah berlama-lama disana. Bapak Wahyu selaku petugas kebersihan disana mengaku bisa bekerja hingga 2x lipat pada akhir pekan, karena sampah-sampah yang bertebaran semakin banyak. Ini dikelukan pula oleh Pak Wahyu karena beliau menyayangkan tingkat kesadaran masyarakat tentang sampah masih berkurang. “Yaa sayang ajasih, kalau lagi ramai gitu, sampahnya pada dibuang dimana-mana” tegas Pak Wahyu. Alun Alun Kota Tangerang memang berada di pusat jantung Kota Tangerang, jadi akses dari mana saja mudah di jangkau. Lapangan Ahmad Yani juga berdekatan dengan Pusat Pemerintahan Kota Tangerang sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai Alun Alun Kota Tangerang. Akses untuk ke tempat Lapangan Ahmad Yani pun terbilang mudah dengan sekarang adanya Ojek Online maka tempat yang menjadi Trademark Kota Tangerang semakin mudah dicari orang jika ingin kesana. Mulai dari Angkot, kereta, sampai ojek tersedia untuk bisa menjangkau Lapangan Ahmad Yani. Dinamakan Lapangan Ahmad Yani itu terjadi ketika Pemerinta Kota Tangerang menerapkan nama Pahlawan karena senantiasa bisa dikenang oleh warga Tangerang sendiri. Sekarang, nama itu sudah tersebar luas di beberapa daerah di Indonesia. Kini, Lapangan Ahmad Yani adalah kebanggaan warga Kota Tangerang, yang senantiasa terus dilestarikan dan terus bertumbuh sebagaimana mestinya. Memang setiap tempat kerap kali mempunyai kekurangan dan kelebihan. Namun, kelebihan yang tampak pada Lapangan Ahmad Yani ini seakan menghilangkan kekurangan yang ada pada tempat itu. Pemerintah dan masyarakat menjadi elemen yang penting untuk bisa menjaga ekosistem Ruang Terbuka Hijau (RTH) milik publik, karena Lapangan Ahmad Yani juga akan dinikmati oleh anak dan cucu kita kelak. Memang tidak mudah menjaga warisan yang sudah dikasih oleh pendahulu kita, namun semua elemen dirasa penting untuk turut andil menjaga Icon dari Kota Tangerang itu sendiri yaitu Lapangan Ahmad Yani.

BANK SAMPAH SUNGAI CISADANE, AKSI PEDULI LINGKUNGAN.

BANK SAMPAH SUNGAI CISADANE, AKSI PEDULI LINGKUNGAN.
Saskia Anindya Putri
00000012389



“yuk jalan-jalan keliling kota tangerang, perahu sudah siap berangkat!.” terdengar ajakan dari seorang pria yang sudah siap mengendarai perahu boat, dengan kedua tangan yang sedang memegang pelampung keselamatan untuk dipakai oleh para penumpang perahu tersebut. Pria itu bersemangat untuk mengajak berkeliling mengenal sungai cisadane dari sisi lebih dekat. Sungai yang menjadi ikon untuk kota Tangerang. Sungai Cisadane ini merupakan sungai dengan panjang sekitar 126 km, yang sudah ada sejak berabad-abad pada zaman kerajaan. Air yang bersumber dari lereng Gunung Pangrango dan memecah ke anak sungai Gunung salak ini memiliki peran penting untuk warga sekitar sungai cisadane.

Di Balik Animal Defenders

Di Balik Animal Defenders
Klara Livia – 00000008859

Anjing-anjing dalam shelter Animal Defenders 

Rumah berwarna krem tua di komplek perumahan palem ganda asri 2 Tangerang itu mulanya terlihat biasa. Rumah tersebut berpagar tinggi dan dipenuhi dengan pohon rindang sehingga menciptakan suasana yang tampak tenang dan sejuk. Namun, ketika seseorang yang baru pertama kali datang ke tempat itu menapaki kakinya di depan pagar, suara gongongan anjing tiba-tiba bersahut-sahutan. Ketika akhirnya masuk ke dalam rumah tersebut, puluhan anjing akan menyambut pengunjung di balik pagar kayu setinggi kurang lebih 1,3 meter.
“Gak usah takut. Mereka memang begitu sama orang baru,” kata mbak Ninis selaku salah satu pengurus.

BUKAN KARENA JAUH, TETAPI KARENA SEBUAH TEKAD

Martyasari Rizky - 00000012345


          Suku Baduy, Desa Cikesik di Banten              
     
       “ Klontang…klontang,” terdengar suara penanak nasi yang berbenturan dengan kompor batu di bilik dapur milik Kasmin. “ Jangan gaduh, tamu kita masih tidur,” ucapnya berbisik kepada sang istri menggunakan bahasa sunda kental.

Menolak Lupa

Adelia Puspita Yasmine
00000009166


Suasana yang terus mencekam, awan terlihat gelap gulita, raut wajah cemas dan perasaan gelisah terus merambati tubuh para pendengar dan pembaca berita wilayah jabodetabek maupun non jabodetabek. Sebagian dari mereka terpaksa pergi ke negeri tetangga untuk tetap bertahan hidup.